Sabtu, 05 Maret 2016

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA

SOSIOLOGI DAKWAH
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA

DOSEN PENGAMPU:
AMALIA IRFANI, M. Si





OLEH:
MARYAMATUL MUNAWWARAH
1113111006

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2014
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA

A.    Pengertian Perilaku[1]
Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan, berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Dalam memahami perilaku manusia, para ahli psikologi memiliki pandangan yang berbeda-beda. Aliran Psikoanalisis misalnya, memandang manusia sebagai makhluk yang berkeinginan (Homo Valens), oleh karenanya menurut pandangan ini perilaku manusia ditentukan oleh keinginan-keinginan dan dorongan libido.[2] Sedangkan aliran Behaviorisme memandang bahwa manusia adalah makhluk yang bersikap pasif terhadap lingkungan, sehingga perilaku manusia menurut teori ini merupakan bentukan dari kondisi lingkungan.
Selanjutnya dalam pandangan psikologi Humanistik berpendapat bahwa manusia adalah eksistensi yang positif dan menentukan, berangkat dari pandangan ini mereka berpendapat bahwa perilaku manusia berpusat pada konsep diri.[3] Jika dicermati secara seksama, perbedaan pandangan dari masing-masing aliran mengenai perilaku disebabkan adanya perbedaan pandangan terhadap konsep tentang manusia.
Dalam pandangan Islam, manusia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.  Menurut terminologi al-Qur’an manusia dapat disebut al-Basyar berdasarkan pendekatan aspek biologisnya, dari sudut ini manusia dilihat sebagai makhluk biologis yang memiliki dorongan primer dan makhluk generatif (berketurunan). Sedangkan dilihat dari fungsi dan potensi yang dimiliknya manusia disebut al-Insan, konsep ini menggambarkan fungsi manusia sebagai penyandang khalifah Tuhan yang dikaitkan dengan proses penciptaan dan pertumbuhan serta perkembangannya.
Kemudian manusia dapat disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut pandang hubungan sosial yang dilakukannya, manusia pun disebut sebagai al-Ins untuk menggambarkan aspek spiritual yang dimilikinya.[4] Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk yang khas yang memiliki berbagai potensi yang dapat memengaruhi perilaku mereka.
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan, di antaranya ada yang yang bersifat biologis yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh, misalnya saja kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadar air dalam organ tubuh.
Ada pula yang bersifat psikologis dan spiritual, yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting dan lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa[5] Dari kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua kebutuhan tersebut.
  1. Faktor Biologis
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki motivasi biologis untuk mempertahankan eksistensi diri dan kelangsungan spesies (keturunan). Mereka akan membutuhkan makanan dan minuman untuk dapat bertahan hidup dan melarikan diri ketika melihat musuh yang menakutkan serta membutuhkan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya.[6] Utsman Najati (2003) menjelaskan bahwa kebutuhan seksual sangat erat hubungannya dengan kepentingan kelangsungan spesies.
Sementara itu kepentingan mempertahankan eksistensi diri dapat terpenuhi melalui kebutuhan yang lainnya.[7] Ketika muncul dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka kebutuhan tersebut akan mendorong manusia melakukan upaya adaptasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian, munculnya perilaku atas dorongan dari kebutuhan ini merupakan suatu keniscayaan bagi manusia sebagai makhluk hidup.
Pada dasarnya motivasi biologis muncul sebagai akibat tidak adanya keseimbangan organik maupun kimiawi dalam tubuh manusia. Dalam studi ilmu psikologi modern, keseimbangan berbagai unsur dalam tubuh manusia disebut dengan istilah homeostatis. Ketika motivasi itu muncul maka akan mendorong manusia untuk melakukan upaya adaptasi yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhannya, upaya pemuasan ini bertujuan untuk menyeimbangkan kembali kondisi tubuhnya. Oleh karena itu, Walter Cannon, seorang dokter kebangsaan Amerika berpendapat bahwa tubuh manusia sebenarnya memiliki kecenderungan yang mengarah kepada upaya penyesuaian diri guna mempertahankan tingkat konsentrasi dzat dalam tubuh agar tetap konstan (homeostatis).[8]
Walaupun demikian manusia bukan sekedar makhluk biologis, kalau sekedar makhluk biologis, mereka tidak berbeda halnya dengan binatang. Dalam pandangan Islam, hubungan seksual antara suami dan istri bukanlah sekedar untuk mencari kenikmatan dan kepuasan birahi belaka. Namun hubungan itu lebih bersifat ikatan rasa cinta, kasih sayang, dan kedamaian yang menyebabkan manusia merasa aman dan tentram. Hubungan seksual tersebut dianggap sebagai hubungan kemanusiaan yang sarat dengan ungkapan rasa cinta dan saling menghargai.
  1. Faktor  Sosiopsikologis
Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai faktor sosiopsikologis yang dapat memengaruhi perilaku manusia.[9] Komponen afektif dari faktor sosiopsikologis terdiri dari motif sosiogenesis, sikap dan emosi. Berikut ini penjelasan Jalaluddin mengenai motif-motif tersebut :[10]
a.       Motif sosiogenesis. Motif sosiogenesis merupakan motif sekunder yang dapat memengaruhi perilaku sosial manusia. Secara singkat, motif-motif sosiogenesis dapat dijelaskan meliputi motif ingin tahu, yang meliputi mengerti, menata, menduga, motif kompetensi, motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas, kebutuhan akan nilai dan kedambaan akan makna kehidupan serta kebutuhan akan pemenuhan diri
b.      Sikap. Sikap adalah salah satu konsep dalam psikologi sosial yang paling banyak didefinisikan para ahli. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenesis yang diperoleh melalui proses belajar, ada pula yang melihat sikap dengan kesiapan saraf sebelum memberikan respon. Dari beberapa definisi yang ada, Jalaludin Rahmat (2007) menyimpulkan beberapa hal berikut : Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, relatif lebih menetap serta mengandung aspek evaluatif dan muncul dari pengalaman.
c.       Emosi. Emosi adalah kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Coleman dan Hammen mengungkapkan bahwa emosi dapat berfungsi sebagai pembangkit energi, pembawa informasi tentang diri seseorang, pembawa pesan kepada orang lain dan sumber informasi tentang keberhasilan.[11]
  1. Faktor Spiritual (Ruhani)
Motivasi ini tidak berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan eksistensi diri atau memelihara kelanggengan spesies, motivasi spiritual erat hubungannya dengan upaya memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian, motivasi ini juga menjadi kebutuhan pokok manusia, karena motivasi inilah yang bisa memberikan kepuasan hidup, rasa aman, tentram dan bahagia.
Di antara beberapa motivasi spiritual yang penting dalam kehidupan manusia adalah motivasi beragama. Dalam buku Psikologi Agama, Jalaluddin mengatakan bahwa : “Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minun, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.”
Oleh sebab itu, dalam pandangan Islam secara fitrah manusia sejak dilahirkan memiliki potensi keberagamaan, namun potensi ini baru dalam bentuk sederhana yaitu berupa kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi kepada sesuatu.
  1. Faktor Situasional
Perilaku manusia terkadang juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar dirinya, faktor ini sering disebut sebagai  faktor situasional dengan aspek-aspek objektif dari lingkungan yang terdiri atas beberapa faktor sebagai berikut : Faktor ekologis (hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan kondisi alam sekitarnya atau lingkungannya), faktor temporal (waktu) dan faktor sosial.
Sementara faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku manusia terdiri atas sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi dan karakteristik populasi. Dalam organisasi, hubungan antar anggota dan ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok, besar kecilnya organisasi akan memengaruhi jaringan komunikasi dan sistem pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis memengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu.[12]
Faktor-faktor situasional di atas, tidaklah mengesampingkan faktor-faktor personal yang dimiliki seseorang, namun juga tidak dapat dipungkiri besarnya pengaruh situasi dalam menentukan perilaku manusia. Perlu disadari bahwa manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapi sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Dengan perkataan lain perilaku manusia merupakan hasil interaksi antara keunikan individu dengan keumuman situasional.
5.      Faktor Personal :[13]
a.       Faktor Biologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia
b.      Faktor Sosiopsikologis. Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen yaitu : Komponen Afektif, merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, komponen kognitif, aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia dan Komponen konatif, aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak
Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:
1)      Jenis Ras. Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya, dua kelompok ras terbesar, yaitu : Ras kulit putih atau ras Kaukasia. Ciri-ciri fisik : Warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang. Perilaku yang dominan : Terbuka, senang akan kemajuan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Ras kulit hitam atau ras Negroid. Ciri-ciri fisik : Berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata hitam. Perilaku yang dominan : Keramah tamahan, suka gotong royong, tertutup dan senang dengan upacara ritual
2)      Jenis Kelamin. Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminism
3)      Sifat Fisik, kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus
4)      Sifat Kepribadian. Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah : “Keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”
5)      Bakat Pembawaan. Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B. Micheel (1960) adalah : “Kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan
6)      Intelegensi. Menurut Terman intelegensi adalah : “Kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “Kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat
7)      Pendidikan. Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar, hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang, seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah
8)      Agama. Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya
9)      Kebudayaan. Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia, tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua
10)  Lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya
11)  Sosial Ekonomi. Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.


REFERENSI :

Ahmad Mubarok, 2002, Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus
Edward G. Sampson, Social Psychology and Contemporary Society, (Toronto: John Wiley & Sons, Inc, 1976), dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Jalaluddin Rakhmat, 2007,  Psikologi Komunikasi. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
J.C. Coleman dan C.L. Hammen, Contemporary Psychologi and Effective Behavior, Glenview: Scott, Foresman and Co, 1974), hlm. 462, dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,  Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Muhammad Utsman Najati, 2003, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi. Jakarta: Mustaqim, 2003)
W.B Cannon, The Wisdom of The Body, (New York: Noton, 1932), dikutip tidak langsung oleh Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi, Jakarta : Mustaqim, 2003




[2] Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002)
[3] Ahmad Mubarok, Ibid, hlm 57
[4] Ibid 
[5] Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi, (Jakarta : Mustaqim, 2003)
[6] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007)
[7] Utsman Najati, Ibid
[8] W.B Cannon, The Wisdom of The Body, (New York : Noton, 1932), dikutip tidak langsung oleh Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi, Jakarta : Mustaqim, 2003
[9] Ahmad Mubarok, Ibid
[10] Ibid
[11] J.C. Coleman dan C.L. Hammen, Contemporary Psychologi and Effective Behavior, Glenview: Scott, Foresman and Co, 1974), hlm. 462, dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,  Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007
[12] Edward G. Sampson, Social Psychology and Contemporary Society, (Toronto: John Wiley & Sons, Inc, 1976), dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung : PT Remaja Rosdakarya
[13] Opcit, akses tanggal 08 April 2014

SEJARAH ROBO’-ROBO’

SOSIOLOGI DAKWAH
SEJARAH ROBO’-ROBO’


DOSEN PENGAMPU :
ABU BAKAR, M. Si



OLEH :
MARYAMATUL MUNAWWARAH

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2014

SEJARAH ROBO’-ROBO’
A.    Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan negara yang memiliki seribu kemajemukan budaya pariwisata, potensi kebudayaan didalamnya menghasilkan sebuah masyarakat yang heterogen. Hal ini membuat banyak perbedaan budaya serta keberagaman yang menghasilkan suatu multikultural. Multikulturalisme mempunyai peran yang besar dalam pembangunan bangsa. Indonesia sebagai suatu negara yang berdiri di atas keanekaragaman kebudayaan meniscayakan pentingnya multikulturalisme dalam pembangunan bangsa. Dengan multikulturalisme ini maka prinsip “Bhineka Tunggal Ika” seperti yang tercantum dalam dasar negara akan menjadi terwujud.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan menjadi inspirasi dan potensi bagi pembangunan bangsa sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dapat tercapai.
Pada zaman globalisasi ini, umumnya masih ada kita temukan masyarakat yang masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat kebudayaan daerahnya dan hal itu menjadikan suatu kebiasaan yang harus dilaksanakan, apalagi tradisi kebudayaan tersebut bersifat sakral. Tradisi dan budaya merupakan beberapa hal yang menjadi sumber dari akhlak dan budi pekerti.
Kalimantan Barat juga memiliki beragam budaya dan tradisi yang berasal dari banyak suku, diantaranya : Dayak, Melayu, Tionghoa, Madura, Bugis, dan masih banyak lagi. Ciri khas dari masing-masing kebudayaan menjadikan suatu keunikan tersendiri bagi daerah. Salah satunya suku Bugis Kalimantan Barat yang identik dengan Melayu, suku Bugis ini memiliki banyak sekali tradisi yang masih kental yang juga bersifat sakral. Seperti tradisi Robo’-Robo’ yang dikenal sebagai tradisi yang memperingati hari datangnya seseorang dari tanah Bugis Sulawesi Selatan pada tahun 1637. Kedatangan Raja Mempawah Opu Daeng Manambon dari Bone, Sulawesi Selatan di abad ke-17 diabadikan dalam tradisi Robo’-Robo’.
Upacara sakral yang sering dilakukan adalah berupa wujud dari rasa syukur atas karunia yang diberikan dan sekaligus memohon keselamatan, hal ini masih terus berlangsung secara terus menerus bagi masyarakat pendukungnya. Tradisi Robo’-Robo’ sendiri merupakan agenda Visit Kalbar 2010 dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Barat (Gaya Hidup, 2010).

B.     Asal-Usul Tradisi Robo’-Robo’
Kesultanan Mempawah kini berbeda dengan Kerajaan Mempawah pertama kali berdiri yaitu sekitar tahun 1610 M. Mempawah kembali bangkit tampil sebagai pemimpin baru adalah Panembahan Kudong/Kudung atau juga disebut panembahan yang tidak berpusat, Raja Kudong memindahkan pusat ibu kota Mempawah ke Pekana (Karangan). Setelah Raja Kudong meninggal pada tahun 1680 M, tahta kekuasaan kemudian dipegang oleh Panembahan Senggauk. Panembahan Senggau menikah dengan putri Raja Qahar dari Kerajaan Baturizal Indragiri Sumatra yang bernama Putri Cermin, mereka dikaruniai seorang anak perempuan, Mas Indrawati. Ketika usia Mas Indrawati telah beranjak dewasa, ia dinikahkan dengan Panembahan Muhammad Zainuddin dari Kerajaan Matan (Ketapang). Dari hasil perkawinan ini, lahirlah seorang putri cantik bernama Putri Kesumba. Ketika dewasa, Putri Kesumba dinikahkan dengan Opu Daeng Menambun.
Awal diperingatinya Robo’-Robo’ ini sendiri, bermula dengan kedatangan rombongan Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba yang merupakan cucu Panembahan Mempawah kala itu yakni Panembahan Senggaok yang merupakan keturunan Raja Patih Gumantar dari Kerajaan Bangkule Rajangk Mempawah pada tahun 1148 Hijriah atau 1737 Masehi. Masuknya Opu Daeng Manambon dan istrinya Putri Kesumba ke Mempawah bermaksud menerima kekuasaan dari Panembahan Putri Cermin kepada Putri Kesumba yang bergelar Ratu Agung Sinuhun bersama suaminya, Opu Daeng Manambon yang selanjutnya bergelar Pangeran Mas Surya Negara sebagai pejabat raja dalam Kerajaan Bangkule Rajangk.
Berlayarnya Opu Daeng Manambon dari Kerajaan Matan Sukadana (Kabupaten Ketapang) diiringi sekitar 40 perahu. Saat masuk di Muara Kuala Mempawah, rombongan disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah, penyambutan itu dilakukan dengan memasang berbagai kertas dan kain warna warni di rumah-rumah penduduk yang berada di pinggir sungai. Bahkan, beberapa warga pun menyongsong masuknya Opu Daeng Manambon ke Sungai Mempawah dengan menggunakan sampan.
Terharu karena melihat sambutan rakyat Mempawah yang cukup meriah, Opu Daeng Manambon pun memberikan bekal makanannya kepada warga yang berada di pinggir sungai untuk dapat dinikmati mereka juga. Karena saat kedatangannya bertepatan dengan hari Minggu terakhir bulan Syafar, lantas rombongan tersebut menyempatkan diri turun di Kuala Mempawah. Selanjutnya Opu Daeng Manambon yang merupakan keturunan dari Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan, berdoa bersama dengan warga yang menyambutnya, mohon keselamatan kepada Allah agar dijauhkan dari bala dan petaka. Usai melakukan doa, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama.
Bagi sebagian masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, bulan Safar diyakini sebagai bulan na’as dan sial, Sang Pencipta dipercayai menurunkan berbagai malapetaka pada bulan Safar. Oleh sebab itu, masyarakat yang meyakininya akan menggelar ritual khusus agar terhindar dari “Kemurkaan” bulan Safar. Ritual tersebut juga dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur, namun pandangan di atas berbeda dengan pandangan masyarakat Kota Mempawah yang menganggap bulan Safar sebagai “Bulan Keberkahan” dan kedatangannya senantiasa dinanti-nantikan, karena pada bulan Safar terjadi peristiwa penting yang sangat besar artinya bagi masyarakat Kota Mempawah hingga saat ini.
Peristiwa penting tersebut kemudian diperingati dengan menggelar Ritual Robo’-Robo’. Tujuan digelarnya ritual ini adalah untuk memperingati kedatangan atau napak tilas perjalanan Opu Daeng Menambon yang bergelar Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan, Martapura, Kabupaten Ketapang, ke Kerajaan Mempawah Kabupaten Pontianak pada tahun 1737 M/1448 H. Opu Daeng Menambon adalah putra ketiga Opu Daeng Rilekke yang terkenal sebagai pelaut handal dan gemar sekali melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Nusantara bersama dengan anak-anaknya. Opu Daeng Rilekke sendiri adalah putra ketiga Sultan La Madusalat dari Kesultanan Luwuk, Bone, Sulawesi Selatan, yang telah menjadi Kesultanan Islam sejak tahun 1398 M.
Opu Daeng Menambon beserta keluarganya pindah dari Kerajaan Matan ke Kerajaan Mempawah atas permintaan Panembahan Senggauk Raja Mempawah waktu itu. Setelah Panembahan Senggauk mangkat, Opu Daeng Menambon naik tahta dan beliau berkuasa di sana sekitar 26 tahun yakni dari tahun 1740 M sampai beliau wafat pada tahun 1766 M. Opu Daeng Menambon memindahkan pusat kerajaan ke Sebukit Rama (kira-kira 10 km) dari Kota Mempawah. Masa pemerintahan Opu Daeng Menambun merupakan masa di mana Kesultanan Mempawah Islam mulai berdiri dan kemudian berkembang. Pada masanya, penduduk Mempawah dikenal sebagai penganut Islam yang sangat taat, Opu Daeng Menambon sendiri dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan lebih mementingkan musyawarah dalam memutuskan berbagai kebijakan kesultanan.
 Habib Husein Alkadrie, ulama terkenal asal Kalimantan Barat pernah pindah dari Matan ke Mempawah. Salah seorang putri Opu Daeng Menambun, Utin Candramidi dinikahkan dengan Sultan Syarif Abdurrahman (Sultan I di Kesultanan Kadriah), putra Habib Husein Alkadrie. Ritual ini bersifat historis karena upacara ini dikaitkan dengan peristiwa penting dalam kehidupan kerajaan mempawah. Antara lain, pendaratan pertama Opu Daeng Manambon, putra Bugis pendiri kerajaan Mempawah dan kematian beliau sebagai panembahan pertama kerajaan itu. Dapat pula dikatakan bersifat religius karena terdapat ibadah bagi orang Islam yaitu permohonan do’a kepada Allah SWT agar seluruh warga masyarakat diselamatkan dari bala’ bencana yang dapat menimpa sewaktu-waktu. Dikategorikan bersifat magis karena upacara ini bersifat memberi persembahan dan permintaan ampun dari manusia-manusia kepada para leluhur, khusunya arwah para Panembahan Mempawah dan makhluk-makhluk halus yang dipercayai mempunyai kelebihan dari manusia. Dari para leluhur dan makhluk-makhluk halus itu diharapkan dapat memberikan pertolongan pada manusia untuk melindungi dari bala bencana yang akan menimpa.
Selain itu, acara tambahan pihak panitia juga menggelar kirab benda-benda pusaka Kerajaan Amantubillah, setelah itu benda yang telah diarak keliling Kota Mempawah menjalani ritual pembersihan di Keraton Amantubillah. Panitia pun telah mengundang semua keraton yang ada di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura untuk menghadiri perayaan tersebut. Hal ini bertujuan untuk sekaligus menjalin tali persaudaraan dengan Negara tetangga melalui sebuah tradisi yang identik dengan budaya mereka.
C.     Nilai-Nilai Budaya yang dapat di Gali melalui Tradisi Robo’-Robo’
Dalam kegiatan tradisi Robo’-Robo’ terdapat banyak sekali runtutan-runtutan acara yang banyak mengandung nilai-nilai budaya. Hiburan yang berupa tarian Angin Mamiri dari Tanah Bugis ataupun yang berbau khas lainnya yang menjadi khas suatu acara kebudayaan turut mengisi salah satu acara. Selain itu, dalam hal ini juga terdapat banyak tempat yang dipergunakan untuk penyelenggaraan upacara sejak hari Selasa sampai pada siang hari Rabunya. Tempat-tempat tersebut adalah :
  1. Makam Opu Daeng Manambom di sebukit Rama
  2. Makam Para Panembahan Mempawah di Pulau Pedalaman agak hulu dari Kuala Mempawah
  3. Di daerah pantai yang dikenal oleh penduduk Mempawah sebagai tempat pendaratan pertama dari Armada Opu Daeng Manambon
  4. Di dalam setiap gang di Kota Mempawah
  5. Di Kuala Mempawah mulai dari jembatan induk sampai daerah pantai
Upacara ziarah kubur diselenggarakan pada hari Selasa terakhir bulan Syafar, pada malam Rabu diselenggarakan acara masak-masak diperkampungan tempat pendaratan pertama Opu Daeng Manambon ketika membangun Mempawah menjadi sebuah perkampungan. Pada malam itu juga diselenggarakan upacara-upacara persembahan sesajian untuk para penjaga air.
Hari Rabu pada pagi harinya selesai sholat shubuh diselenggarakan upacara kenduri oleh setiap kelompok masyarakat, khususnya masyarakat di Kota Mempawah, upacara hari Rabu itu kemudian dilanjutkan pada siang harinya berupa perlombaan sampan di Kuala Mempawah.
Untuk pihak-pihak yang terlibat dalam upacara, hampir seluruh warga masyarakat di wilayah Kabupaten Pontianak khususnya suku Bugis dan Melayu merasa turut terlibat dalam penyelenggaraan upacara Robo’-Robo’. Penduduk dalam kota ikut aktif menyelenggarakan upacara baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Yang tidak ikut aktif dalam kegiatan upacara keterlibatan mereka adalah dalam hal turut serta meramaikannya, terutama anak-anak muda laki-laki atau wanita mengambil kesempatan dalam acara ini untuk bersuka ria di tempat-tempat hiburan.
Dikalangan keluarga bangsawan keterlibatan dalam upacara ini ialah dalam melakukan ziarah makam para panembahan baik panembahan Opu Daeng Manambon atau panembahan-panembahan yang lainnya.
Dilingkungan istana pada hari Selasa, keluarga kerajaan dan masyarakat sudah berkumpul untuk bersama-sama menuju bukit guna menziarahi makam para panembahan. Sebelumnya telah dipersiapkan alat-alat perlengkapan upacara yang akan dibawa ke makam, terutama sesajian, air tolak bala, kendaraan air dan makanan, sementara panitia menyiapkan alat-alat untuk keperluan ziarah.
Pada waktu malam Rabu para ibu rumah tangga di kota Mempawah sibuk dengan tugas masak-memasak untuk keperluan keesokan harinya. Sementara itu, para tetua kampung menyelenggarakan sesajian untuk diantar ke Sungai Mempawah, nasi dan lauk-pauk dihidangkan diatas tikar untuk makan sekeluarga dan sahabat yang diundang. Pukul 07.00 atau 08.00 Upacara Kenduri dimulai, tetua kampung pun membacakan do’a selamat dan do’a tolak bala, selesai membaca do’a makanlah sekeluarga didalam satu gang bersama-sama. Selesai makan, Upacara Kenduri pun selesailah dan gang itu dikemaskan kembali sampai bersih.Pada zaman kini upacara ritual mandi Safar masih tetap dilaksanakan dengan berkumpulnya beberapa orang, baik dari pihak keluarga tertentu maupun pihak keluarga lainnya pada suatu tempat yang sudah ditentukan bersama, mereka saling kenal sehingga terjadi interaksi antarwarga dan tidak menutup kemungkinan terjadinya asimilasi dari berbagai suku yang ada. Kegiatan Upacara Ritual Mandi Safar kini tidak hanya pada masyarakat suku Melayu akan tetapi ada juga dari suku-suku pendatang lainnya yang ikut membaur dan beradabtasi dengan lingkungan, seperti rasa solidaritas sesama warga yang mengadakan ritual tersebut.
D.    Manfaat dan Tujuan Ritual Robo’-Robo’
Kegiatan ini banyak terdapat manfaat-manfaat yang kita anggap tidak terlalu penting, tetapi terlihat dalam beberapa kegiatan adanya Saprahan yang akan membangun rasa simpati terhadap sesama, terlebih pula untuk mempererat tali silaturrahmi bagi para peserta yang mengikuti tradisi ini. Robo’-Robo’ bagi sebagian masyarakat lokal menjadi berkah tersendiri untuk mendulang rupiah, mereka berjualan berbagai produk di deretan kios di sekitar lokasi yang berubah menjadi pasar kaget. Arti lambang dalam kegiatan Upacara Robo’-Robo’ antara lain;
  1. Perahu lancang kuning melambangkan perahu raja-raja Kesultanan Mempawah yang dipakai oleh para kaum kerabat kerajaan Mempawah
  2. Beras kuning melambangkan emas dan bertih melambangkan perak, menabur beras dan bertih melambangkan agar para leluhur turut hadir di dalam upacara adat tersebut
  3. Sesajian lauk-pauk dengan air melambangkan untuk para makhluk yang menjaga wilayah perairan
  4. Memasak dipantai Kuala Mempawah melambangkan rombongan Opu Daeng Manambun untuk mempersiapkan makan di daerah Sungai Mempawah
  5. Lantunan suara azan di Sungai Mempawah melambangkan pertama kali rombongan Opu Daeng Manambun mengumandangkan azan di wilayah Mempawah
  6. Air tolak bala dan air Salamun Tujuh melambangkan upaya manusia untuk menolak bala bencana yang mengancam kehidupan
  7. Kuntum bunga mawar melambangkan wewangian para leluhur untuk ditaburkan pada makam
  8. Air tepung tawar melambangkan penawaran bagi segala bencana yang datang
  9. Ketupat melambangkan bebasnya manusia dari bencana
  10. Upacara dipinggiran sungai melambangkan agar mendapatkan keselamatan dari bencana yang datang dari arah laut
Sedangkan hal yang ingin dicapai dengan diselenggarakannya upacara ini ialah :

  1. Memperingati peristiwa historis penting bagi kerajaan Mempawah yaitu tentang kedatangan pendaratan pertama Opu Daeng Manambon di wilayah Mempawah. Peristiwa lain yang diperingati ialah wafatnya Opu Daeng Manambon pendiri kerajaan Mempawah pada hari selasa bulan syafar tahun 1766
  2. Memohon ampun dan memohon pertolongan kepada Tuhan yang maha kuasa agar seluruh warga masyarakat diselamatkan dari bala bencana yang banyak diturunkan pada setiap bulan syafar
  3. Pemujaan dan penghormatan kepada para leluhur, khusunya para panembahan Mempawah yang telah memimpin dan mengembangakan wilayah kerajaan Mempawah, agar diampunkan dosa-dosanya dan dibalas jasa-jasanya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa
  4. Robo’-Robo’ diselenggarakan untuk mengikuti adat-istiadat yang telah turun-temurun.

POLA KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS

PUBLIC RELATIONS
POLA KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS


DOSEN PENGAMPU:
EVI HAFIZAH, M. Si





OLEH:
MARYAMATUL MUNAWWARAH
1113111006


JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2014

POLA KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS
A.    Pengertian Komunikasi[1]
Komunikasi secara terminologis adalah proses penyampaian pernyataan atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Dapat diartikan bahwa yang terlibat komunikasi adalah manusia. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan manusia lain untuk berinteraksi. Dalam berinteraksi antara satu manusia dengan manusia lainnya memerlukan komunikasi. Komunikasi antar manusia (Human Communication) sering juga disebut sebagai komunikasi sosial. (Effendy, 1992:4).
Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli yaitu : Everett M. Rogers “Komunikasi adalah suatu proses dimana ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah perilaku mereka”. Shannon & Weaver menyatakan bahwa “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, baik sengaja maupun tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi” (dalam Cangara, 1998:20).
Wan Xiao (1997) mengatakan: ”Interaksi sosial membentuk sebuah peran yang dimainkan setiap orang dalam wujud kewenngan dan tanggungjawab yang telah memiliki pola-pola tertentu. Pola-pola itu ditegakkan dalam institusi sosial (social institution) yang mengatur bagaimana cara orang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, dan organisasi sosial memberikan wadah, serta mengatur mekanisme kumpulan orang-orang dalam suatu masyarakat.” (Liliweri, 2004: 6).

B.     Pengertian Public Relation (Humas)
Menurut IPRA (International Public Relations Association, humas merupakan bagian dari organisasi atau lembaga yang fungsinya terencana dan berkelanjutan untuk memperoleh simpati atau dukungan dari pihak yang terkait dan bisa mengetahui opini public. Humas sendiri bisa dikatakan sebagai bagian organisasi atau lembaga yang bisa menciptakan kepercayaan public terhadap organisasi tersebut.
Humas merupakan jembatan penghubung antara sekelompok manusia di suatu organisasi dengan sekelompok manusia lain. Keberagaman karakter dan sifat manusia lebur menjadi satu dalam memahami organisasi atau perusahaan tertentu karena adanya hubungan masyarakat atau humas yang menerangkan tentang fungsi dari kelembagaan tersebut. Oleh karena itu, humas bisa di katakan sebagai bagian dari ilmu sosial.

C.    Pola Komunikasi[2]
Pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengriman dan penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi. Pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang menjadi langkah – langkah pada suatu aktifitas dengan komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia
Sudah diketahui bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan atau pun informasi dari seseorang kepada orang lain. Pada perkembangannya pihak penyampai pesan atau dalam istilah komunikasi disebut komunikator, dapat berupa sebuah kelompok atau pun perorangan. Begitu pula dengan penerima (komunikan) dapat berupa perorangan atau pun kelompok.
Diketahui pula, bahwa komunikasi itu bagaikan udara, bahwa dalam melakukan setiap kegiatan dan aktivitasnya, manusia tidak akan pernah dapat dipisahkan dari komunikasi. Apabila proses komunikasi ini dihubungkan dengan salah satu formula atau model klasik dalam komunikasi, maka dapat dihubungkan dengan Formula Lasswell ”Who says what in wich channel to whom whit what effect (Siapa mengatakan apa, dengan saluran yang mana, kepada siapa dan dengan efek bagaimana)” (dalam McQuail, 1981:12).
Di dalam formula Lasswell tersebut, diketahui bahwa pada dasarnya formula ini menunjukkan kecenderungan-kecenderungan adanya anggapan bahwa komunikator pasti memiliki keinginan untuk memengaruhi komunikan (penerima), oleh karena itu komunikasi dianggap merupakan sebuah proses persuasif. Dan selain itu, ada anggapan bahwa setiap pesan itu mengandung efek.
Pada dasarnya setiap orang dalam berkomunikasi, mempunyai perbedaan dalam prosesnya, baik proses pengiriman maupun penerimaan. Hal ini tidak terlepas dari adanya lingkup pemahaman maupun pengalaman yang dimiliki masing-masing pihak yang berkomunikasi, baik pengirim pesan maupun penerima pesan.
Berdasarkan kebutuhan akan berkomunikasi, maka terdapat beberapa pola komunikasi. Beberapa sarjana Amerika membagi pola komunikasi menjadi 5 yaitu: ”Komunikasi Antarpribadi (interpersonal Communication, Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication), Komunikasi Organisasi (Organizational Communication), Komunikasi Massa (Mass Communication), dan Komunikasi Publik (Public Communication).
Selain itu ada pula beberapa macam pola komunikasi yaitu :
a)  Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang verbal dan nirverbal. Lambang verbal yaitu bahasa, yang paling sering digunakan karena bahasa mampu mengungkapkan pikiran komunikator. Sedangkan lambang nirverbal yaitu lambang yang di gunakan dalam berkomunikasi yang bukan bahasa, namun merupakan isyarat dengan menggunakan anggota tubuh antara lain seperti : kepala, mata, bibir, tangan dan sebagainya.
b)  Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. Komunikator yang menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sasaran komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Dalam proses komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan efisien, karena didukung oleh teknologi informasi yang semakin canggih.
c)   Pola Komunikasi Linear
Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ketitik yang lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi, dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini, pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi.
d)   Pola Komunikasi Sirkular
Sirkular secara harfiah berati bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan kekomunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi seperti ini, proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan.


D.    Model Komunikasi Public Relations[3]
Menurut James E. Gruning perkembangan PR dalam konsep dan praktik dalam proses komunikasi ada 4 yaitu :
1.      Model Publicity, model ini PR melakukan propaganda atau kampanye melalui proses komunikasi searah untuk tujuan publisitas yang menguntungkan secara sepihak, khususnya mengadapi media massa dengan mengabaikan kebenaran informasi sebagai upaya untuk menutupi unsur-unsur negative dari suatu lembaga
2.      Model Public Information, di sini PR berupaya membangun kepercayaan organisasi melalui proses komunikasi searah dan tidak mementingkan persuasive, di samping itu mampu mengendalikan berita melalui kerjasama media massa
3.      Model Two Way Assymetrical, model ini PR melakukan kampanye melalui komunikasi dua arah dan penyampaian pesan-pesan berdasarkan hasil riset serta strategi komunikasi persuasif public secara ilmiah
4.      Model Two Way Symmetrical, model ini menggambarkan proses komunikasi melalui dua arah timbale balik yang berimbang.

E.     Proses Komunikasi[4]
Terdapat sebuah model komunikasi yang dikembangkan oleh Harold D. Lasswel sebagai berikut :
 






Model Lasswel ini terkenal dengan SMRCE yang merupakan singkatan dari : S source (sumber), M Messege (pesan), R Receiver (penerima pesan), C Channel (saluran yang digunakan dan E Effect (pengaruh yang ditimbulkan).
F.     Bentuk-bentu Komunikasi[5]
Dalam komunikasi antar manusia kita mengenal tiga macam bentuk pokok komunikasi yaitu ; Komunikasi Intrapribadi (komunikasi dengan diri kita sendiri), Komunikasi dengan orang lain dan Komunikasi melalui media massa.
Dari tiga bentuk komunikasi di atas, maka menimbulkan dampak, bentuk pertama hanya dirasakan oleh diri kita sendiri, sedangkan pada bentuk komunikasi yang kedua dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak-pihak yang terlibat dan bentuk komunikasi yang ketiga baru tampak beberapa waktu kemudian.



REFERENSI

Rosady Ruslan, 2008, Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
F. Rachmadi, 1996, Public Relation dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
www.lusa.web.id/pengertian-komunikasi/, akses tanggal 30 Maret 2014



[1] www.lusa.web.id/pengertian-komunikasi/, akses tanggal 30 Maret 2014
[3] Rosady Ruslan, Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008)
[4] F. Rachmadi, Public Relation dalam Teori dan Praktek (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1996)
[5] Ibid