KOMUNIKASI
LINTAS AGAMA
AGAMA HINDU
DOSEN
PENGAMPU :
SAMSUL HIDAYAT, MA
OLEH :
MARYAMATUL MUNAWWARAH
1113111006
JURUSAN KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut Nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, dan segala
puja dan puji hanya untuk Allah SWT. Dan berkat karunia – Nya lah tugas makalah
ini bisa selesai sesuai dengan harapan penulis yang berjudul “Agama Hindu’’.
Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. yang mana
beliau telah membawa kita dari alam kejahilan, alam penuh kemaksiatan, alam
kemusyrikan sehingga kita dibawanya ke alam yang terang benderang ini yakni
dinuna dinul islam wal iman.
Selanjutnya dengan segala usaha yang di
lakukan oleh penulis alhamdulillah makalah ini bisa di selesaikan walaupun
sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangatlah di
harapkan oleh penulis dan semoga makalah ini bisa bermanfa’at bagi kita semua
amien ya rabbal alamin.
Pontianak, 3
Juli 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar…………………………………...……………………………………
Daftar Isi………………………..……………………………………………………..
BAB 1 Pendahuan……………………………………...……………………………………...
A.
Latar
belakang………………..……………………………………………………
BAB 11 Pembahasan……………………...……………………………………………..........
A.
Asal
Usul dan Perkembangan Agama
Hindu…………………………….………
B.
Kitab
Suci…………………………………………………………………………
C.
Konsep
Ketuhanan………………………………………………………………..
D.
Ajaran
Tentang Atman…………………………………………………………....
E.
Sekte-sekte
Agama Hindu………………………………………………………...
F.
Hindu
Dharma…………………………………………………………………….
BAB 111 Penutup…………………………………………….…………………………..…...
Kesimpulan…………………………………………………………………………….
Saran…………………………………………………………………………..…….…
Daftar Pustaka…………………………………………………….………………..….
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa Agama Hindu tidak terlepas dari
peradaban zaman India Kuno pada waktu itu. Peradaban yang dilatarbelakangi oleh
adat istiadat dn kepercayaan-kepercayaan, sungguh menjadi khazanah wawasan
keagamaan tersendiri bagi agama Hindu dan pemeluknya. Agama Hindu merupakan
salah satu contoh agama yang kami angkat tema pada kali ini merupakan hasil
dari sejarah. Dari pada itu sejarah merupakan hal yang mendasari segala aspek
kehidupan. Pada kali ini kami ingin memaparkan secara sederhana tentang
asal-usul Agama Hindu. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
India adalah negeri yang serba ganda, ganda dalam suku bangsa,
ganda dalam budaya, dan ganda dalam soal kepercayaan. Oleh sebab itu, mempelajari
agama Hindu terasa mengalami kesulitan. Jika kita lihat dari sudut pandang ilmu
bangsa-bangsa, India adalah tanah yang beraneka ragam dan akibatnya ialah orang
dapat melihat suatu kebudayaan yang beraneka ragam. Jika kita ibaratkan, agama
Hindu itu seperti pohon besar yang memiliki cabang yang sangat banyak yang
melambangkan berbagai pemikiran keagamaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal-Usul
dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu
Pendiri Hindui tidak diketahui dan titik awalnya merujuk pada masa pra-sejarah.
Hinduisme juga merupakan tradisi religious utama yang tertua. Menurut Yong
Choon Kim, Hindu juga seringkali disebut sebagai agama ahistoris dan
nonhistoris, karena tidak memiliki awal sejarah dan tidak ada pendiri tunggal.
Menurut tradisi, seseorang tidak dapat menjadi seorang Hindu kecuali ia
dilahirkan dalam keluarga Hindu.
Sebelum kata “Hindu” dan “Hinduisme” diterima, ada istilah-istilah
yang diperkenalkan oleh orang asing, yakni: orang Persia, Yunani dan Inggris.
Umat Hindu menyebut tradisi mereka sebagai Vaidika Dharma, Artinya Dharmanya
weda.
Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah
mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak
benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini
mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta sastra suci dari kaum Zoroaster
di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah
sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika
beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya
agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal
sebagai ajaran Weda.
Riwayat Hindu yang diketahui paling dini terdapat pada peradaban
Lembah Sungai Indus. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta untuk
Sungai Indus, Sidddhu, kata yang oleh bangsa Persia kuno diucapkan sebagai
“Hindu”. Tidak lama sebelumnya kata itu digunakan untuk menyebut semua bangsa
India pada umumnya, tetapi sekarang kata itu hanya digunakan untuk menyebut
pengikut Hindu. Agama Hindu lahir dan berkembang pertama kalinya dilembah
sungai suci Sindhu di India. Agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari
anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme)
yang merupakan kepercayaan sebangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan
muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM. Agama ini merupakan agama ketiga
terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak
hampir 1 miliar jiwa.Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua
India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah
tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa
keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan
juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia
adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa, Lombok,
Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
Agama ini timbul dari
bekas–bekas runtuhan ajaran–ajaran Weda dengan mengambil pokok pikiran dan
bentuk–bentuk rupa India purbakala dan berbagai kisah dongeng yang bersifat rohani
yang telah tumbuh disemenanjung itu sebelum kedatangan bangsa Arya. Dengan
sebab ini para peneliti menganggap Agama Hindu sebagai kelanjutan dari ajaran –
ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses evolusinya. Menurut para sarjana,
agama hindu terbentuk dari campuran antara agama India asli dengan agama atau
kepercayaan bangsa Arya. Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan
merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil
penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu
generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah keIndia dan
menundukkan penduduk aslinya serta membentuk suatu masyarakat sendiri diluar
pengaruh penduduk asli itu.
Sejarah agama Hindu dimulai dari zaman perkembangan kebudayaan–kebudayaan
besar di Mesopotamia dan Mesir. Karena rupanya antara tahun 3000 dan 2000
sebelum Masehi dilembaga sungai Indus sudah ada bangsa–bangsa yang peradapannya
menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Eufrat dan Tigris, maka terdapat
peradapan yang sama di sepenjang pantai dari laut Tengah sampai ke Teluk
Benggal. Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Dravida. Bangsa
Dravida adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan
kecil dan berambut keriting. Sistem kepercayaan bangsa dravida sebelum masuknya
agama Hindu. Bangsa Dravida melahirkan budaya pertapaan menyiksa diri yang
beranggapan bahwa jiwa itu tidak sama dengan badan, jika mereka menyatukan
badan dengan jiwa maka itu dianggap sebagai bentuk kekekalan. System
kepercayaannya seperti orang meditasi, bertapa mengembara, selimbat (tidak
menikah), melatih fikiran, mencari jalan kematian dan kelahiran (mencapai
kebebasan).
Antara tahun 2000 dan 1000 sebelum Masehi dari sebelah utara masuk
ke India kaum Arya, yang memishkan diri dari kaum sebangsanya di Iran yang
memasuki India melalui jurang–jurang di pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya
adalah bangsa yang berkulit putih dan berbadan tanggap, bentuk hidungnya
melengkung sedikit. Kepercayaan bangsa Arya sebelum masuk agama Hindu, Pada
awalnya bangsa Arya belum mengenal sistem kepercayaan yang mapan dan
terorganisir. Mereka melakukan pemujaan-pemujaan yang ditujukan pada
fenomena-fenomena alam, seperti; sungai, gunung dan pegunungan, laut, halilintar,
matahari, bulan bintang, batu-batu besar, pohon-pohon besar, dan lain-lain.
Tetapi terkadang fenomena alam menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka,
yang mereka anggap alam menjadi marah, murka, bahkan mengamuk. Dengan
pengalaman tersebut, mereka memulai melakukan pemujaan-pemujaan terhadap
fenomena-fenomena alam tersebut bertujuan untuk menentramkan
fenomena-fenomenaalam yang mereka anggap sebagai penganggu. Bangsa Arya
mempunyai tahap-tahap dalam system keprcayaan yaitu :
1. Totheisme atau Totemisme atau Antrophomorphisme, adalah tahap di
mana persembahan yang mereka berikan masih sangat sederhana kepada
fenomena-fenomena alam (sungai, batu, guning, pohon, dan sebagainya).
2. Polytheisme, pada tahap ini mereka beranggapan bahwa
fenomena-fenomena alam tersebut dianggap memiliki suatu kekuatan dan mereka
menganggapnya sebagai dewa. Mereka mulai memuja dewa-dewa seperti; Dewa Air
(Baruna), Dewa Matahari (Suriya), Dewa Angin (Bayu), dan lain-lain.
3. Henotheisme, di tahap ini mereka cenderung memfavoritkan pada dewa-dewa
tertentu untuk suatu periode, sehingga kefavoritan menjadi berganti-ganti unutk
satu periode sesuai dengan keadaan. Bila pada musim kemarau, mereka memuja dan
memfavoritkan kepada Dewa Hujan, pada musim bercocok tanam mereka memuja Dewa
Air, dan sebagainya.
4. Monotheisme, pada tahap ini mereka hanya memuja pada satu dewa
yang mereka kenal sebagai dewa pencipta segalanya (Pajapati), mereka
beranggapan bahwa Pajapati adalah sebagai pencipta alam semesta. Pajapati
sering dianggap sebagai dewa yang bertugas menciptakan semua hal dan kemudian
berkembang gagasan tentang Brahma. Dari tahap Antrophomorphisme, Polytheisme,
kemudian tahap Henotheisme, sampai pada tahap Monotheisme itu disebut tahap
Yadnya Marga atau Karma Marga, karena mereka cenderung masih melakukan
upacara-upacara persembahan atau upacara kurban dengan tujuan agar mendapatkan
berkah, pahala, kebahagiaan, dan keselamatan.
5. Monisme atau Pantheisme,
adalah tahap di mana mereka tidak lagi menyembah dewa-dewa. Mereka meyakini
atau berprinsip bahwa ada suatu sumber dari segala sesuatu, yaitu yang mereka
namakan sebagai Roh Universal (Maha Atman). Dan mereka juga meyakini bahwa
setiap benda atau bentukan memiliki Roh Individu yang mereka namakan Puggala
Atman. Di tahap ini yang semakin berkembang mereka melakukan suatu pencarian,
bagaimana agar Puggala Atman dapat bersatu dengan Maha Atman.
B.
Kitab
Suci Agama Hindu
Ada beberapa kitab yang
dianggap suci oleh umat Hindu, sebagai berikut:
a)
Veda
(baca : Weda), merupakan sastra tertua dalam sejarah peradaban manusia, disusun
kembali oleh Byasa (Vyasa – hidup di sekitar abad 18 SM hingga abad 15 SM).
Veda dibagi menjadi 4 bagian : Rigweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda.
Keempat weda tersebut juga disebut sebagai Sruti (Yang Didengar). Weda juga dibagi
menjadi 4 lagi yaitu Samhita, Brahmana, Aranyaka dan Upanishad.
b)
Vedanga
(baca : Wedangga), merupakan alat bantu untuk memahami Weda. Wedangga terbagi 4
pula yaitu :
Siksha
(śikṣā): fonetika dan fonologi (sandhi).
Chanda
(chandas): irama.
Vyakarana
(vyākaraṇa): tata bahasa.
Nirukta
(nirukta): etimologi.
Jyotisha
(jyotiṣa): astrologi dan astronomi.
Kalpa
(kalpa): ilmu mengenai upacara keagamaan.
c)
Ittihasa
(Kisah-kisah, Kejadian Nyata), terdiri dari Ramayana ( disusun oleh Resi
Walmiki) dan Mahabarata (disusun oleh Resi Vyasa).
a.
Smrti,
bukan “wahyu”, melainkan sastra utama. Termasuk kedalamnya adalah: Dharmasastra,
atau sastra hukum dan perundang-undangan.
b.
Itihasa,
atau sejarah.
c.
Purana,
sastra keagamaan.
d.
Sutra.
e.
Agama
f.
Darshana,
filsafat Hindu. Yang termasuk didalamnya adalah apa yang disebut Sad Darshana,
enam ajaran filsafat Hindu, yaitu:Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, Nyaya dan
Vedanta.
d)
Purana
(Cerita Kuno), berisi mitologi dan legenda kuno.
e)
Bagavad
Gita (Nyanyian Tuhan), bagian dari kisah Mahabarata.
f)
Sutra
(Benang), berisi pepatah.
C.
Konsep
Ketuhanan
1)
Wujud
Tuhan Penjelasan tentang pelukisan Tuhan dalam bentuk patung adalah suatu
cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda jatuh cinta
pada kekasihnya, sampai tingkat madness (tergila-gila) maka bantal gulingpun
dipeluknya erat-erat, diumpamakan kekasihnya., diapun ingin mengambarkan
kekasihnya itu dengan sajak-sajak yang penuh dengan perumpamaan. Begitu pula
dalam peribadatan membawa sajen (yang berisi makanan yang lezat dan buah-buahan)
ke Pura, berarti Tuhan umat Hindu seperti manusia, suka makan yang enak-enak Pura
dihias dan diukir sedemikian indah, apakah Tuhan umat Hindu suka dengan seni. Semua
sajen dan kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan rasa bhakti
kepada Tuhan.
2)
Brahman/
Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam
Weda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa
dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang
artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini
disebut dalam beberapa nama, antara lain:
a)
Brahman:
asal muasal dari alam semestea dan segala isinya
b)
Purushottama
atau Maha Purusha
c)
Iswara
(dalam Weda)
d)
Parama
Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
e)
Sanghyang
Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
f)
Dhata:
yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
g)
Abjayoni:
yang lahir dari bunga teratai
h)
Druhina:
yang membunuh raksasa
i)
Viranci:
yang menciptakan
j)
Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai
k)
Srsta:
yang menciptakan
l)
Prajapati:
raja dari semua makhluk/masyarakat;
m)
Vedha:
ia yang menciptakan
n)
Vidhata:
yang menjadikan segala sesuatu
o)
Visvasrt:
ia yang menciptakan dunia
p)
Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan
atau yang mengadili.
Tuhan Yang
Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:
1.
Beliau
yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
2.
Wujud
kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
3.
Raja
di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan
makanan
4.
Sumber
segalanya dan sumber kebahagiaan hidup
5.
Maha
suci tidak ternoda
6.
Mengatasi
segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada
duanya.
7.
Absolut
dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya
(swayambhu).
D.
Ajaran
Tentang Atman
Atman
adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/ Brahman). Atman di dalam
badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman
dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang
mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarwa prani
(makhluk) di alam semesta ini “Angusthamatrah Purusa ntaratman Sada Jananam
hrdaya samnivish thah Hrada mnisi manasbhiklrto Yaetad, viduramrtaste bhavanti.
Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang
menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang
mengetahuinya menjadi abadi.
a)
Percaya
Adanya Tuhan ( Brahman/ Hyang Widhi) Tuhan Yang Maha Esa,Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh
pikiran, yang gaib dipanggil dengan berbagai nama sesuai dengan jangkauan
pikiran, namun Ia hanya satu, Tunggal adanya.
“Ekam eva adwityam Brahma”
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.
“Eko Narayanad na dityo ‘sti kascit”
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya
“Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa”
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam
sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan
banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta,
Wisnu sebagai pemelihara dan Shiwa sebagai pemralina. Banyak lagi panggilannya
yang lain. Ia Maha Tahu, berada di mana-mana. Karena itu tak ada apapun yang
dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan
bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang
menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar dia menemukan jalan
terang dalam mengarungi hidup ini.
E.
Sekte- sekte Agama Hindu
a. Sekte Bhakti
Sekitar
tahun 500 SM, muncul beberapa kecenderungan “pemujaan”, pelayanan atau
kebaktian yang mencakup pengertian percaya, taat dan berserah diri kepada dewa.
Pemujaan dan kebaktian kepada dewa itu dinyatakan dalam puja yang perwujudannya
kadang-kadang dinyatakan dengan mempersembahkan berbagai macam buah-buahan dan
bunga-bungaan kepada para dewa disertai dengan penyelenggaraan upacara
mengitari kuil-kuil tertentu. Puja dan bhakti tersebut dilakukan dengan hidmat
dan sikap badan tertentu, seperti sikap merebahkan dan meniarapkan diri di
dekat patung yang terdapat dalam kuil atau tempat-tempat yang dianggap suci
lainnya sambil mengucapkan beberapa doa.
b. Sekte Wisnu
Sekte
ini lebih mmengutamakan pemujaan kepada dewa Wisnu karena dewa ini sangat
sympatik bagi mereka dengan sifat-sifatnya yang berdasar pada perasaan bhakti (cinta).Pandangan pengikutnya antara
lain menyatakan bahwa kebaikan Wisnu dengan Bhaktinya ialah yang dapat
memberikan jaminan kedamaian hidup bagi uumat pemujanya, karena itu cukuplah
bagi pengikut-pengikutnya untuk menyerahkan diri saja kepada-Nya. Sikap
penyerahan diri kepada-Nya akan membawa mereka kepada Nirwana. Segala kebaikan
bhakti Wisnu itu dilukiskan dengan panjang lebar dalam sucinya yaitu kitab
Purana. Didalam kitab tersebut diceritakan bagaimana manifestasi can kebaikan
bhakti Wisnu dalam usahanya menolong ummat manusia dari segala bentuk
kehancuran dan kejahatan. Dengan jelma (melakukan avatara) menjadi berbagai
makhluk ajaib dalam 10 rupa, maka kehancuran dan kejahatan dapat dihindari.
c. Sekte Siwa
Penganut Hindu dari sekte Siwa meyakini
Tuhan adalah Siwa. Salah satu bentuk pemujaan Siwa yang dilakukan oleh pada
Pendeta Siwa adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut sebagai Mantra Catur
Dasa Siwa, yakni empat belas wujud Siwa. Mantra ini digunakan untuk mendapat
pengaruh ke-Tuhan-an yang kuat dan suci serta untuk mendapat kebahagian
sekala-niskala.Pendeta Siwa yang mengucapkan dan meresapkan Mantra Catur Dasa
Siwa ingin mendudukkan Siwa dalam tubuh/ dirinya mulai dari bagian bawah tubuh
sampai ke bagian atas tubuh, yakni: Pemeluk-pemeluk aliran ini sangat optimis
terhadap kebulatan kekuasaan dewa Siwa ini, karena ia dipercayai dapat menjelma
menjadi berbagai bentuk kedewataan yang menggambarkan akan kekuasaannya yang
besar. Kekuasaannya meliputi: penentuan hidup dan matinya manusia dan
kekuasaannya adalah yang tertinggi diantara dewa-dewa. Pada masa permulaan Agama Hindu, Siwa
tidak pernah dipuji orang sebagaimana halnya Wisnu. Sebagai tanda kekuasaannya
dewa ini digambarkan secara fantastis dengan tangan empat. Jadi keistimewaan
Dewa Siwa ini adalah dapat mempunyai watak/sifat-sifat pribadi yang satu sama
lain kadang-kadang berlawanan. Dalam pemujaan-pemujaan demikian mereka
memberikan korban-korban dan saji-sajian setiap waktu tertentu dibawah pimpinan
pendeta-pendetanya.
d.
Sekte Sakti
Sebenarnya aliran ini masih dapat
dimasukkan sebagai bagian dari aliran Siwa, tetapi karena yang disembah dan
dipuji bukan lagi Siwa melainkan saktinya dalam bentuk Darga, dan karena lebih
luasdan lebih mendalam, maka lebih tepat kalau dianggap sebagai salah satu
aliran keagamaan tersendiri dalam agama Hindu. Sakti adalah kekuatan, prinsip
aktif yang menyebabkan Siwa mampu menciptakan. Tanpa Sakti tersebut Siwa tidak
akan dapat berbuat apa-apa karena Siwa adalah prinsip pasif. Karena itu Sakti
menjadi lebih penting daripada Siwa sendiri. Segala sesuatu terjadi karena
bersatunya prinsip pasif dengan prinsip aktif. Yaitu persatuan Siwa dengan
Saktinya,Bentuk-bentuk tertentu dari Sakti dan segala sesuatu adalah baik;
tidak ada yang tidak baik. Hanya orang yang tidak mengerti saja yang
beranggapan bahwa ada yang baik dan ada yang tidak baik. Ini keliru, karena
anggapan itu hanya didasarkan pada kesadaran manusia sendiri. Untuk mencapai
kebenaran dan kelepasan (moksa) manusia harus melepaskan diri dari belenggu kekeliruan
ini. Ia harus melepaskan kesadarannya sendiri sehingga dapat menyadari
kebenaran bahwa segala sesuatuadalah perwujudan dari Sakti dan Siwa, dan bahwa
semua adalah baik.
e. Sekte
Tantra
Aliran
ini dalan usaha mencapai Nirwana lebih mementingkan cara penbacaan
manter-mantera rahasia dan membebaskan ruang gerak hawa nafsu. Dalam kitab
Tantrisme yang disebut kitab “AGAMA” dan “TANTRA” dinyatakan bahwa “Hendaknya
manusia jangan mengekang hawa nafsunya tetapi sebaliknya hawa nafsu harus
dibebaskan dan diberi kepuasan. Dengan demikian, maka jiwa manusia menjadi
merdeka dari segala tekanan-tekanan psikisnya”.Cara-cara yang ditempuh ialah
menjalankan 5 (lima) “ma” yang terdiri dari Matsya: makan ikan sebanyak banyaknya.
Mada: meminum tuak sebanyak mungkin. Mansa: makan daging sebanyak-banyaknya.
Mudra: makan sejenis nasi (padi-padian) sebanyak-banyaknya. Akhirnya Mauethua:
melepaskan nafsu birahi sebanyak-banyaknya dengan wanita.Dengan kepuasan nafsu
tersebut, manusia dapat melepaskan diri dari samsara. Adapun sistem ajaran
Tantrayana tersebut diberikan dalam bentuk percakapan antara Siwa dengan Durga
(isteri Siwa)
F.
Hindu Dharma
Dalam ajaran agama
Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari
kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus
berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam
Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna
dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada
Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada
kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka
selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. Dalam zaman edan saat ini
semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan
keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua
perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah
berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan
datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain2
dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan
kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan
kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara
latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara
pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan
melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang
suci.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara historis,
agama Hindu merupakan agama yang berasal dari Negara India. Agama Hindu juga
merupakan salah satu agama yang tertua di dunia. Agama Hindu dilihat dari
sejaraah mulanya, agama ini merupakan hasil persatuan antara keprcayaan atau
agama-agama yang berada di India. Bangsa Dravida merupakan bangsa yang berasal
dari dalam India, akan tetapi setelah datangnya bangsa Arya yang telah merebut
kekuasaan bangsa Dravida pada waktu itu. Bangsa Dravida pun menghindari dari
kecaman bangsa Arya, sehingga bangsa Dravida pergi menuju pedalaman bahkan
bertempat di dataran tinggi India. Interaksi antara keduanya juga salah satu
dari asal-mulanya agama Hindu. Persatuan yang mendesak bangsa Dravida membuat
mereka bercampur dengan bangsa Arya dan melahirkan kepercayaan yang hingga
sekarang ada di dunia, yakni agama Hindu.
DAFTAR PUSTAKA
file://localhost/d:/eka%20kla%202/widya%20wahana%20%20konsep%20ketuhanan%20dalam%20agama%20hindu.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar