KOMUNIKASI LINTAS AGAMA
AGAMA KRISTEN KATHOLIK
DOSEN PENGAMPU :
SAMSUL HIDAYAT, MA
OLEH :
MARYAMATUL MUNAWWARAH
1113111006
JURUSAN KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2014
AGAMA KRISTEN KATHOLIK
A.
Asal Usul Agama Katholik
Sesuai dengan petunjuk sejarah, Yesus kristus adalah pembawa agama
Kristen. Ia berasal dari Nazared, lahir tahun ke 4 SM, tetapi sebagaian ada
yang berpendapat antara tahun ke 7-5 SM, ketika berumur 27 tahun, ia mulai
mengajar di Galilea dan kemudian meluas di kalangan penduduk Palestina. Ia
dipercayaai membawa kabar gembira tentang penebusan dosa di samping
memperlihatkan bayak mukjizat. Untuk kelanjutan ajaran yang dibawanya ia
mengangkat 12 orang rosul.
Satu tahun sebelum ia meninggal dunia di kayu salib pada 7 april 30
M, ketika berusia lebih kurang 30-31 tahun, Yesus telah membentuk gereja di
Yerussalem, yaitu ketika menunjuk petrus, salah seorang muridnya yang 12
sebagai kepala gereja. Dalam injil Matius ( 16:18) di sebutkan : “Dan aku pun
berkata kepadamu : engkau adalah petrus dan diatas batu karang ini aku akan
mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya’’. Bahkan Yesus
mengangkat petrus sebagai kepala gereja yang tertinggi, sebagaimana di
isaratkan dalam injil yahya (21:17).
Selain petrus, Paulus adalah seorang rosul yang mempunyai peran
besar dalam penyiaran agam Kristen, ia berasal dari Tarsus di Sisilia, tetapi
juga orang Yahudi sebagai mana halnya petrus. Pada mulanya ia menjadi penentang
agama Kristen dan pada tahun 36 M ia pergi ke damaskus untuk mencari
orang-orang Kristen untuk disiksanya, tetapi didepan pintu gerbang kota
tersebut, konon Yesus menampakkan diri padanya sehingga ia jatuh pingsan.
Setelah siuman, ia lantas bertaubat dan kemudian dipermandikan. Dalam sejarah
hidupnya disebutkan bahwa ia menyiarkan agam Kristen karena mendapat wahyu dari
Tuhan, sekalipun ia bukan murid Yesus dan belum pernah berjumpa dengan Yesus.
B.
Sumber Pokok Ajaran
Katolik
Secara garis besar, sumber ajaran agama katolik dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
- Hidup,
keyakinan dan usaha dari jemaat-jemaat sepanjang sejarah : tradisi Kitab
Suci sebgai Kisah Awal jemaat Krostianai
- Kesepakatan-kesepakatan
antar jemaat mengenai keyakinan iman (rumus-rumus hasil
“konsili”-pertemuan dari segenap jemaat- mengenai iman, ibadat dan hidup)
- Tradisi
tidak tertulis : kebiasaan-kebiasaan (ibadat) dan moral.
C.
Pokok Ajaran Agama
Katolik
1.
Orang beriman (kristiani)
berbakti demi hidup manusia : keadilan dan hormat pada manusia
2.
Orang beriman (kristiani)
berbakti kepada Allah demi hidup manusia : mengasihi allah dan mengasihi
manusia
3.
Orang beriman (kristiani)
berbakti kepada Allah bersama dengan Yesus : hidup orang kristiani mengikuti
hidup Yesus
4.
Orang beriman (kristiani) katolik
berbakti kepada Allah demi hidup manusia, bersama dengan Yesus bersekutu dengan
orang kristiani lainnya : ibadat bersama orang kristiani.
D.
Konsep
Tuhan dan Iman dalam Ajaran Katolik
Seperti yang telah diungkapkan
dalam pengantar awal, banyak ditemukan pertanyaan di media internet soal
ketuhanan dalam katolik. Iman Katolik dituding tidak masuk akal dengan konsep
Trinitas dan dengan simplikasi pandangan menyatakan bahwa Tuhan dalam ajaran
katolik ada tiga sehingga termasuk dalam golongan agama yang menganut
Politheism. Konsep Trinitas dituding sebagai ajaran yang menunjukkan Allah
diperanakkan dan memperanakkan. Tetapi tentu kita perlu menghargai
ketidakpahaman atas sikap ini sekalipun menyesalkan propaganda yang kadang
menyesatkan. Menurut Katekismus Gereja Katolik, Konsep Trinitas diuraikan
sebagai berikut :
1.
Tritunggal
adalah Allah yang satu. Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah
masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah “sepenuhnya dan
seluruhnya”.
2.
Ketiga
Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain,
yaitu di dalam hal hubungan asalnya : yaitu Allah Bapa yang
melahirkan, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan
3.
Ketiga
Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan Ilahi, namun
malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut.
Trinitas merupakan akar dan dasar
dari Iman kekatolikan yang bertumbuh selama ribuan tahun dan terpelihara hingga
kini. Dalam sejarah gereja beberapa kali konsep ini ditegaskan untuk
menghindari penyimpangan dan penyesatan yang dapat terjadi dalam perjalanan
waktu.
Konsep Trinitas itu merupakan
ajaran yang menyatakan Allah kita Satu dan terdiri dari 3 pribadi. Pribadi yang
dimaksud adalah Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. Perlu dipahami
dengan baik bahwa ini bukan pernyataan bahwa Allah itu tiga melainkan satu
dalam 3 pribadi yang unik, satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab satu
sama lain membangun kesempurnaan Allah yang Esa.
Sebagai sebuah pemahaman, hakekat
kita sebagai manusia adalah sama untuk semua umat manusia, namun demikian kita
sebagai manusia memiliki kepribadian yang membedakan kita dengan yang lain.
Fakta bahwa kepribadian yang unik dan berbeda diantara manusia tak dapat mengabaikan
bahwa kita seluruhnya adalah satu hakekat, manusia.
Begitupula hakekat bahwa Allah
itu satu dan dilihat dalam 3 pribadi untuk membantu kita melihat karya
keselamatan Allah yang mewujud lewat Penebusan Kristus Yesus dan pemeliharaan
Roh Kudus sehingga karya itu dapat terus berlanjut sampai akhir zaman. Hakekat
Tuhan yang satu tidak mengabaikan bahwa ada 3 pribadi yang saling terkait
membentuk konsep ke- Allahan kita.
Kesatuan Allah dalam 3 pribadi
ini dalam Kitab Suci diungkapkan oleh Yesus sendiri. Ia mengungkapkan “Aku dan
Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat
Bapa…” (Yoh 14:9) Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya sebelum
sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu, sama
seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa
(lih. Yoh 17: 21). Pada bagian ini pernyataan keallahan Yesus ditegaskan
oleh-Nya sendiri. Hal ini sejalan dengan sebutan Anak yang terkasih oleh Allah
Bapa saat Yesus menjalani pembabtisan di sungai Yordan.
E.
Konsep Manusia Menurut
Ajaran Kristen Katholik
Manusia adalah makhluk Tuhan yang pada mulanya diciptakan sesuai
dengan gambar Allah. Manusia pertama, Adam, ditempatkan dalam sebuah taman yang
subur dan indah dengan ketentuan agar memelihara dan mengelolanya, disertai
peringatan : “Dari sekalian pohon di taman ini boleh kau makan,
tapi dari pohon pengetahuan baik dan jahat ini tak boleh kau makan
buahnya, apabila kau makan daripadanya kau mesti mati” (Gen. 126:2, 25).
F.
Eskatologi Dalam Agama Kristen Katolik
Eskatologi dalam arti teologis adalah secara
konkret berbicara mengenai pengharapan orang beriman akan kedatangan Allah.
Orang beriman berharap kepada Tuhan (Mzm 31:25; lih 33:22; 38:16; 39:8;
42:6,12; 43:5; 130:7; 131:3). Berpuluh-puluh kali dikatakan bahwa Israel
berharap kepada Tuhan. Tuhanlah “pengharapan Israel” (Yer 14:8, lih ay.22;
17:13).
Bersama pemazmur, orang Israel yang saleh itu
berdoa : “Engkaulah harapanku, ya Tuhan kepercayaanku sejak masa muda, ya
Allah” (Mzm 71:5). Dari kutipan tersebut tampak bahwa pengharapan itu sekaligus
ungkapan Iman yang kuat, sebagaimana juga tampak dalam kitab Yesaya ini :
“Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab
Tuhan Allah itu kekuatanku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Yes 12:2). Selain
unsur kepercayaan ada juga unsur eskatologis sebab pengharapan itu “harapan
untuk hari depan: (Yer 31:13; bdk Hos 12:7).
Allah bukan hanya tujuan harapan, tetapi juga
sumbernya : “hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah
harapanku” (Mzm 62:6; lih Yer 29:11). Pengharapan ini memberikan perdamaian dan
kepastian : “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai
penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut,
sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut” (Mzm
46:2-3). “orang benar merasa aman seperti singa muda” (Ams 28:1).[1]
Dasar pengharapan adalah kesetiaan Tuhan akan
janji-janjiNya, yang terbukti dalam masa yang lampau (Mzm 105-107). Maka itu,
sang nabi dapat berkata dengan mantap : “Aku ini akan menunggu Tuhan, akan
mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku, Allahku akan mendengarkan aku”
(Mikha 7:7; lih Mzm 42:6). Pihak yang kepadanya janji itu diberi adalah bukan
pertama-tama orang perorangan melainkan dalam rangka perjanjian yaitu : segenap
umat, berhubung dengan nubuat kenabian; sisa yang suci, dan baru dalam amanat
apokaliptik, orang individual yang setia.
- Eskatologi Dalam Perjanjian Lama
Menurut A. Lamorte dan G.
F. Hawthorne ”Prophecy” dalam dictionary of teology bahwa nubuat dalam
Perjanjian Lama dibagi dalam dibagi tiga
kategori penting. Pertama, nubuat tentang pembuangan bangsa Israel sebagai
hukuman Allah terhadap dosa bangsa pilihan itu, namun Allah berjanji untuk
memulihkan atau memulangkan bangsa tersebut setelah selesai periode pembuangan.
Kedua, nubuat mesianik meliputi kedatangan seorang penebus Israel dan dunia
(Yes 52:13-53:12; Mi 5:1-2). Ketiga, Nubuat eskatologis, yakni menunjuk pada
peristiwa-peristiwa yang terjadi di akhir zaman ketika Mesias datang kembali
untuk mendirikan Kerajaan allah dibumi.
Selanjutnya, nubuat dalam Perjanjian Lama dapat
dibagi yaitu pertama, yang sudah di genapi meliputi pembuangan Israel ke Asyur
722 SM dan ke Babel 586 SM serta pemulangan kembali bangsa Israel ke tanah
perjanjian. kedua, nubuat dalam proses penggenapan yakni menyangkut restorasi negara
israel modern menurut para nabi (9Yes 27:12-13; Yer 31:31; Yeh 37:21). Ketiga
nubuat yang belum digenapi yaitu pemulihan secara total tanah palestina bagi
bangsa Israel (Yes 27:12-13; Yer 31:1-5; Yeh 37:11-14, penghancuran musuh-musuh
Israel, (Yes 17:1-3, Yer 30:11), pertobatan kolektif bangsa Israel Yeh
37:6,10).
Menurut Mowinckel dalam buku Pengharapan Mesias
dalam Perjanjian Lama ia mengatakan Asal-usul gagasan adanya mesias dapat
ditelusuri dengan gagasan raja yang Ilahi. Pengharapan mesias itu timbul karena
pengalihan gambaran raja keturunan Daud yang ideal pada masa raja-raja masa
yang akan mendatang. Didalam beberapa bagian Perjanjian Lama sering disebutkan
bahwa dinasti Daud akan abadi, tanpa menyebut nama seorang putra Daud ( 2 Sam
7:12-17; Yer 33:17; Maz 88:4, 29; Maz 18:5).[2]
- Eskatologi
Menurut Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru eskatologi merupakan gagasan yang kompleks
sekitar Kerajaan Allah dalam pengajaran Yesus, kedatangan Anak Manusia,
parousia, dan keadaan yang akan terjadi pada zaman yang datang.[3]
- Menurut Injil Sinoptis
Para penulis Injil sinoptis telah sepakat berbicara mengenai
kemesiasan Yesus tidak saja melalui kesaksian langsung tetapi juga secara tidak
langsung. Tradisi Injili secara keseluruhan didasarkan pada kemesiasan Yesus
yang terucapkan maupun yang tidak terucapkan. Keseluruhan pesan pemberitaan
para penginjil Sinoptik tidak akan dipahami, tanpa adanya pengakuan atas kemesiasan
Yesus. Pemahaman eskatologis para penginjil tidak hanya menyangkut masa depan,
tetapi jelas juga mengenai kini.[4]
G.
Upacara Keagamaan
Kristen Katholik
Ada pula tradisi dalam masyarakat untuk masyarakat yang memelihara
adat-istiadat tertentu.
Contohnya, dalam masyarakat Amerika ada tradisi “baby shower” untuk
merayakan kehamilan pada usia tertentu, atau “bridal shower” bagi calon
pengantin perempuan yang segera menikah. Di Indonesia kita juga mengenal
upacara “appassili” pada masyarakat Bugis bagi calon pengantin, dan tradisi
“tedak siten” di masyarakat Jawa bagi bocah berusia tujuh atau delapan bulan
ketika dia mulai belajar berjalan.
REFERENSI
Bakker A. 1988. Ajaran
Iman Katolik 2 untuk Mahasiswa, Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Hardjana AM. 2002. Penghayatan
Agama, Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Ismartono I. 1993. Kuliah
Agama Katolik, Jakarta : PT
Penerbit Obor
Nico Syukur
Dister, 2004. Teologi
Sistematika, Yogyakarta : Pustaka Teologi & Kansius
W.R.F.
Browning. 2007. Kamus Alkitab,
Jakarta : BPK Gunung Mulia
M.H.
Bolkestein. 1999. Kerajaan
yang Terselubung, Jakarta : BPK Gunung Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar