SEJARAH
DAKWAH
SEJARAH DAKWAH PADA MASSA DINASTI ABBASIYAH
DOSEN PENGAMPU:
BAMBANG SR, M. AG
DISUSUN
OLEH:
MARYAMATUL MUNAWWARAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM (KPI)
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Pemerintah Dinasti Abbasiyah Dinisbatkan kepada
Al-Abbas, paman Rasulullah, Sementara Khalifah pertama dari pememerintahan ini
adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin
Abdul Muthalib(Hamka, 1981; 102).
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M,
oleh Abdul Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai Khalifah pertama.Kekuasaan
Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama 5
abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini merupakan
awal mula pemikiran pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, hal
ini dikarenakan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang dipandang
sebagai orang yang fanatik terhadap agama, dan banyak membuat para Gubernur
yang dianggap menyimpang diturunkan dari jabatan, selain itu juga disebabkan
pada masa Mu’awiyah mendirikan dinasti Umaiyyah marak kebiasaan politik yang
berupa siasat kekerasan, sampai pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, dan
pada akhirnya bermunculan propaganda untuk mendirikan negara baru.
Pada abad ketujuh, terjadi pemberontakan di seluruh
negeri pada masa dinasti Umayyah, dan yang paling dahsyat adalah antara
keturunan Abbas melawan Marwan bin Muhammad yang pada akhirnya dimenangkan oleh
keturunan Abbas, dan sejak masa itu dinasti Umayyah runtuh dan merupakan awal
berdirinya pemerintahan dinasti Abbasiyah.
Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Selama
dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para ahli sejarah biasanya membagi masa pemerintahan
Bani Abbas menjadi 5 (lima) periode, yakni:
·
Periode Pertama ( 132
H/750 M – 232 H/847 M ). Periode ini disebut periode pengaruh Persia
pertama.Pada periode ini, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa
keemasannya.Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Namun
setelah periode ini berakhir, dan periode kedua berjalan, pemerintahan Bani
Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu
pengetahuan terus berkembang.Dinasti Abbasiyah pada periode pertama lebih
menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan
wilayah.Walaupun demikian pada periode ini banyak tantangan dan gerakan politik
yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari
luar.
·
Periode Kedua ( 232 H/
847 M – 334 H/ 945 M ). Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama. Untuk
mengontrol kekhalifahannya Al-Ma’mun bergantung kepada dukungan Tahir, seorang
bangsawan Khurasan yang sebagai imbalan diangkat sebagai gubernur di Khurasan
(820-822 M) dan jenderal bagi seluruh pasukan Abbasiyah dengan janji bahwa
jabatan ini akan diwarisi oleh keturunannya. Al-Ma’mun dan Al-Mu’tashim
mendirikan 2 (dua) kekuatan bersenjata yaitu; pasukan syakiriyah yang dipimpin
oleh pemimpin lokal dan pasukan Gilman yang terdiri dari budak-budak belian Turki.
·
Periode Ketiga ( 334 H/
945 M – 447 H/ 1055 M ). Periode ini adalah periode masa kekuasaaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah.Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.Abu Syuja’ Buwaih adalah seorang berkebangsaan Persia
dari Dailam.Dengan berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu’tazilah bangkit lagi,
terutama diwilayah Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi’ah.
·
Periode Keempat ( 447
H/1055 M – 590 H/1194 M ). Periode ini adalah masa kekuasaan dinasti Bani
Saljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah atau disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua.Saljuk ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang
tinggal di Asia Tengah, tepatnya Transoxania atau Ma Wara’ Al-Nahar atau
Mavarranahr.
·
Periode Kelima (590 H/
1194 M – 656 H/ 1258 M). Periode ini adalah masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
Sesudah Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai oleh kaum tertentu. Tetapi,
negara sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang merdeka.Khalifah
Al-Nashir (1180-1255 M) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan kekhalifahan
Abbasiyah. Saat itu kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan
pada tahun 656 H/1258 H. Hulagu Khan dengan pasukannya memasuki Baghdad dan
membunuh khalifah Al-Musta’shim serta membunuh para penduduk kota ini. Mereka
menjarah harta, membakar kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan.Dengan
demikian berakhirlah kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad.
B. Masa Kejayaan
Dinasti Abbasiyah pada Masa Khalifah Harun Arr-Rasyid.
Pada periode pertama pemerintahan Abbasiyah mencapai
masa keemasan.Secara poltis para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat politik sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
filsafat dan ilmu pengetahuan Islam.
Puncak
kejayaan Dinasti Abbsiyah terjadi pada masa Khlifah Harun Ar-Rasyid memerintah,
negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada
juga pemberontakan, dan lias wilayahnya mulai dari afrika utara hingga ke
india. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah, didalamnya orang
dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Pada masanya berkembang ilmu pengetahuan
agama, seperti ilmu Al-Quran, Qiraat, Hadis, Fiqh, ilmu kalam, bahasa dan
sastra.Empat mazhab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah.
Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika,
ilmu alam, geografi, aljabar,aritmatika, mekanika, astronomi, musik,
kedokteran, dan kimia.
Lembaga
pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang
sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak masa Bani Umayyah, maupun
sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan tersebut paling tidak
ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut :
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa arab
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang
ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa yang non Arab
banyak yang masuk islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai
guna.Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dalam Islam.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam
tiga fase. Fase pertama, pada masa Khalifah Al-Manshur hingga Harun
Ar-Rasyid.Pada fase ini banyak banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam
bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa Khalifah
Al-Makmun hingga 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang
filsafat, dan kedokteran pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H,
terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu yang
diterjemahkan semakin luas(Yatim, 1998; 55-56).
Khalifah
Harun Ar-Rasyid merupakan penguasa yang paling kuat di dunia pada saat itu,
tidak ada yang menyamainya dalam hal keluasan wilayah yang diperintahnya, dan
kekuatan pemerintahanya serta ketinggian budayaannya dan peradaban yang
berkembang di negaranya. Khalifah Harun Ar-Rasyid berada pada tingkat yang
lebih tinggi peradabannya dan lebih besar kekuasaanya jika dibandingkan dengan
karel agung di eropa yang menjalin persahabatan dengannya dengan motif memaafkan. Harun bershabat
dengan karel untuk menghadapi Dinasti Umayyah di Andalusia, sementara karel
berkepentingan dengan Khalifah yang tersohor itu untuk menghadapi Bizantium.
Baghdad sebagai ibu kota Abbasiyah tidak ada bandingannya ketika itu, walau
dengan konstantinopel sebagai ibu kota Bizantium sekalipun.
Pemerintahan
Khalifah Harun ar-Rasyid merupakan pemerintahan yang paling baik dan terhormat,
bersih dan penuh dengan kebajikan serta paling luas daerah pemerintahannya,
tidak ada Khalifah yang paling diminatinoleh alim-ulama, para penyair,
ahli-ahli Fiqh, pembaca-pembaca Al-quran, juru juri, penulis-penulis dan
teman-teman, selain daripada Khalifah Harun ar-Rayidbeliau mempunyai hubungan
yang rapat dengan setiap orang dari mereka dan menyanjung mereka dengan
setinggi-tingi. Beliau sendiri seorang Sastrawan, penyair, pencipta
cerita-cerita lam dan syair-syair, berperasaan tajam dan di segani oleh semua
pihak(Syalabi, 1997; 110)
C.Masa Kemunduran
Dinasti Abbasiyah
Masa kemunduran dinasti Abbasiyah berawal sejak masa
pemerintahan khalifah Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248 H/861 M-862 M),
hingga masa kemunduran dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, yaitu pada
masa pemerintahan Abu Ahmad Abdullah al-Mu’tashim (640 H-656 H/1242 M-1258 M),
adapun beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya dinasti Abbasiyah pada masa
pemerintahan al-Mu’tashim, di antaranya adalah:
1. Adanya friksi di dalam dinasti Abbasiyah,
sehingga membuat dinasti Abbasiyah hanya sibuk mempertahankan wilayah yang
sudah ada, kemudian mengamankan perbatasan wilayah, dan hal tersebut juga tidak
dapat berhasil sepenuhnya, karena terdapat beberapa wilayah yang memisahkan
diri dari pemerintahan pusat.
2. Gaya hidup mewah pada lingkup pejabat serta
keluarganya.
3. Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang
kuat, sehingga mudah dipengaruhi.
4. Banyak serangan yang dilakukan kaum
Salibis ke Palestina.
5. Serangan Mongol ke Baghdad yang mengakhiri
riwayat dinasti Abbasiyah.
D.Kehidupan Dakwah pada
Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah merupakan dinasti yang berdiri di atas pedoman dasar yaitu agama
Islam, selama masa pemerintahan dinasti Abbasiyah merupakan sarana dan
pendukung dakwah Islam, dengan berlandaskan dakwah Islam dinasti Abbasiyah
menjadi kerajaan Islam yang dapat mengubah dunia dengan cahaya Islam, dakwah
pada masa dinasti Abbasiyah secara terperinci dapat dipahami sebagai berikut:
1. Lingkup negara dan penguasa
khalifah
Abbasiyah Para pada masa keemasan merupakan ulama yang mencintai ilmu
pengetahuan, sehingga mayoritas mereka menghormati para ulama dan pujangga, dan
keturunan dari para penguasa mendapatkan pendidikan khusus dari para ulama dan
pujangga tersebut, kemudian memfasilitasi upaya penerjemahan berbagai ilmu dari
bahasa lain ke dalam bahasa Arab, kemudian melakukan perluasan dan pembinaan
wilayah dakwah, dakwah Islam mulai redup dalam lingkup penguasa setelah dinasti
Abbasiyah mengalami kemunduran.
Para
pemimpin dinasti Abbasiyah pada masa keemasan dominan memandang dunia adalah
sarana yang mengantarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan akhirat, mereka
juga percaya bahwa seluruh materi tidak dapat dipisahkan dari rohani. Para
khalifah dinasti Abbasiyah periode keemasan telah berhasil menyiapkan landasan
bagi perkembangan pengetahuan serta filsafat di dalam agama Islam, hingga masa
setelah kemunduran dinasti Abbasiyah ilmu pengetahuan dan filsafat tetap
berkembang hingga sekarang.
2. Lingkup masyarakat
Aktivitas
dakwah dalam lingkup masyarakat tidak terpengaruh oleh kelemahan dan kerusakan
yang terjadi di dalam lingkup negara dan penguasa, karena aktivitas dakwah dan
ilmiah sangat marak dilakukan di Baghdad.karena masjid dan sekolah dipenuhi
dengan kajian ilmiah dengan materi yang bervariasi, hal ini didukung dengan
keberadaan ulama yang berperan besar pada masa tersebut.
Para
ulama berperan dalam hal pencerahan iman masyarakat pada masa tersebut, dan
materi yang paling menonjol pada saat tersebut adalah tazkiyah al-nufûs
(pembersihan hati), peringatan tentang negeri akhirat, serta ajakan agar tidak
terpengaruh oleh kehidupan dunia, materi-materi ini muncul sebagai bentuk
reaksi dari aksi kemewahan dan kemaksiatan yang terjadi pada lingkup negara dan
penguasa.
Dapat
disimpulkan bahwa kehidupan dakwah pada masa dinasti Abbasiyah dalam lingkup
penguasa berada pada masa keemasan, hal ini disebabkan para khalifah selain
pemimpin juga seorang ulama, dan dalam lingkup masyarakat dakwah Islam
berkembang pesat didukung peranan ulama yang banyak hidup dan dihormati oleh
masyarakat dan pemimpin.
Daftar Pustaka
Mubarak
Jaih, Sejarah Peradaban Islam, bandung; CV. Pustaka Islamika, 2008.
Hasyimy,
Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 1979.
Wahyu
Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007, h. 117.
http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-masa-abbasiyyah.pdf
Online: 24 Oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar