Sabtu, 05 Maret 2016

SEJARAH DAKWAH PADA MASA DINASTI ABBASIYAH

SEJARAH DAKWAH
SEJARAH DAKWAH PADA MASSA DINASTI ABBASIYAH

DOSEN PENGAMPU:
BAMBANG SR, M. AG









DISUSUN OLEH:
MARYAMATUL MUNAWWARAH



PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
JURUSAN  DAKWAH
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Pemerintah Dinasti Abbasiyah Dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasulullah, Sementara Khalifah pertama dari pememerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib(Hamka, 1981; 102).
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abdul Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai Khalifah pertama.Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama 5 abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini merupakan awal mula pemikiran pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, hal ini dikarenakan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang dipandang sebagai orang yang fanatik terhadap agama, dan banyak membuat para Gubernur yang dianggap menyimpang diturunkan dari jabatan, selain itu juga disebabkan pada masa Mu’awiyah mendirikan dinasti Umaiyyah marak kebiasaan politik yang berupa siasat kekerasan, sampai pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, dan pada akhirnya bermunculan propaganda untuk mendirikan negara baru.
Pada abad ketujuh, terjadi pemberontakan di seluruh negeri pada masa dinasti Umayyah, dan yang paling dahsyat adalah antara keturunan Abbas melawan Marwan bin Muhammad yang pada akhirnya dimenangkan oleh keturunan Abbas, dan sejak masa itu dinasti Umayyah runtuh dan merupakan awal berdirinya pemerintahan dinasti Abbasiyah.
Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para ahli sejarah biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi 5 (lima) periode, yakni:
·         Periode Pertama ( 132 H/750 M – 232 H/847 M ). Periode ini disebut periode pengaruh Persia pertama.Pada periode ini, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Namun setelah periode ini berakhir, dan periode kedua berjalan, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.Dinasti Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.Walaupun demikian pada periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
·         Periode Kedua ( 232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M ). Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama. Untuk mengontrol kekhalifahannya Al-Ma’mun bergantung kepada dukungan Tahir, seorang bangsawan Khurasan yang sebagai imbalan diangkat sebagai gubernur di Khurasan (820-822 M) dan jenderal bagi seluruh pasukan Abbasiyah dengan janji bahwa jabatan ini akan diwarisi oleh keturunannya. Al-Ma’mun dan Al-Mu’tashim mendirikan 2 (dua) kekuatan bersenjata yaitu; pasukan syakiriyah yang dipimpin oleh pemimpin lokal dan pasukan Gilman yang terdiri dari budak-budak belian Turki.
·         Periode Ketiga ( 334 H/ 945 M – 447 H/ 1055 M ). Periode ini adalah periode masa kekuasaaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah.Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.Abu Syuja’ Buwaih adalah seorang berkebangsaan Persia dari Dailam.Dengan berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu’tazilah bangkit lagi, terutama diwilayah Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi’ah.
·         Periode Keempat ( 447 H/1055 M – 590 H/1194 M ). Periode ini adalah masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah atau disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.Saljuk ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang tinggal di Asia Tengah, tepatnya Transoxania atau Ma Wara’ Al-Nahar atau Mavarranahr.
·         Periode Kelima (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M). Periode ini adalah masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Sesudah Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai oleh kaum tertentu. Tetapi, negara sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang merdeka.Khalifah Al-Nashir (1180-1255 M) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan kekhalifahan Abbasiyah. Saat itu kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan pada tahun 656 H/1258 H. Hulagu Khan dengan pasukannya memasuki Baghdad dan membunuh khalifah Al-Musta’shim serta membunuh para penduduk kota ini. Mereka menjarah harta, membakar kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan.Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad.
B. Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah pada Masa Khalifah Harun Arr-Rasyid.
Pada periode pertama pemerintahan Abbasiyah mencapai masa keemasan.Secara poltis para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat politik sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi filsafat dan ilmu pengetahuan Islam.
            Puncak kejayaan Dinasti Abbsiyah terjadi pada masa Khlifah Harun Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan lias wilayahnya mulai dari afrika utara hingga ke india. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah, didalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Pada masanya berkembang ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu Al-Quran, Qiraat, Hadis, Fiqh, ilmu kalam, bahasa dan sastra.Empat mazhab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah. Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, aljabar,aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran, dan kimia.
            Lembaga pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak masa Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan tersebut paling tidak ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut :
1.      Terjadinya asimilasi antara bahasa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa yang non Arab banyak yang masuk islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.
2.      Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa Khalifah Al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid.Pada fase ini banyak banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa Khalifah Al-Makmun hingga 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat, dan kedokteran pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas(Yatim, 1998; 55-56).
            Khalifah Harun Ar-Rasyid merupakan penguasa yang paling kuat di dunia pada saat itu, tidak ada yang menyamainya dalam hal keluasan wilayah yang diperintahnya, dan kekuatan pemerintahanya serta ketinggian budayaannya dan peradaban yang berkembang di negaranya. Khalifah Harun Ar-Rasyid berada pada tingkat yang lebih tinggi peradabannya dan lebih besar kekuasaanya jika dibandingkan dengan karel agung di eropa yang menjalin persahabatan dengannya  dengan motif memaafkan. Harun bershabat dengan karel untuk menghadapi Dinasti Umayyah di Andalusia, sementara karel berkepentingan dengan Khalifah yang tersohor itu untuk menghadapi Bizantium. Baghdad sebagai ibu kota Abbasiyah tidak ada bandingannya ketika itu, walau dengan konstantinopel sebagai ibu kota Bizantium sekalipun.
            Pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid merupakan pemerintahan yang paling baik dan terhormat, bersih dan penuh dengan kebajikan serta paling luas daerah pemerintahannya, tidak ada Khalifah yang paling diminatinoleh alim-ulama, para penyair, ahli-ahli Fiqh, pembaca-pembaca Al-quran, juru juri, penulis-penulis dan teman-teman, selain daripada Khalifah Harun ar-Rayidbeliau mempunyai hubungan yang rapat dengan setiap orang dari mereka dan menyanjung mereka dengan setinggi-tingi. Beliau sendiri seorang Sastrawan, penyair, pencipta cerita-cerita lam dan syair-syair, berperasaan tajam dan di segani oleh semua pihak(Syalabi, 1997; 110)
C.Masa Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Masa kemunduran dinasti Abbasiyah berawal sejak masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248 H/861 M-862 M), hingga masa kemunduran dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, yaitu pada masa pemerintahan Abu Ahmad Abdullah al-Mu’tashim (640 H-656 H/1242 M-1258 M), adapun beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya dinasti Abbasiyah pada masa pemerintahan al-Mu’tashim, di antaranya adalah:
1.      Adanya friksi di dalam dinasti Abbasiyah, sehingga membuat dinasti Abbasiyah hanya sibuk mempertahankan wilayah yang sudah ada, kemudian mengamankan perbatasan wilayah, dan hal tersebut juga tidak dapat berhasil sepenuhnya, karena terdapat beberapa wilayah yang memisahkan diri dari pemerintahan pusat.
2.      Gaya hidup mewah pada lingkup pejabat serta keluarganya.
3.      Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi.
4.      Banyak serangan yang dilakukan kaum Salibis ke Palestina.
5.      Serangan Mongol ke Baghdad yang mengakhiri riwayat dinasti Abbasiyah.
D.Kehidupan Dakwah pada Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang berdiri di atas pedoman dasar yaitu agama Islam, selama masa pemerintahan dinasti Abbasiyah merupakan sarana dan pendukung dakwah Islam, dengan berlandaskan dakwah Islam dinasti Abbasiyah menjadi kerajaan Islam yang dapat mengubah dunia dengan cahaya Islam, dakwah pada masa dinasti Abbasiyah secara terperinci dapat dipahami sebagai berikut:
1.      Lingkup negara dan penguasa
khalifah Abbasiyah Para pada masa keemasan merupakan ulama yang mencintai ilmu pengetahuan, sehingga mayoritas mereka menghormati para ulama dan pujangga, dan keturunan dari para penguasa mendapatkan pendidikan khusus dari para ulama dan pujangga tersebut, kemudian memfasilitasi upaya penerjemahan berbagai ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, kemudian melakukan perluasan dan pembinaan wilayah dakwah, dakwah Islam mulai redup dalam lingkup penguasa setelah dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran.
Para pemimpin dinasti Abbasiyah pada masa keemasan dominan memandang dunia adalah sarana yang mengantarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan akhirat, mereka juga percaya bahwa seluruh materi tidak dapat dipisahkan dari rohani. Para khalifah dinasti Abbasiyah periode keemasan telah berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan pengetahuan serta filsafat di dalam agama Islam, hingga masa setelah kemunduran dinasti Abbasiyah ilmu pengetahuan dan filsafat tetap berkembang hingga sekarang.
2.      Lingkup masyarakat
Aktivitas dakwah dalam lingkup masyarakat tidak terpengaruh oleh kelemahan dan kerusakan yang terjadi di dalam lingkup negara dan penguasa, karena aktivitas dakwah dan ilmiah sangat marak dilakukan di Baghdad.karena masjid dan sekolah dipenuhi dengan kajian ilmiah dengan materi yang bervariasi, hal ini didukung dengan keberadaan ulama yang berperan besar pada masa tersebut.
Para ulama berperan dalam hal pencerahan iman masyarakat pada masa tersebut, dan materi yang paling menonjol pada saat tersebut adalah tazkiyah al-nufûs (pembersihan hati), peringatan tentang negeri akhirat, serta ajakan agar tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia, materi-materi ini muncul sebagai bentuk reaksi dari aksi kemewahan dan kemaksiatan yang terjadi pada lingkup negara dan penguasa.
Dapat disimpulkan bahwa kehidupan dakwah pada masa dinasti Abbasiyah dalam lingkup penguasa berada pada masa keemasan, hal ini disebabkan para khalifah selain pemimpin juga seorang ulama, dan dalam lingkup masyarakat dakwah Islam berkembang pesat didukung peranan ulama yang banyak hidup dan dihormati oleh masyarakat dan pemimpin.



Daftar Pustaka
Mubarak Jaih, Sejarah Peradaban Islam, bandung; CV. Pustaka Islamika, 2008.
Hasyimy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 1979.
Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, h. 117.
http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-masa-abbasiyyah.pdf Online: 24 Oktober 2010.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar