Sabtu, 05 Maret 2016

URGENSI FILSAFAT DAKWAH

FILSAFAT DAKWAH
URGENSI FILSAFAT DAKWAH



DOSEN PENGAMPU:
BAMBANG SR, M. Ag









DISUSUN OLEH:
MARYAMATUL MUNAWWARAH



PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
JURUSAN  DAKWAH
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013

URGENSI FILSAFAT DAKWAH

A.    Pengertian Filsafat Dakwah
Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yuani “Philoshopia” yang tersusun dari dua kata, yaitu philo : senang, gemar, cinta, dan shopia berarti kebijaksanaan, philoshopia adalah suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.[1]Sedangkan menurut terminologi adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.[2]
Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan.[3] Sedangkan dakwah yaitu mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat jahat, agar mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[4] Jadi, filsafat dakwah adalah filsafat khusus yang berkaitan dengan dakwah sebagai relasi dan aktualisasi imani manusia dengan agama Islam, Allah dan alam (lingkungan, dunia).

B.     Urgensi Dakwah[5]
Dakwah merupakan suatu yang sangat urgen bagi keberlangsungan agama Islam sebab dakwah Islamiyyah telah dilaksanakan oleh nabi SAW dan diteruskan oleh para sahabat beliau, khalifah, dan akhirnya diikuti oleh para ulama yang notabenenya pewaris nabi. Berkembangnya Islam sampai saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa itu semua berkat adanya aktivitas dakwah Islamiyyah yang dilakukan oleh para juru dakwah dan ulama yang dengan semangat dan keiklasan mengembangkan agama Islam kepada mereka yang belum memerlukan agama Islam.
Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima oleh umat manusia dengan kemauna dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan ikut-ikutan saja. Suatu agama tak akan tegak tanpa adanya dakwah, sautu ideologi atau aliran tidak akan tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan untuk menyiarkannya. Rusaknya suatu agama karena pemeluknya meninggalkan dakwah, dengan kata lain dakwah merupakan satu-satunya faktor yang sangat penting untuk kehidupan ideologi yang disebarluaskan kepada khalayak ramai.
Sejarah memberikan pelajaran kepada kita bahwa setiap kelompok yang menyeru atau mengajak orang kepada satu paham niscaya pasti ada pengikutnya, walaupun paham itu tidak benar atau batil. Aliran atau paham yang bathil dapat berkembang dengan penyiaran yang terus menerus, sebaliknya paham yang benar atau ideologi yang hak akan lenyap karena meninggalkan upanya penyiaran dan dakwah. Karena memang yang hak itu tidak akan tersebar dan tersiar dengan sendirinya melainkan harus ada orang yang menyiarkan dan mendakwahkan ajaran tersebut, oleh sebab itulah Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menyeru dan berdakwah kepada manusia agar masuk kepada ajaran yang benar.
Jelaslah bahwa dengan aktivitas dakwah yang dilakukan oleh umat Islam terutama tokoh-tokohnya, agama Islam mampu menyebar ke berbagai wilayah penjuru dunia. Maka urgensi dakwah di dalam agama Islam begitu amat penting dan menentukan bagi masa depan agama ini, Islam tidak akan berkembnag dengan baik tanpa adanya aktivitas dakwah.

C.    Tujuan Filsafat Dakwah[6]
Tujuan Mengkaji Filsafat Dakwah adalah: Pertama, memperkuat apresiasi berpikirnya masyarakat tentang kehebatan nilai agama Islam sehingga wajib ditegakkan supaya mereka benar-benar merasakan bahwa Islam memang bermuatan “Rahmatan lil ‘Alamin”. Kedua, Dakwah Islam akan lebih efektif dan disegani jika disampaikan secara lengkap lewat metode lisan atau pemikiran yang konseptual dan diverifikasi dengan inovasi kongkret (pembuktian) yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Ketiga, Cerdas Merespon masalah (problematika) baru dalam bentuk solusi pemikiran Islam yang dilengakapi dengan konsep inovasinya (jalan keluar) secara kontekstual sehingga masyarakat terindar dari keterbelakangan yang akut. Selain itu, tujuan lain dari filsafat dakwah adalah :
·         Mendalami hasanah pemikiran filsafat dakwah Islam yang ternuansakan dalam berbagai pemikiran Islam yang klasik. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk memahami pemikiran teologi mu’tazilah, maturidiyah, asyariyah, mazhab syi’ah, filsafat Islam di Timur, dan filsafat Islam Barat beserta para ilmuannya sehingga kita bisa menggali atau mengambil manfaat yang ada dalam pemikiran klasik tersebut
·         Menggali pemikiran baru tentang filsafat dakwah Islam baik dari akses kepustakaan maupun studi kasus yang konklusinya edukatif
·         Merumuskan konsep bahwa manusialah yang membutuhkan agama Islam, bukan Islam yang membutuhkan mereka jadi setiap manusia secara psikologis merasa haus mendapatkan “kebahagiaan hati nurani” sehingga nilai kebenaran yang hakiki harus diperjuangkan mati-matian dan dunia hanyalah sebagai persinggahan menuju kehidupan yang abadi di akhirat
·         Menegakkan argumentasi rasional dalam perumusan sistem dakwah Islam supaya tidak mudah di-dekonstrusi siapa pun, dari argumentasi tersebut kita bisa berpijak pada fakta-fakta empiris yang secara hipotesis dapat diperkuat dengan argumentsi deduktif, baik lewat penggunaan dalil naqli maupun dalil ‘aqli
·         Selalu memperbaharui strategi dakwah Islam sesuai dengan tingkat kesulitan problem masyarakat yang dihadapinya agar strategi tersebut tidak mengedepankan target kuantitatif, tetapi lebih mengutamakan capaian kualitatif terutama tercerahnya wawasan dan perilaku Islami masyarakat.
D.    Mengapa Kita Harus Mempelajari Filsafat Dakwah ?[7]
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam atau pun kebenaran. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya, studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Dengan berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus melakukan perenungan akan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani manusia dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana. Dengan berfilsafat seseorang dapat memaknai makna hakikat hidup manusia, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam.
Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui harkat martabat orang lain, mengakui keberagaman dan keunggulan orang lain. Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus.  Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari 2 luar jalur yaitu :
  • Secara sistematis. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan dan sebagainya
  • Jalur sejarah filsafat. Di sini orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat. Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia, dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan dari berbagai ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk menangggapi secara kritis dan argumentatif.

REFERENSI

Munir, Muhammad. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Sudarsono. 2008.  Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Inu Kencana Syafile. 2004.  Pengantar  Filsafat. Bandung: PT Grafika Aditama
www.zukirahilmiana filsafatdakwah.htm





[1] Inu Kencana Syafile, Pengantar  Filsafat, (Bandung : PT Grafika Aditama, 2004), hlm 1
[2] Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008 ), cet. 3, hlm 11
[3] Inu Kencana Syafile. Ibid, hal 1
[4] Muhammad  Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), cet. 2, hlm 7
[6] www.sangpengembalauasfilsafatdakwah.htm, akses tanggal 29 maret 2014
[7] www.zukirahilmiana filsafatdakwah.htm, akses tanggal 29 maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar