FILSAFAT DAKWAH
URGENSI FILSAFAT
DAKWAH
DOSEN PENGAMPU:
BAMBANG SR, M. Ag
DISUSUN OLEH:
MARYAMATUL
MUNAWWARAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PONTIANAK
2013
URGENSI FILSAFAT DAKWAH
A. Pengertian Filsafat Dakwah
Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yuani “Philoshopia” yang
tersusun dari dua kata, yaitu philo : senang, gemar, cinta, dan shopia berarti
kebijaksanaan, philoshopia adalah suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.[1]Sedangkan
menurut terminologi adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang
asli.[2]
Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala
sesuatu sampai kepada inti persoalan.[3]
Sedangkan dakwah yaitu mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan
mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat
jahat, agar mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[4]
Jadi, filsafat dakwah adalah filsafat khusus yang
berkaitan dengan dakwah sebagai relasi dan aktualisasi imani manusia dengan
agama Islam, Allah dan alam (lingkungan, dunia).
Dakwah merupakan suatu yang sangat urgen bagi keberlangsungan agama Islam
sebab dakwah Islamiyyah telah dilaksanakan oleh nabi SAW dan diteruskan oleh
para sahabat beliau, khalifah, dan akhirnya diikuti oleh para ulama yang
notabenenya pewaris nabi. Berkembangnya Islam sampai saat ini, tidak dapat
dipungkiri bahwa itu semua berkat adanya aktivitas dakwah Islamiyyah yang
dilakukan oleh para juru dakwah dan ulama yang dengan semangat dan keiklasan
mengembangkan agama Islam kepada mereka yang belum memerlukan agama Islam.
Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga
kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima oleh umat
manusia dengan kemauna dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan
ikut-ikutan saja. Suatu agama tak akan tegak tanpa adanya dakwah, sautu
ideologi atau aliran tidak akan tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan
untuk menyiarkannya. Rusaknya suatu agama karena pemeluknya meninggalkan
dakwah, dengan kata lain dakwah merupakan satu-satunya faktor yang sangat penting
untuk kehidupan ideologi yang disebarluaskan kepada khalayak ramai.
Sejarah memberikan pelajaran kepada kita bahwa setiap kelompok yang menyeru
atau mengajak orang kepada satu paham niscaya pasti ada pengikutnya, walaupun
paham itu tidak benar atau batil. Aliran atau paham yang bathil dapat
berkembang dengan penyiaran yang terus menerus, sebaliknya paham yang benar
atau ideologi yang hak akan lenyap karena meninggalkan upanya penyiaran dan
dakwah. Karena memang yang hak itu tidak akan tersebar dan tersiar dengan
sendirinya melainkan harus ada orang yang menyiarkan dan mendakwahkan ajaran
tersebut, oleh sebab itulah Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menyeru dan
berdakwah kepada manusia agar masuk kepada ajaran yang benar.
Jelaslah bahwa dengan aktivitas dakwah yang dilakukan oleh umat Islam
terutama tokoh-tokohnya, agama Islam mampu menyebar ke berbagai wilayah penjuru
dunia. Maka urgensi dakwah di dalam agama Islam begitu amat penting dan menentukan
bagi masa depan agama ini, Islam tidak akan berkembnag dengan baik tanpa adanya
aktivitas dakwah.
Tujuan Mengkaji Filsafat Dakwah adalah: Pertama,
memperkuat apresiasi berpikirnya masyarakat tentang kehebatan nilai agama Islam
sehingga wajib ditegakkan supaya mereka benar-benar merasakan bahwa Islam memang
bermuatan “Rahmatan lil ‘Alamin”. Kedua, Dakwah Islam akan lebih efektif
dan disegani jika disampaikan secara lengkap lewat metode lisan atau pemikiran
yang konseptual dan diverifikasi dengan inovasi kongkret (pembuktian) yang bisa
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Ketiga, Cerdas Merespon masalah
(problematika) baru dalam bentuk solusi pemikiran Islam yang dilengakapi dengan
konsep inovasinya (jalan keluar) secara kontekstual sehingga masyarakat
terindar dari keterbelakangan yang akut. Selain itu, tujuan lain dari filsafat
dakwah adalah :
·
Mendalami hasanah pemikiran filsafat
dakwah Islam yang ternuansakan dalam berbagai pemikiran Islam yang klasik.
Dalam hal ini kita dianjurkan untuk memahami pemikiran teologi mu’tazilah,
maturidiyah, asyariyah, mazhab syi’ah, filsafat Islam di Timur, dan filsafat Islam
Barat beserta para ilmuannya sehingga kita bisa menggali atau mengambil manfaat
yang ada dalam pemikiran klasik tersebut
·
Menggali pemikiran baru tentang
filsafat dakwah Islam baik dari akses kepustakaan maupun studi kasus yang
konklusinya edukatif
·
Merumuskan konsep bahwa manusialah
yang membutuhkan agama Islam, bukan Islam yang membutuhkan mereka jadi setiap
manusia secara psikologis merasa haus mendapatkan “kebahagiaan hati nurani”
sehingga nilai kebenaran yang hakiki harus diperjuangkan mati-matian dan dunia
hanyalah sebagai persinggahan menuju kehidupan yang abadi di akhirat
·
Menegakkan argumentasi rasional
dalam perumusan sistem dakwah Islam supaya tidak mudah di-dekonstrusi siapa
pun, dari argumentasi tersebut kita bisa berpijak pada fakta-fakta empiris yang
secara hipotesis dapat diperkuat dengan argumentsi deduktif, baik lewat
penggunaan dalil naqli maupun dalil ‘aqli
·
Selalu memperbaharui strategi dakwah
Islam sesuai dengan tingkat kesulitan problem masyarakat yang dihadapinya agar
strategi tersebut tidak mengedepankan target kuantitatif, tetapi lebih
mengutamakan capaian kualitatif terutama tercerahnya wawasan dan perilaku Islami
masyarakat.
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control dan tujuan seni
adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi,
maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,
senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab
terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam atau pun
kebenaran. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik
dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya, studi filsafat harus membantu
orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara
intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal
saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, sempit
dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan,
ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Dengan berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus
melakukan perenungan akan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani
manusia dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana. Dengan
berfilsafat seseorang dapat memaknai makna hakikat hidup manusia, baik dalam
lingkup pribadi maupun sosial. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik
untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam.
Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas
berfikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah
terpengaruh oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui
harkat martabat orang lain, mengakui keberagaman dan keunggulan orang lain. Belajar
filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan,
memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua
pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang
mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam
wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk
mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat
teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu
dipelajarinya dari 2 luar jalur yaitu :
- Secara sistematis. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir
untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat
kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung
jawab, keadilan dan sebagainya
- Jalur sejarah filsafat. Di sini orang belajar untuk mendalami,
menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang
ditawarkan oleh para filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang
sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau
memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual
dalam masyarakat. Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia, dengan
mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia
paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh
pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri
diperluas.
Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat,
tuntutan-tuntutan dari berbagai ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia.
Secara singkat, filsafat merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat
diperlukan di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi
relegius dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri
secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk menangggapi
secara kritis dan argumentatif.
REFERENSI
Munir, Muhammad. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Sudarsono.
2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Inu Kencana Syafile. 2004. Pengantar
Filsafat. Bandung: PT Grafika Aditama
www.zukirahilmiana
filsafatdakwah.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar