Sabtu, 05 Maret 2016

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA

SOSIOLOGI DAKWAH
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA

DOSEN PENGAMPU:
AMALIA IRFANI, M. Si





OLEH:
MARYAMATUL MUNAWWARAH
1113111006

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2014
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA

A.    Pengertian Perilaku[1]
Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan, berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Dalam memahami perilaku manusia, para ahli psikologi memiliki pandangan yang berbeda-beda. Aliran Psikoanalisis misalnya, memandang manusia sebagai makhluk yang berkeinginan (Homo Valens), oleh karenanya menurut pandangan ini perilaku manusia ditentukan oleh keinginan-keinginan dan dorongan libido.[2] Sedangkan aliran Behaviorisme memandang bahwa manusia adalah makhluk yang bersikap pasif terhadap lingkungan, sehingga perilaku manusia menurut teori ini merupakan bentukan dari kondisi lingkungan.
Selanjutnya dalam pandangan psikologi Humanistik berpendapat bahwa manusia adalah eksistensi yang positif dan menentukan, berangkat dari pandangan ini mereka berpendapat bahwa perilaku manusia berpusat pada konsep diri.[3] Jika dicermati secara seksama, perbedaan pandangan dari masing-masing aliran mengenai perilaku disebabkan adanya perbedaan pandangan terhadap konsep tentang manusia.
Dalam pandangan Islam, manusia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.  Menurut terminologi al-Qur’an manusia dapat disebut al-Basyar berdasarkan pendekatan aspek biologisnya, dari sudut ini manusia dilihat sebagai makhluk biologis yang memiliki dorongan primer dan makhluk generatif (berketurunan). Sedangkan dilihat dari fungsi dan potensi yang dimiliknya manusia disebut al-Insan, konsep ini menggambarkan fungsi manusia sebagai penyandang khalifah Tuhan yang dikaitkan dengan proses penciptaan dan pertumbuhan serta perkembangannya.
Kemudian manusia dapat disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut pandang hubungan sosial yang dilakukannya, manusia pun disebut sebagai al-Ins untuk menggambarkan aspek spiritual yang dimilikinya.[4] Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk yang khas yang memiliki berbagai potensi yang dapat memengaruhi perilaku mereka.
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan, di antaranya ada yang yang bersifat biologis yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh, misalnya saja kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadar air dalam organ tubuh.
Ada pula yang bersifat psikologis dan spiritual, yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting dan lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa[5] Dari kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua kebutuhan tersebut.
  1. Faktor Biologis
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki motivasi biologis untuk mempertahankan eksistensi diri dan kelangsungan spesies (keturunan). Mereka akan membutuhkan makanan dan minuman untuk dapat bertahan hidup dan melarikan diri ketika melihat musuh yang menakutkan serta membutuhkan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya.[6] Utsman Najati (2003) menjelaskan bahwa kebutuhan seksual sangat erat hubungannya dengan kepentingan kelangsungan spesies.
Sementara itu kepentingan mempertahankan eksistensi diri dapat terpenuhi melalui kebutuhan yang lainnya.[7] Ketika muncul dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka kebutuhan tersebut akan mendorong manusia melakukan upaya adaptasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian, munculnya perilaku atas dorongan dari kebutuhan ini merupakan suatu keniscayaan bagi manusia sebagai makhluk hidup.
Pada dasarnya motivasi biologis muncul sebagai akibat tidak adanya keseimbangan organik maupun kimiawi dalam tubuh manusia. Dalam studi ilmu psikologi modern, keseimbangan berbagai unsur dalam tubuh manusia disebut dengan istilah homeostatis. Ketika motivasi itu muncul maka akan mendorong manusia untuk melakukan upaya adaptasi yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhannya, upaya pemuasan ini bertujuan untuk menyeimbangkan kembali kondisi tubuhnya. Oleh karena itu, Walter Cannon, seorang dokter kebangsaan Amerika berpendapat bahwa tubuh manusia sebenarnya memiliki kecenderungan yang mengarah kepada upaya penyesuaian diri guna mempertahankan tingkat konsentrasi dzat dalam tubuh agar tetap konstan (homeostatis).[8]
Walaupun demikian manusia bukan sekedar makhluk biologis, kalau sekedar makhluk biologis, mereka tidak berbeda halnya dengan binatang. Dalam pandangan Islam, hubungan seksual antara suami dan istri bukanlah sekedar untuk mencari kenikmatan dan kepuasan birahi belaka. Namun hubungan itu lebih bersifat ikatan rasa cinta, kasih sayang, dan kedamaian yang menyebabkan manusia merasa aman dan tentram. Hubungan seksual tersebut dianggap sebagai hubungan kemanusiaan yang sarat dengan ungkapan rasa cinta dan saling menghargai.
  1. Faktor  Sosiopsikologis
Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai faktor sosiopsikologis yang dapat memengaruhi perilaku manusia.[9] Komponen afektif dari faktor sosiopsikologis terdiri dari motif sosiogenesis, sikap dan emosi. Berikut ini penjelasan Jalaluddin mengenai motif-motif tersebut :[10]
a.       Motif sosiogenesis. Motif sosiogenesis merupakan motif sekunder yang dapat memengaruhi perilaku sosial manusia. Secara singkat, motif-motif sosiogenesis dapat dijelaskan meliputi motif ingin tahu, yang meliputi mengerti, menata, menduga, motif kompetensi, motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas, kebutuhan akan nilai dan kedambaan akan makna kehidupan serta kebutuhan akan pemenuhan diri
b.      Sikap. Sikap adalah salah satu konsep dalam psikologi sosial yang paling banyak didefinisikan para ahli. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenesis yang diperoleh melalui proses belajar, ada pula yang melihat sikap dengan kesiapan saraf sebelum memberikan respon. Dari beberapa definisi yang ada, Jalaludin Rahmat (2007) menyimpulkan beberapa hal berikut : Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, relatif lebih menetap serta mengandung aspek evaluatif dan muncul dari pengalaman.
c.       Emosi. Emosi adalah kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Coleman dan Hammen mengungkapkan bahwa emosi dapat berfungsi sebagai pembangkit energi, pembawa informasi tentang diri seseorang, pembawa pesan kepada orang lain dan sumber informasi tentang keberhasilan.[11]
  1. Faktor Spiritual (Ruhani)
Motivasi ini tidak berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan eksistensi diri atau memelihara kelanggengan spesies, motivasi spiritual erat hubungannya dengan upaya memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian, motivasi ini juga menjadi kebutuhan pokok manusia, karena motivasi inilah yang bisa memberikan kepuasan hidup, rasa aman, tentram dan bahagia.
Di antara beberapa motivasi spiritual yang penting dalam kehidupan manusia adalah motivasi beragama. Dalam buku Psikologi Agama, Jalaluddin mengatakan bahwa : “Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minun, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.”
Oleh sebab itu, dalam pandangan Islam secara fitrah manusia sejak dilahirkan memiliki potensi keberagamaan, namun potensi ini baru dalam bentuk sederhana yaitu berupa kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi kepada sesuatu.
  1. Faktor Situasional
Perilaku manusia terkadang juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar dirinya, faktor ini sering disebut sebagai  faktor situasional dengan aspek-aspek objektif dari lingkungan yang terdiri atas beberapa faktor sebagai berikut : Faktor ekologis (hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan kondisi alam sekitarnya atau lingkungannya), faktor temporal (waktu) dan faktor sosial.
Sementara faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku manusia terdiri atas sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi dan karakteristik populasi. Dalam organisasi, hubungan antar anggota dan ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok, besar kecilnya organisasi akan memengaruhi jaringan komunikasi dan sistem pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis memengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu.[12]
Faktor-faktor situasional di atas, tidaklah mengesampingkan faktor-faktor personal yang dimiliki seseorang, namun juga tidak dapat dipungkiri besarnya pengaruh situasi dalam menentukan perilaku manusia. Perlu disadari bahwa manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapi sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Dengan perkataan lain perilaku manusia merupakan hasil interaksi antara keunikan individu dengan keumuman situasional.
5.      Faktor Personal :[13]
a.       Faktor Biologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia
b.      Faktor Sosiopsikologis. Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen yaitu : Komponen Afektif, merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, komponen kognitif, aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia dan Komponen konatif, aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak
Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:
1)      Jenis Ras. Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya, dua kelompok ras terbesar, yaitu : Ras kulit putih atau ras Kaukasia. Ciri-ciri fisik : Warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang. Perilaku yang dominan : Terbuka, senang akan kemajuan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Ras kulit hitam atau ras Negroid. Ciri-ciri fisik : Berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata hitam. Perilaku yang dominan : Keramah tamahan, suka gotong royong, tertutup dan senang dengan upacara ritual
2)      Jenis Kelamin. Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminism
3)      Sifat Fisik, kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus
4)      Sifat Kepribadian. Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah : “Keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”
5)      Bakat Pembawaan. Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B. Micheel (1960) adalah : “Kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan
6)      Intelegensi. Menurut Terman intelegensi adalah : “Kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “Kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat
7)      Pendidikan. Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar, hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang, seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah
8)      Agama. Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya
9)      Kebudayaan. Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia, tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua
10)  Lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya
11)  Sosial Ekonomi. Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.


REFERENSI :

Ahmad Mubarok, 2002, Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus
Edward G. Sampson, Social Psychology and Contemporary Society, (Toronto: John Wiley & Sons, Inc, 1976), dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Jalaluddin Rakhmat, 2007,  Psikologi Komunikasi. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
J.C. Coleman dan C.L. Hammen, Contemporary Psychologi and Effective Behavior, Glenview: Scott, Foresman and Co, 1974), hlm. 462, dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,  Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Muhammad Utsman Najati, 2003, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi. Jakarta: Mustaqim, 2003)
W.B Cannon, The Wisdom of The Body, (New York: Noton, 1932), dikutip tidak langsung oleh Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi, Jakarta : Mustaqim, 2003




[2] Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002)
[3] Ahmad Mubarok, Ibid, hlm 57
[4] Ibid 
[5] Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi, (Jakarta : Mustaqim, 2003)
[6] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007)
[7] Utsman Najati, Ibid
[8] W.B Cannon, The Wisdom of The Body, (New York : Noton, 1932), dikutip tidak langsung oleh Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi, Jakarta : Mustaqim, 2003
[9] Ahmad Mubarok, Ibid
[10] Ibid
[11] J.C. Coleman dan C.L. Hammen, Contemporary Psychologi and Effective Behavior, Glenview: Scott, Foresman and Co, 1974), hlm. 462, dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,  Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007
[12] Edward G. Sampson, Social Psychology and Contemporary Society, (Toronto: John Wiley & Sons, Inc, 1976), dikutip tidak langsung oleh Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung : PT Remaja Rosdakarya
[13] Opcit, akses tanggal 08 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar