PETA DAKWAH
LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA
DOSEN PENGAMPU:
BAMBANG SLAMET RIYADI, M. Ag
OLEH:
MARYAMATUL MUNAWWARAH
JURUSAN KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2014
LATAR
BELAKANG SOSIAL BUDAYA
Tepat pada hari
Jum’at tanggal 18 April 2014 saya dan temen-teman jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam melakukan penelitian untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Peta Dakwah
yang diampu oleh pak Bambang Slamet Riyadi, M. Ag di sebuah tempat yang
berlamat di Jalan. Parit Madura, Desa Sungai Segak, Kecamtan Sebangki,
Kabupaten Landak. Adapun yang kami teliti di desa tersebut adalah :
·
Konsep dasar peta dakwah
·
Urgensi peta dakwah dalam
kajian dakwah Islamiyyah
·
Analisis dalam sebuah peta
dakwah
·
Aspek geografis dalam sebuah
peta dakwah
·
Aspek demografis dalam sebuah
peta dakwah
·
Aspek latar belakang sosial
ekonomi
·
Latar belakang sosial
pendidikan
·
Latar belakang sosial budaya
·
Latar belakang sosial politik
·
Sarana ibadah
·
Penyuluh agama
·
Materi, metode dan media dakwah
·
Tipologi paham agama
Namun dari
berbagai macam konsep di atas, kami meneliti tentang “Latar belakang sosial
budaya” di desa tersebut, sedangkan konsep yang lain diteliti oleh teman-teman
kami. Di Desa Sungai Segak ini ternyata mayoritas masyarakat yang tinggal
adalah masyarakat yang beretnik Madura, sedangkan mata pencarian masyarakat di
sana adalah petani, pekebun karet, peternak dan juga tukang bangunan. Namun
yang paling banyak adalah bermata pencarian karet, terbukti hasil dari
observasi kami sekitar 70 % masyarakat mempunyai kebun karet (getah).
Selain itu ada
sebuah adat tradisi yang masih melekat pada masyarakat tersebut yang tidak
pernah di tinggalkan sama sekali yaitu “Selamatan Parit”. Selamatan parit ini
teLah di lakukan oleh masyarakat Desa Sungai Segak sejak di bukanya parit yang
berada di depan rumah warga pada tahun 1970 oleh H. Dulafi. Biasanya selamatan
parit ini di lakukan pada hari senin atau kamis di tanggal 02-03 bulan muharram
dari pukul 17:00 sampai magrib.
Seperti yang
dikatakan oleh pak Arifin dan ibu Husniah, peralatan-peralatan yang dibutuhkan
dalam prosesi adat tersebuat adalah : Ayam kampung, beras kuning, ketan hitam,
bubur nasi, darah ayam (semangkok), rokok daun, telur ayam kampung, kopi (satu
gelas), dan sirih lengkap (daun sirih, kapur, gambir, pinang dan sugi
dimasukkan ke dalam lemas yang terbuat dari daun kelapa). Setelah semua
peralatan tersebut lengkap, berkumpullah semua warga masyarakat di depan rumah
yang telah ditentukan, di sana mereka memanjatkan do’a terlebih dahulu,
kemudian barulah mereka pergi ke tepi laut menggantungkan barang-barang
tersebut.
Tujuan dari
selamatan parit ini adalah agar masyarakat Desa Sungai Segak diselamatkan dari
marabahaya yang datang dari parit tersebut, seperti yang di katakana oleh pak
Arifin bahwa parit kami disini sangat aman dan Alhamdulillah belum pernah
memakan korban, sedangkan di parit-parit desa lain ada saja anak-anak
masyarakat yang terjatuh di parit tersebut hingga meninggal dunia. Oleh karena
itulah yang membuat masyarakat semakin percaya dengan adat yang mereka
jalankan, karena menurut mereka sudah terbukti selama mereka mengamalkan adat
tersebut belum ada kejadian na’as yang terjadi di parit mereka.
Di Desa ini
masyarakat masih aktif bergotong-royong membersihkan parit di depan rumah
mereka seminggu sekali yaitu pada setiap hari minggu sore (ba’da ashar), yang
melakukan ini adalah semua laki-laki yang sedang berada di desa tersebut.
Sedangkan perempuan-perempuannya mengadakan majlis ta’lim membaca yasin
(yasinan) yang diadakan setiap senin sore dan di pimpin oleh istri kepala desa
Sungai Segak, yasinan ini dilakukan setiap minggunya dari rumah ke rumah
(bergantian). Selain itu majlis ta’lim lelaki juga ada yasinan yang biasa
dilaksanakan pada setiap malam jum’at juga dari rumah ke rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar