SEJARAH
DAKWAH RASULULLAH SAW
PERIODE MEKAH DAN MADINAH
DOSEN PENGAMPU:
Dr. H. Harjani Hefni,
MA / Bambang SR, M.Ag
Disusun Oleh:
Maryamatul Munawwarah
Program
Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Jurusan
Dakwah
SekolahTinggi
Agama Islam Negeri
Pontianak
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah
SWT, karena ijin dan kekuasaan-Nyalah penulis dengan berbagai keterbatasan
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH DAN MADINAH “. Shalawat serta salam masih terlimpahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammmad SAW, karenaberkatnyalah kita masih dikasi
kesempatan hidup dengan berbangsa dan dengan keadilan yang sempurna yaitu hari
penuh barokah ini . Penulisan
makalah ini bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah “SEJARAH DAKWAH ”. Penulis berusaha untuk memaparkan pokok
permasalahan yang didapatkan dari berbagai wawancara dari kelompok kami
tersebut.
Semoga
makalah yang kami susun ini bisa di terima dengan baik, mohon maaf juga atas kekurangan
makalah kami, dan mohon maaf atas ketidaknyamanan dalam pembahansan ini dan
kurang dimengerti semoga apa yang belum dipahami dalam hal ini busa kita
diskusikan bersama. Amin..
DAFTAR ISI
Kata Pegantar………………………………………………………
Daftar isi……………………………………………………………
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang………………..………………………………
BAB II Pembahasan
1. Sejarah Dakwah Di periode Mekkah …………………
a. Masyarakat Arab Jahiliyah
Periode Mekah
b. Pengangkatan Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul
c.
Ajaran Islam Periode Mekah
d. Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mekah
e.
Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah
Rasulullah SAW
2. Sejarah Dakwah Di periode Madinah……….......
a. Sejarah
Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
b. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
c. Strategi Dakwah
Rasulullah SAW Periode Madinah
d. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan
masyarakat Islam
e. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW.
Periode Madinah
BAB IIII Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………
B. Daftar Pustaka………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
v Latar Belakang
Kewajiban dakwah merupakan suatu kewajiban yang telah
Allah perintahkan kepada kita semua sebagai umat islam untuk menyampaikan
risalah kebenaran islam. Pada hakikatnya, dakwah bukan hanya kewajiban Nabi
ataupun para Rasul yang mempunyai amanah khusus untuk menyampaikan setiap
kebenaran dan ketauhidan Allah, namun juga menjadi kewajiban setiap umat islam
yang mempercayai dan meyakini akan kebenaran islam sebagai Rahmatan lil Alamin.
Sehingga, Islam tidak hanya dipandang dari satu sisi saja melainkan berbagai
tinjauan yang akan mengantarkan kita kepada pemahaman yang menyeluruh. Dan
salah satu media yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan risalah kebenaran
islam ialah melalui dakwah.
Dakwah islamiyyah sudah dimulai saat pertama kali Nabi Muhammad menerima washilah ataupun tanggung
jawab untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kejahiliyyahan hidup yang
pada saat itu telah mencapai klimaks kegelapan yang mencekam. Allah
memerintahkan Rasulullah supaya menyampaikan kebenaran risalah tentang keesaan
Allah. Bukan hanya itu, Rasulullah diperintahkan untuk mengenalkan aturan hidup
yang jelas bagi umat manusia. Dan aturan-aturan hidup yang Allah maksudkan
adalah islam sebagai dinnullah yang termaktub dalam konsep wahyu berupa
Al-qur’an.
Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para
ulama, melainkan kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para umara,
melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan untuk mensukseskan
dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam
benar-benar bisa dirasakan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW
Periode Mekah
A.
Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab
Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang
agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran
agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam
A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala.
Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah atau
rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi,
Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat
Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
B.
Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan
Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13
tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu
itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa
kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhammad
diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau Rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an
Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.(bacalah dengan menyebut
nama tuhanmu yang menciptakan , dan telah menciptakan manusia dari segumpal
darah , bacalah dan tuhan-mulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan
prantaraan kalam, dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui..
) Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan
Nuzul Al-Qur’an.
Menurut
sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad
berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah
itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa
Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
C.
Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran
Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya
adalah sebagai berikut:
a. Keesaan
Allah SWT
b. Hari
Kiamat sebagai hari pembalasan
c.
Kesucian jiwa
d.
Persaudaraan dan Persatuan
D. Strategi
Dakwah Rasulullah Periode Mekah
Tujuan
dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran
Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi
dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 Tahun
Pada masa
dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam,
orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya Orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW
tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun
ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang
tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu
Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh
Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu
Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
Ø
Abdul Amar dari Bani Zuhrah dan Abu
Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
Ø
Utsman bin Affan
Ø
Zubair bin Awam
Ø
Sa’ad bin Abu Waqqas dan Thalhah
bin Ubaidillah.
b.
Dakwah secara terang-terangan
Dakwah
secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu
dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah
26 asy-syu’ara (para penyiar): 214-216.(dan
berikanlah peringatan kepada kerbarat-kerabatmu yang teerdekat, dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang orang
beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.)
Tahap-tahap
dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
1.
Mengundang kaum kerabat keturunan
dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam.
Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan
Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali
bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2.
Rasulullah SAW mengumpulkan para
penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar
Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada
periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman
Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada
tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M). Rasulullah
SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah.
Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara
lain:
1.
Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh
dari kaum Giffar.
2.
Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang
penyair terpandang dari kaum Daus.
3.
Dakwah Rasulullah SAW terhadap
penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang
pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6
orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang
ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin
Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan
umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul
Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
E.
Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof.
Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan
sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
a.
Kaum kafir Quraisy, terutama para
bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran
Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
b.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan
keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur
dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab
neraka.
c.
Kaum kafir Quraisy menilak ajaran
Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa
bermasyarakat warisan leluhur mereka.
d.
Dan, kaum kafir Quraisy menentang
keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang
menyembah berhala.
Usaha-usaha
kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
·
Para budak yang telah masuk
Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya
al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di
luar batas perikemanusiaan.
·
Kaum kafir Quraisy mengusulkan
pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya
suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di
saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan
penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy,
salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke
dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah
(Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan.
Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke
Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah
satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset,
karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya
kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu
Thalib.
Pada tahun
ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya
wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam
sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni
(tahun duka cita).
2. Sejarah
Dakwah Di periode Madinah
a.
Sejarah
Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Setidaknya
ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah
berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan
diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu
negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat
tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam
berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke
negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah.
Arti
kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam,
yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama
hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke
Yastrib (negeri Islam) adalah:
* Menyelamatkan
diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri Quraisy.
Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah
ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan
maksud untuk membunuhnya.
* Agar
memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga
dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk
menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam)
b.
Dakwah
Rasulullah SAW Periode Madinah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan
wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi
dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran
Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga
ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah
adalah orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan
Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk
Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak
termasuk bangsa Arab.
Dakwah
Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat
Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang
diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang
bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan
usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk
masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang
belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai
agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka
menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia
di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan
cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk
Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak
sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka
berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha
melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum
kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam
surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan
para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir
yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya
itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan
perang, tetapi bertujuan untuk:
·
Membela diri, kehormatan, dan
harta.
·
Menjamin kelancaran dakwah, dan
memberi kesempatan kepada mereka yang hendak menganutnya.( Islam)
·
Untuk memelihara umat Islam agar
tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para
pengikutnya mampu membangun suatu negara yang merdeka dan berdaulat, yang
berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam,
bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah
Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka
akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya.
Untuk
menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para
pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam
dan bangsa Romawi, yaitu :
a.
Perang Mut’ah
b.
Perang Tabuk
c.
Perang Badar
d.
Perang Uhud
e.
Perang Khandaq
f.
Perang Hunain
C.
Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Pokok-pokok
pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:
1. Berdakwah
dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini
kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang
berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara
(metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah
An-Nahl, 16: 12
3. Berdakwah
itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan $petunjuk
Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 10\$\\
4. Berdakwah
dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk
memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
D. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan
masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
a. Membangun
Masjid
Masjid
yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba,
yang berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada
setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan
menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan
para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara
gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan
kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin
Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w.
E.
Substansi dan
strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah
Adapun
substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1. Membina
masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan
kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman
mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas dan hanya mengharap
keridaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harisah
bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar
bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik.
2. Memellihara
dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan suasana tentram dan
aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat terpelihara dan bertahan,
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi
yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah
dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya.
Isi
perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan
masing-masing golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus
tolong menolong dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi
mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
c. Kota
Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka
urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d. Mengakui
dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh
Nabi Muhammad SAW.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dakwah adalah
proses yang terus menerus akan dan harus dilakukan, tidak hanya oleh Bani
Umayah, melainkan semua umat islam senantiasa melaksanakan dakwah sebagai
sebuah kewajiban dalam menyampaikan kebenaran islam yang sesungguhnya. Sampai
sekarang pun ghiroh perjuangan dakwah islamiyyah berada dalam setiap jiwa
kaum muslimin. Karena mereka yakin bahwasanya kebenaran tak akan pernah bisa
terkalahkan oleh kebatilan, jikalau timbul kebutuhan akan kebenaran itu
sendiri di kalangan umat islam.
Dan
satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama, melainkan kewajiban bagi
setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para umaro, melainkan harus adanya
kerja sama dari berbagai kalangan untuk mensukseskan dakwah islamiyyah ini.
Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam benar-benar bisa
dirasakan.
Begitu
pesat perjalanan dakwah yang telah dilakukan oleh kaum muslimin, dan begitu
banyak pula hambatan yang menerpa proses dakwah itu sendiri. Tidak hanya dulu,
bahkan sekarang pun banyak hambatan yang menerjang umat islam untuk
menyampaikan risalah islam yang kaafah. Banyaknya para penentang dakwah islam,
jangan kita jadikan sebagai penghalang bagi kesuksesan dakwah kita melainkan
harus kita jadikan sebagai media atau alat untuk meningkatkan ghiroh perjuangan
dakwah yang kita lakukan.
Hikmah
sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain,
dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum
Anshardapat memberikan rasa aman dan tentram, persatuan dan saling menghormati
antar agama, menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah,
yang kaya dan miskin, emahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan
Allah swt, memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan
Allah swt dan antara manusia dengan manusia, Kita mendapatkan warisan yang
sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat, menjadikan
inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam dan terciptanya hubungan
yang kondusif.
DaftarPustaka
Syalabi, Ahmad Prof. Dr.1983. sejarah dan kebudayaan islam jilid II,
Jakarta : Pustaka Alhusna.
Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni. 2007. Pengantar sejarah Dakwah, Jakarta :
Kencana.
Enjang AS & Aliyudin. 2009. Dasar-dasari Ilmu Dakwah,
Bandung : Widya Padjadjaran.
Drs. Fadil SJ. M.Ag .2008 “ Pasang Surut Sejarah Peradaban Islam
dalam Lintasan Sejarah” UIN Malang..
Karen Armsrong. 2006” Muhammad Nabi Zaman Kita.Yokyakarta.Beranda
Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar