Sabtu, 05 Maret 2016

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH DAN MADINAH

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
PERIODE MEKAH DAN MADINAH 


DOSEN PENGAMPU:
 Dr. H. Harjani Hefni, MA / Bambang SR, M.Ag



Disusun Oleh:
Maryamatul Munawwarah



Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Jurusan Dakwah
SekolahTinggi Agama Islam Negeri
Pontianak
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, karena ijin dan kekuasaan-Nyalah penulis dengan berbagai keterbatasan dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE  MEKAH DAN MADINAH “. Shalawat serta salam masih terlimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammmad SAW, karenaberkatnyalah kita masih dikasi kesempatan hidup dengan berbangsa dan dengan keadilan yang sempurna yaitu hari penuh barokah ini . Penulisan makalah ini bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah SEJARAH DAKWAH ”. Penulis berusaha untuk memaparkan pokok permasalahan yang didapatkan dari berbagai wawancara dari kelompok kami tersebut.
            Semoga makalah yang kami susun ini bisa di terima dengan baik, mohon maaf juga atas kekurangan makalah kami, dan mohon maaf atas ketidaknyamanan dalam pembahansan ini dan kurang dimengerti semoga apa yang belum dipahami dalam hal ini busa kita diskusikan bersama. Amin..






DAFTAR ISI

Kata Pegantar………………………………………………………
Daftar isi……………………………………………………………
BAB I  Pendahuluan
1.     Latar Belakang………………..………………………………
BAB II Pembahasan
1.     Sejarah Dakwah Di periode Mekkah …………………
a.     Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
b.     Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
c.       Ajaran Islam Periode Mekah
d.      Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mekah
e.       Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
2.     Sejarah Dakwah Di periode  Madinah……….......
a.      Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
b.     Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
c.     Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
d.    Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam
e.     Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah

BAB IIII Penutup
A.   Kesimpulan……………………………………………………
B.   Daftar Pustaka………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN
v  Latar Belakang
Kewajiban dakwah merupakan suatu kewajiban yang telah Allah perintahkan kepada kita semua sebagai umat islam untuk menyampaikan risalah kebenaran islam. Pada hakikatnya, dakwah bukan hanya kewajiban Nabi ataupun para Rasul yang mempunyai amanah khusus untuk menyampaikan setiap kebenaran dan ketauhidan Allah, namun juga menjadi kewajiban setiap umat islam yang mempercayai dan meyakini akan kebenaran islam sebagai Rahmatan lil Alamin. Sehingga, Islam tidak hanya dipandang dari satu sisi saja melainkan berbagai tinjauan yang akan mengantarkan kita kepada pemahaman yang menyeluruh. Dan salah satu media yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan risalah kebenaran islam ialah melalui dakwah.
Dakwah islamiyyah sudah dimulai saat pertama kali Nabi  Muhammad menerima washilah ataupun tanggung jawab untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kejahiliyyahan hidup yang pada saat itu telah mencapai klimaks kegelapan yang mencekam. Allah memerintahkan Rasulullah supaya menyampaikan kebenaran risalah tentang keesaan Allah. Bukan hanya itu, Rasulullah diperintahkan untuk mengenalkan aturan hidup yang jelas bagi umat manusia. Dan aturan-aturan hidup yang Allah maksudkan adalah islam sebagai dinnullah yang termaktub dalam konsep wahyu berupa Al-qur’an.
Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama, melainkan kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para umara, melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan untuk mensukseskan dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam benar-benar  bisa dirasakan.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekah
A.    Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah atau rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
B.     Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau Rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.(bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan , dan telah menciptakan manusia dari segumpal darah , bacalah dan tuhan-mulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan prantaraan kalam, dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.. ) Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.          
C.    Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
D. Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mekah
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
a.      Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 Tahun
              Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya Orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
              Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
Ø      Abdul Amar dari Bani Zuhrah dan Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
Ø      Utsman bin Affan
Ø      Zubair bin Awam
Ø      Sa’ad bin Abu Waqqas dan Thalhah bin Ubaidillah.

b.      Dakwah secara terang-terangan
              Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26 asy-syu’ara (para penyiar): 214-216.(dan berikanlah peringatan kepada kerbarat-kerabatmu yang teerdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang orang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.)
            Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
1.        Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2.        Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
               Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M). Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
1.                        Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
2.                        Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
3.                        Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
            Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
 Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
E. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
        Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
a.         Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
b.         Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
c.          Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
d.         Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
·         Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
·         Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
 Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut amul huzni (tahun duka cita).
2. Sejarah Dakwah Di periode  Madinah
a.      Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
               Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
                Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
               Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.

         Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah:
*  Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
*   Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam)
  b.   Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
           Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
               Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah.             
            Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
               Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
              Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
              Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
             Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi.              
               Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:
·         Membela diri, kehormatan, dan harta.
·         Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak menganutnya.( Islam)
·         Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
           Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya.




       Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :
a.       Perang Mut’ah
b.      Perang Tabuk
c.       Perang Badar
d.      Perang Uhud
e.       Perang Khandaq
f.       Perang Hunain
C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
               Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah  itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-Nahl, 16: 12 
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan $petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 10\$\\
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
D. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
a.   Membangun Masjid
        Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.


Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w.
E.          Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik.
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya.
      Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
c. Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
            Dakwah adalah proses yang terus menerus akan dan harus dilakukan, tidak hanya  oleh Bani Umayah, melainkan semua umat islam senantiasa melaksanakan dakwah sebagai sebuah kewajiban dalam menyampaikan kebenaran islam yang sesungguhnya. Sampai sekarang pun ghiroh perjuangan dakwah islamiyyah  berada dalam setiap jiwa kaum muslimin. Karena mereka yakin bahwasanya kebenaran tak akan pernah bisa terkalahkan oleh kebatilan,  jikalau timbul kebutuhan akan kebenaran itu sendiri di kalangan umat islam.
            Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama, melainkan kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para umaro, melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan untuk mensukseskan dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam benar-benar  bisa dirasakan.
            Begitu pesat perjalanan dakwah yang telah dilakukan oleh kaum muslimin, dan begitu banyak pula hambatan yang menerpa proses dakwah itu sendiri. Tidak hanya dulu, bahkan sekarang pun banyak hambatan yang menerjang umat islam untuk menyampaikan risalah islam yang kaafah. Banyaknya para penentang dakwah islam, jangan kita jadikan sebagai penghalang bagi kesuksesan dakwah kita melainkan harus kita jadikan sebagai media atau alat untuk meningkatkan ghiroh perjuangan dakwah yang kita lakukan.
            Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain,  dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat memberikan rasa aman dan tentram, persatuan dan saling menghormati antar agama, menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin, emahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt, memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan manusia, Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat, menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam dan terciptanya hubungan yang kondusif.

DaftarPustaka

Syalabi, Ahmad Prof. Dr.1983. sejarah dan kebudayaan islam jilid II, Jakarta : Pustaka Alhusna.
Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni. 2007. Pengantar sejarah Dakwah, Jakarta : Kencana.
Enjang AS  & Aliyudin. 2009. Dasar-dasari Ilmu Dakwah, Bandung : Widya Padjadjaran.
Drs. Fadil SJ. M.Ag .2008 “ Pasang Surut Sejarah Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah” UIN Malang..
Karen Armsrong. 2006” Muhammad Nabi Zaman Kita.Yokyakarta.Beranda Publishing
                     




Tidak ada komentar:

Posting Komentar