- PENDAHULUAN
Abad
kesembilan belas merupakan fase kedua dari imperialisme Inggris di
India, yaitu abad kapitalisme industri Inggris yang pada waktu itu Inggris
menjual barang-barang dagangannya di India, dengan itu India hanya menjadi
pasar bagi Inggris. Fase ini menimbulkan kelas baru di India, kelas ini timbul
pertama-tama dari pegawai-pegawai dalam birokrasi, pedagang-pedagang kecil,
kaum borjuis kecil yang ada dipinggiran meningkat menjadi agak lumayan sebagai
administrator, saudagar dan professional, yang semua itu bergantung kepada imperialisme
Inggris untuk fungsi mereka dan mereka itu sangat sedikit memperhatikan
bentuk-bentuk agama dan idiologi.
Akibat
dari perubahan itu orang-orang muslim India yang dulu pernah menikmati zaman
keemasan Islam merasa terpojokkan dan terisolasi diberbagai aspek kehidupan.
Umat Islam bukan saja secara ekonomis ditindas, tetapi posisi pendidikan dan
sosial mereka juga ditekan oleh pemerintah. Dapat digambarkan keadaan-keadaan
seperti itu, kedudukan masyarakat muslim di India dikantor-kantor perintah,
departemen-departemen, angkatan darat yang terjadi didaerah Bengal pada tahun
1869 dalam tingkat asisten insinyur pemerintah terdapat 14 orang India
Hindu, orang muslim satupun tidak ada. Kedudukan-kedudukan yang dulu dipegang
umat Islam dialihkan kepada orang-orang selain Muslim.[1]
Pada
tahun 1857 terjadilah malapetaka yang melanda India, yaitu pemberontakaan yang
merupakan akibat dari keinginan akan adanya pendidikan di India serta
akibat kenyataan bahwa bangsa India tidak memahami hak pemerintah yang
sasaranya adalah rakyat. Selain itu terdapat keinginan akan adaanya
hubungan antara penguasa dan rakyat, dalam hal untuk memperoleh nasib yang
lebih layak. Sejak kejadian itu keadaan komunitas muslim di India semakin
tidak mendapatkan kepercayaan dari pemerintah Inggris yang berkuasa kala itu
atau dengan jelas dapat dikatakan umat Islam semakin hari, makin jatuh, tanpa
ada harapan untuk bangkit kembali.
Orang
yang menghadapi situasi seperti diatas adalah Sayid Ahmad Khan yang memulai
mengadakan pembaharuan dan perbaikan terhadap rakyat India. Dengan
mengembangkan Islam liberal, sejalan dengan kebudayaan barat abad-19, sesuai
dengan perkembangan umum, terutama sesuai dengan sains barat, metode
pergaulanya dan humanitarianisme. Hal ini beliu lakukan dengan memisahkan
prinsip-prinsip dari nash hukum, memisahkan agama dari manifestasi-manifestasi
feodal, terutama dari kerusakan umat Islam. Menekankan ajaran-ajaran pokok
semua agama, terutama agama Islam dan Hindu, selain itu juga terdapat perubahan
sikap yang merupakan karakter modernisasi yaitu bersedia mengarap dunia dan
memakai pendekatan secara dinamis.
B.
PEMBAHASAN
a)
Biografi Sayid Ahmad Khan
Ahmad Khan lahir
tanggal 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817 Masehi di kota Delhi.
Nenek moyangnya berasal dari Semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Herat,
Persia (Iran), karena tekanan politik pada zaman dinasti Bani Umayyah (41 H/661
M – 133 H/750 M). Dari Herat mereka hijrah ke Hindustan (India) dan menetap disana,
kakek Sayyid Ahmad Khan adalah Sayyid Hadi yang menjadi pembesar istana pada
zaman Alamghir II ( 1754- 1759). Sedangkan Ayahnya bernama al-Muttaqi, seorang
ulama shalih yang mempunyai pengaruh besar di Kerajaan Mughal pada masa
pemerintahan Akbar Syah II (1806 1837). Ahmad Khan memiliki pertalian darah
dengan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau dari keturunan Fatimah al Zahra
dan Ali bin Abi Talib, karena itulah beliau bergelar Sayyid, sedangkan ibunya
adalah seorang wanita cerdas dan pandai mendidik anak-anaknya.[2]
Ahmad Khan
memulai pendidikannya dalam pengetahuan agama secara tradisional, disamping itu
beliau juga mempelajari bahasa Persia dan bahasa Arab, matematika, mekanika,
sejarah dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Beliau juga banyak membaca
buku-buku ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Hal ini
menjadikannya sebagai seorang yang luas ilmu pengetahuannya, berpikiran maju
dan dapat menerima ilmu pengetahuan modern.[3]
Sejak sang ayah
meninggal tahun 1838, Ahmad Khan mulai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya, karena ibunya enggan menerima tunjangan pensiun dari istana.
Beliau bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia pindah bekerja sebagai
hakim di Fatehpur (1841), selanjutnya ia dipindahkan ke Bignaur. Pada tahun 1846
beliau kembali lagi ke Delhi, masa depan di Delhi merupakan masa yang paling
berharga dalam hidupnya karena beliau dapat melanjutkan pelajarannya. Ketika
terjadi pemberontakan umat Hindu dan umat Islam terhadap penguasa Inggris pada
tanggal 10 Mei 1857, Ahmad Khan berada di Bignaur sebagai salah seorang pegawai
peradilan.[4]
Dalam peristiwa
ini beliau tidak ikut memberontak, bahkan banyak membantu melepaskan
orang-orang Inggris yang teraniaya di Bignaur. Atas jasa-jasanya, pemerintah
Inggris menganugerahkan gelar Sir dan memberikan berbagai hadiah kepadanya, Ahmad
Khan menerima gelar tersebut, tetapi beliau menolak hadiah-hadiah itu, kecuali
kesempatan untuk berkunjung ke Inggris pada tahun 1869. Kesempatan tersebut
dimanfaatkan olehnya untuk meneliti lebih jauh sistem pendidikan serta
menyaksikan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris
(Hasan Asari : 2007).
Ahmad Khan
menjelaskan kepada pemerintah Inggris bahwa dalam pemberontakan ditahun 1857,
umat Islam tidaklah memainkan peran utama. Hal itu dijelaskan lewat buku yang
berisikan catatan kronologis pemberotakan tersebut, yaitu Tarikhi Sarkhasi
Bijnaur (1858). Buku lainnya, berjudul Asbab Baghawat Hind (1858) yang
diterjemahkan dalam bahasa Inggris, The Causes of the Indian Revolt
(Sebab-sebab Revolusi India). Akhirnya Ahmad Khan berhasil mendamaikan umat
Islam dengan pemerintah Inggris.[5]
Cita-cita Ahmad
Khan untuk mendirikan perguruan tingi akhirnya terwujud dengan diletakkannya
batu pertama pembangunan gedung perguruan tinggi tersebut oleh Gubernur Jendral
Lord Lotion (raja muda waktu itu) pada tanggal 8 Januari 1877 di kota Aligarth.
Perguruan tinggi tersebut diberi nama Muhammadan Anglo Oriental College, yang
lebih dikenal dengan Aligarth College.
Masa-masa akhir
hayatnya digunakan untuk mewujudkan Aligarth College yang didirikannya itu,
beliau berkeinginan Aligarth dapat meningkat menjadi universitas, sebagaimana
yang dicita-citakan sejak kepergiannya ke Inggris. Dalam mewujudkan
keinginannya tersebut beliau menghabiskan delapan jam sehari untuk menegembangkan
Aligarth College, akan tetapi keinginannya untuk menjadikan Aligarth sebagai
universitas belum tercapai ajal telah merenggutnya pada usia 81 tahun. Seluruh
India berkabung, dan umat Islam kehilangan seorang tokoh besar yang selama
hidupnya digunakan untuk memajukan bangsanya.
Ahmad Khan telah
tiada, namun sampai kini gagasan-gagasannya masih banyak diulas oleh akademisi
dan para ilmuan, pandangan yang sangat mendasar dari Akhmad Khan adalah tentang
keterbelakangan masayarakat muslim India. Menurut analisanya umat Islam di
India sangat terbelakang bila dibandingkan dengan peradaban barat karena ia
tidak mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi. Diakibatkan oleh
kejumudan pemikiran umat Islam pasca abad pertengahan, sehingga untuk melawan
keterbelakangan tersebut maka yang harus dilakukan umat Islam adalah
menghidupkan dan mengembangkan kembali pemikiran rasional agama zaman klasik,
dengan perhatian yang besar pada sains dan tehnologi. Ahmad Khan mengakhiri perjuangannya
dengan berpulang ke rahmatullah pada tanggal 27 Maret 1898 setelah menderita
sakit beberapa lama dalam usia 81 tahun dan beliau dimakamkan di Aligarh.
b)
Ide-Ide Pembaharuanya
Sayyid Ahmad
Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena tidak mengikuti perkembangan
zaman, ummat Islam tidak menyadari bahwa
peradaban Islam masa klasik telah runtuh dan digantikan peradaban modern yang
berasal dari dunia Barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan
tekhnologi sebagai pondasi kokoh bagi kemajuan dan kekuatan orang Barat modern
yang berasal dari hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal bagi Sayyid
Ahmad Khan mendapat penghargaan tinggi, namun bagi sebahagian kalangan ummat
Islam tradisional pada masanya berpegang teguh bahwa kekuatan akal bukan tidak
terbatas.
Oleh karena
itu, Ahmad Khan percaya pada kekuatan dan kebebasan akal mempunyai batas, beliau percaya pada kebebasan dan
kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dengan
kata lain, beliau mempunyai faham qaadariah (free will and free act) dan tidak faham
jabariah atau fatalisme. Manusia menurutnya dianugerahi Tuhan berbagai daya, seperti daya berfikir yang
disebut akal, dan daya fisik untuk mewujudkan kehendaknya. Manusia mempunyai
kebebasan untuk mempergunakan daya yang diberikan Tuhan kepadanya itu.
Ahmad Khan
menolak pula faham taklid bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini, sumber ajaran Islam menurut pendapatnya hanyalah
al-Qur’an dan Hadis. Pendapat ulama dimasa lampau tidak mengikat bagi ummat
Islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman
modern. Secara sederhana bentuk-bentuk ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan dapat
pula dikembangkan sebagai berikut :[6]
- Bidang Keagamaan
Salah satu warisan keagamaan yang
ditinjau dan diperbaharui kembali dan sangat fundamental serta mencakup seluruh
aspek Islam adalah tafsir al-Qur’an. Untuk kegiatan ini, anak benua Indonesia-Pakistan dapat berbangga diri,
karena amat produktif dalam menelorkan mufassir liberal dan radikal semisal Sayyid
Ahmad Khan ini. Pembaharuan penafsiran al-Qur’an yang dilakukan adalah berusaha
mengadaptasikan ajaran-ajaran al-Qur’an dengan tuntutan-tuntutan zaman modern,
ini terwujud dengan terbitnya volume pertama dari enam jilid tafsir karya Ahmad
Khan pada tahun 1880.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat
bahwa al-Qur’an dan hadis merupakan sumber hukum Islam,
beliau sangat selektif dalam menerima hadis. Menurut
Sayyid Ahmad Khan hadis yang dapat
diterima tersebut dibagi kepada dua bagian yaitu hadis yang berkaitan dengan
agama dan hadis yang berkaitan dengan dunia. Hadis yang berkaitan dengan ruang
lingkup agama bersifat mengikat dan wajib diikuti, sedangkan hadis yang
berkaitan dengan perkara dunia, tidak termasuk tugas kerasulan secara mutlak
dan hanya berlaku khusus bagi kondisi dan keadaan bangsa Arab pada masa
nubuwwah dan tidak mengikat bagi seluruh kaum muslimin. Berkaitan dengan
permasalahan fiqh, Sayyid Khan mempunyai pandangan tersendiri dalam masalah
jihad, bunga bank, poligami dan had.
Dalam masalah jihad, beliau memandang bahwa jihad hanya
disyari’atkan untuk membela diri dan hanya dalam satu keadaan, yaitu ketika
orang-orang kafir menyerang kaum muslimin dengan tujuan mengubah agama
(mengkafirkan). Apabila penyerangan kaum kafir ini bertujuan lain seperti
pendudukan wilayah dan tidak bertujuan mengubah
agama, maka jihad tidak disyari’atkan. Sepertinya inilah yang mendorong Sayyid
Khan untuk mengadakan hubungan persahabatan dengan Inggris, karena menurutnya
jalan inilah yang mencegah kehancuran umat Muslim India pada masa itu.
Dalam masalah riba, Sayyid Ahmad
Khan berpendapat bahwa riba yang diharamkan ialah riba yang berlipat ganda,
yang dibayarkan oleh orang fakir sebagai imbalan atas hutangnya, sebagaimana
adat yang tersebar dikalangan Bangsa Arab. Adapun bunga yang jumlahnya sedikit
dalam mu’amalah perdagangan sekarang dan yang terdapat pada perbankan, bukanlah
riba yang diharamkan. Adapun masalah poligami, beliau berpandangan bahwa pada dasarnya Islam mengatur
perkawinan dengan satu wanita dan mensyari’atkan keadilan bagi poligami.
Berhubungan keadilan itu tidak mudah, maka poligami tidak diperbolehkan kecuali
pada kondisi pengecualian, seperti istri sulit mendapatkan keturunan.
Sedangkan dalam masalah
had (hukuman), Sayyid Ahmad Khan menolak hukum rajam bagi pezina, beliau bersandar pada dua dalil, yaitu : pertama, rajam tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Kedua,
hadis-hadis tentang rajam hanyalah menceritakan tentang kebiasaan yang tersebar
pada saat itu mengikuti Yahudi. Berdasarkan alasan itu pulalah, beliau memandang bahwa diyat (denda)
tidak lain hanyalah kebiasaan Bangsa Arab Kuno dan tidak sesuai lagi dengan
kondisi masa sekarang.
- Bidang Pendidikan
Sayyid Ahmad Khan beranggapan
bahwa jalan bagi ummat Islam India untuk melepaskan diri dari kemunduran dan
selanjutnya mencapai kemajuan, adalah dengan memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi modern Barat. Untuk mencapai tujuan ini maka sikap mental ummat yang
kurang percaya kepada kekuatan akal, kurang percaya pada kebebasan manusia dan
kurang percaya pada adanya hukum alam, harus dirubah terlebih dahulu. Perubahan sikap mental itu diusahakannya melalui
tulisan-tulisan dalam bentuk buku dan artikel-artikel dalam majalah Tahzib Al Akhlaq. Usaha melalui
pendidikan juga tidak dilupakannya, bahkan pada akhirnya kedalam lapangan
inilah dicurahkannya perhatian dan usahanya, salah satu jalan yang efektif
untuk merubah sikap mental suatu bangsa menurut beliau haruslah melalui
pendidikan.
Pada tahun 1861 Sayyid Ahmad Khan
mendirikan Sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1876 beliau mengundurkan diri sebagai pegawai pemerintah Inggris
dan sampai akhir hayatnya ditahun 1898, beliau mementingkan pendidikan ummat Islam India. Di tahun
1878, beliau mendirikan
sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan
karyanya yang bersejarah dan berpengaruh dalam upaya memajukan ummat Islam
India. Sekolah itu mempunyai peranan penting dalam kebangkitan ummat Islam
India dan sekiranya tidak karena lembaga pendidikan tersebut ummat Islam India
di Pakistan sekarang akan lebih jauh lagi ketinggalan dari ummat-ummat lain.
MAOC dibentuk sesuai dengan model
sekolah di Inggris dan bahasa yang dipakai didalamnya ialah Bahasa Inggris, Direkturnya
berbangsa Inggris sedang guru dan staffnya banyak terdiri atas orang Inggris.
Ilmu pengetahuan modern merupakan sebahagian besar dari mata pelajaran yang
diberikan dengan tidak mengabaikan pendidikan agama. Sedangkan pada sekolah
Inggris yang diasuh pemerintah pendidikan agama tidak diajarkan, dalam sistem pendidikan di MAOC
pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama mendapat
prioritas yang utama. Keistimewaan lainnya, sekolah tersebut terbuka bagi
seluruh lapisan masyarakat, baik Hindu, Parsi dan Kristen, bukan hanya bagi
orang Islam.
Sebelumnya pada tahun 1869/1870
Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, untuk mempelajari sistem
pendidikan Barat. Sekembalinya dari kunjungan itulah beliau membentuk Panitia Peningkatan Pendidikan Ummat Islam.
Salah satu tujuan panitia tersebut adalah menyelidiki sebab-sebab ummat Islam
India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah pemerintah, disamping itu dibentuk pula
Panitia Dana Pembentukan Perguruan Tinggi Islam.
Di tahun 1886 beliau juga membentuk Muhammedan Educational Conference
dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional yang seragam bagi ummat Islam India.
Program dari lembaga ini yakni menyebarluaskan pendidikan Barat dikalangan
ummat Islam, menyelidiki pendidikan agama yang diberikan disekolah-sekolah Inggris
yang didirikan oleh kalangan Islam serta menunjang pendidikan agama yang
diberikan disekolah-sekolah swasta. Pada tahun itu juga diterbitkan pula jurnal
mingguan “Aligarh Institut” yang menyebarluaskan informasi dan problematika
mengenai seputar pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan, serta lembaga ini juga
melakukan kegiatan penterjemahan buku Inggris ke Bahasa India.
Pada tahun 1920 MAOC ini
berkembang menjadi Universitas Aligarh yang secara berlanjut meneruskan tradisi
sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India. Universitas inilah yang menjadi
penggerak utama terwujudnya pembaharuan dikalangan umat Islam India, dalam
bidang pendidikan ini upaya-upaya yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan
merupakan usaha yang luar biasa untuk kemajuan umat Islam India.
- Bidang Sosial Politik
Dalam bidang politik ide Sayyid
Ahmad Khan ini merupakan refleksi dari gejolak sosial politik yang terjadi
antara umat Islam dan Inggris pada tahun 1857. Pemikirannya inilah yang
dituangkan dalam buku karangannya Asbab Baghawat Hind yang berisi
tentang usaha Sayyid Ahmad Khan untuk meyakinkan pihak Inggris bahwa umat Islam
tidak terlibat pemberontakan itu.
Dalam usahanya, beliau meyakinkan
pihak Inggris bahwa dalam Pemberontakan 1857 ummat Islam tidak memainkan
peranan utama, Ahmad Khan mengeluarkan panflet yang berisikan penjelasan
tentang faktor penyebab pecahnya pemberontakan tersebut. Diantara faktor
penyebab tersebut adalah :
- Intervensi Inggris dalam soal keagamaan seperti pendidikan
agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu dipanti-panti yang diasuh oleh orang
Inggris, pembentukan sekolah-sekolah
missi Kristen dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan perguruan
tinggi
- Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam
maupun Hindu dalam lembaga lembaga perwakilan rakyat, sehingga berakibat :
§ Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris
yang sebenarnya dan menganggap Inggris datang untuk merubah agama mereka menjadi Kristen
§ Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India
- Pemerintah Inggris tidak
berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan
dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat.
Lebih lanjut, Sayyid Ahmad Khan
menyatakan bahwa diantara golongan Islam yang ikut serta dalam pemberontakan
1857 adalah mereka yang kerap kali melakukan perbuatan tidak baik dan tercela
serta perbuatan kriminal. Dan jika hanya segelintir ummat Islam yang bersalah
tidaklah pada tempatnya pula untuk menetapkan keseluruhan ummat Islam India
bertanggung jawab terhadap pemberontakan tersebut, dengan demikian tidak pada
tempatnya Pihak Inggris menaruh rasa curiga terhadap ummat Islam India.
Sikap Sayyid dalam bidang politik
terlihat pula pada pertengahan kedua dari abad ke-19, ketika rasa nasionalisme
India telah mulai timbul dan terbentuknya Partai Kongres Nasional India di
tahun 1885. Sayyid Ahmad Khan menjauhkan diri dari gerakan ini dengan alasan
bahwa bahasa yang dipakai Kongres terhadap Pemerintah Inggris kurang sopan.
Menurut Rayendra Prasadia, beliau pada mulanya
adalah penyokong nasionalisme India, beliau pernah menerangkan bahwa Hindustan merupakan negara bagi
orang Hindu dan dalam kategori Hindu termasuk orang India Islam dan orang India
Kristen. Tetapi akhirnya beliau dipengaruhi oleh Mr. Back, salah satu Direktur MAOC
yang berpendapat bahwa pendidikan ummat Islam India belum sampai ketaraf yang
membuat mereka akan dapat mengambil keuntungan dari permainan dalam bidang
politik. Sebaliknya turut campur dalam bidang politik akan merugikan ummat
Islam India.
Sayyid Ahmad Khan memang berpendapat
bahwa pendidikanlah satu-satunya jalan
bagi ummat Islam India untuk mencapai kemajuan, kemajuan tidak akan dicapai melalui jalan politik. Oleh
karena itu beliau menganjurkan
supaya ummat Islam India jangan turut campur dalam agitasi politik yang
dilancarkan Partai Kongres. Usaha-usaha untuk merubah sikapnya terhadap Partai
Kongres tidak berhasil, beliau berkeyakinan bahwa anggota kasta dan pemeluk
agama-agama yang berlainan di India tidak bisa disatukan menjadi satu bangsa
karena tujuan dan cita-cita mereka saling berlainan. Wujud Partai Kongres
Nasional India sebenarnya tidak mempunyai dasar, gerakan yang dijalankan Partai
Kongres, demikian beliau selanjutnya menjelaskan, bukan hanya akan merugikan
bagi ummat Islam, tetapi juga bagi seluruh India.
Dalam ide politik yang
ditimbulkan Sayyid Ahmad Khan diatas telah kelihatan pengertian bahwa ummat
Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk suatu negara dengan ummat
Hindu. Umat Islam harus mempunyai negara tersendiri, bersatu dengan ummat Hindu dalam satu negara akan
membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas
Hindu yang lebih tinggi kemajuannya. Disini telah dapat dilihat bibit dari ide
Pakistan yang muncul kemudian diabad ke-20.
Dari usaha-usaha pembaharuan
Sayyid Ahmad Khan terlihat yang paling menonjol adalah dalam bidang pendidikan, terlihat sikapnya terhadap
pendidikan ummat Islam memang terlihat sangat mengagumkan, namun pengaruh
tersebut tidak terbatas dalam bidang pendidikan saja. Melalui buku karangannya
dan tulisan-tulisannya Tahzib al-Akhlaq
ide-ide pembaharuan yang
dicetuskannya menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang diberikannya terhadap
ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan terpelajar ini dari pada
tafsiran-tafsiran lama.
- Islam
Agama yang Rasional dan fitrah[7]
Sekarang
telah muncul situasi baru yang sama sekali berbeda dengan situasi sebelumnya
karena munculnya penelitian terhadap filsafat dan ilmu-ilmu kuno. Doktrin dilahirkan
dari seperangkat percobaan kealaman dan dihadapkan didepan kita, ini tidak sama
dengan persoalan-persoalan yang dipecahkan dengan argumen-argumen analogi atau
dengan pernyataan dan prinsip-prinsip yang diciptakan oleh ulama terdahulu. Sedangkan
ulama itu sangat menentang filsafat Yunani, serta tidak bisa memuaskan para
penentang Islam dengan menyodorkan Islam begitu saja. Katakanlah Islam
diajarkan sedemikian rupa dan harus diterima sebagai kebenaran.
Sayid
Ahmad Khan menetapkan prinsip untuk melihat secara jelas kebenaran Agama dan
juga untuk mengisi kebenaran Islam, dalam arti apakah Agama yang dipertanyakan
itu sesuai dengan hakekat manusia atau tidak, sesuai dengan watak yang
diciptakan untuk manusia itu atau watak yang berada diluar manusia. Beliau menggaris bawahi Allah telah menciptakan kita dan
memberi petunjuknya, petunjuk Allah ini sesuai dengan hukum kealaman yang
berlaku terhadap kita dan juga sesuai dengan fitrah kita, hal ini menunjukan
bukti akan kebenaran Islam itu.
- Bidang
Hukum
Pengabdiannya
kepada negara dalam masalah ini sudah dibuktikannya sejak dia berumur 20 tahun
tepatnya tahun 1857, beliau bekerja sebagai wakil hakim dipengadilan dan
terkenal sebagai wakil hakim yang adil dan cakap. Sebagai praktisi hukum beliau
menghabiskan waktunya untuk kesejahteraan rakyat dengan didukung oleh kemampuan
dan pandangannya yang luas, beliau mempunyai pengaruh yang lebih besar
daripada yang biasa diperoleh seorang wakil hakim.[8]
Usaha-usaha yang dilakukan Sayid Ahmad
tidak hanya bermanfaat bagi umat Islam tetapi juga bagi semua rakyat India. Ini
tercermin dalam tindakannya tatkala mengajukan rencana Undang-undang secara
perseorangan, yang dengan itu memperoleh tempat dalam buku Himpunan
Undang-undang, Kaziz Act (Undang-undang gadhi) dan rencana Undang-undang yang
memberikan kekuatan untuk wajib suntik cacar diputuskan atas inisiatif Sayid
Ahmad.
Sejalan
dengan ide-ide pembaharuan hukum positif, Sayid Ahmad juga mengadakan
perbaikan-perbaikan dalam hukum Islam. Beliau menolak faham taqlid, bahkan tidak segan-segan
menyerang faham ini. Sumber hukum Islam menurutnya hanyalah al-Qur’an dan
Hadist. Pendapat ulama masa lampau tidak mengikat bagi umat Islam dan diantara
pendapat mereka, ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Hadist juga
tidak semuanya dapat diterimanya, karena ada hadist palsu. Hadist dapat ia
terima sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang seksama tentang
keasliannya.[9]
- Bidang
Teologi
Konsepsinya
tentang Tuhan diperolah dari faham Dies di Perancis abad 18, baginya Tuhan
merupakan wujud yang samar-samar. Hukum alam itu kekal dan Tuhan tidak dapat
berbuat sesuatu untuk mengubahnya, sehingga tidak ada perasaan untuk memujinya,
demikian Sayid Khan mengatakan.[10]
Tidak
itu saja, beliau berasumsi tentang kalamullah, bahwa al-Qur’an diturunkan
dengan maknanya bukan lafadznya, beliau mengutip dalil al-Qur’an. Menurutnya
ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah hanya terbatas dalam masalah ibadah, ayat-ayat
al-Qur’an yang berhubungan dengan mu’amalah (sosial, ekonomi serta budaya)
hanya tergambar dalam masyarakat primitif dimana nabi hidup dan yang kesemuanya
itu sudah tidak sesuai dengan zaman modern.[11]
- Penutup
Demikian
deskripsi tentang Sayid Ahmad Khan dan mungkin dapat dikatakan sebagai
pembaharu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pembaharu-pembaharu
yang lain, beliau berhasil membuat institusi gerakan sehingga gerakanya lebih
efektif dan terkoordinasi dalam memobilisasi gerakan. Yaitu dengan lembaga
pendidikanya Aligarh, dengan lembaganya beliau tidak mengandalkan kapasitas individunya tetapi bagaimana lembaga itu
dapat mendukung dan mensosialisasikan ide-ide gerakan. Hal seperti ini banyak
dilakukan oleh para pembaharu di Indonesia abad-20, mereka banyak mendirikan
lembaga-lembaga formal maupun non formal sebagai wadah institusionalisasi sebuah
ide dan gerakan.
Kalau boleh dinilai
sebenarnya ide-ide pembaharuan Ahmad Khan sangat radikal, dengan diakuinya
hukum alam yang kekal. Tetapi dilihat dari pemikiran politiknya beliau tidak sampai pada tataran pemisahan Agama dan
politik dalam arti tidak sampai berorientasi sekuler. Bahkan dengan pemikiran
politiknya, ada indikasi pemicu terwujudnya Negara Islam Pakistan.
Dengan umurnya yang relatif
panjang, lebih satu abad, menjembatani jurang pemisah antara Islam abad
pertengahan dengan Islam modern di India, beliau sendiri peninggalan
raja-raja Mughal dan masuk dalam era baru. Sayyid Ahmad Khan memberi umat
muslim India suatu keutuhan baru, kebijaksanaan politik baru, cita-cita
pendidikan baru, pendekatan baru terhadap masalah-masalah nasional dan
individual mereka dengan perahu Aligarh. Didepanya terbentang disintegrasi dan
kemunduran, beliau menyatukan umat muslim India menjadi pendekar pembaharu
pertama dari bangsa baru. Akhirnya beliau sakit pada tanggal 24
maret1898 dan dua hari kemudian dengan berkomat kamit membaca AlQur’an, beliau
meninggal dunia.[12]
REFERENSI
Hasan Asari, 2007. Modernisasi Islam tokoh Gagasan dan Gerakan,
Bandung : Citapustaka Media
TIM UIN Syarif Hidayatullah,
2005. Ensiklopedi Islam Jilid I, Jakrata : Ichtiar Baru Van Hoeve
Abu Ali An-Nadawi, 1995. Pertentangan Alam Pikiran Islam dengan
Alam Pikiran Barat, Terj. Mahyudin Syaf, Bandung : Al-Ma`arif
Al Sa’idy, Al-Mujaddidun fi Al-Islam, lahore : Tp, 1977
Abdul Sani, 1998. Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam
Islam, Jakarta : Grafindo persada
Harun Nasution, 1982. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah pemikiran dan
Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang
John. J. Donohul. John. L. Posito, 1995. Islam dan Pembaharuan
Ensiklopedi Terhadap Masalah-masalah, terj. Machnun Husein, Jakarta :
Grafindo Persada
Mukti Ali, 1992. Alam Fikiran Islam Modern di Dunia India dan
Pakistan, Bandung : Mizan
Maryam Jameelah, 1982. Islam and Modernsm, terj. A. Jaenuri
Syafiq A. Mughni, Surabaya : Usaha Nasional
www.gampoalam.blogspot.com/2009/03/sayyid-ahmad-khan-dan-aligarh.html,
akses tenggal 01 November 2013
www.republika.co.id.html, akses tanggal 01 November 2013
[2]
TIM UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, (Jakrata : Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2005), Jilid I, hal. 109
[3]
Abu Ali An-Nadawi, Pertentangan Alam Pikiran Islam dengan Alam Pikiran Barat,
Terj. Mahyudin Syaf, (Bandung : Al-Ma`arif, 1995 ), hal. 69
[4]
Mukhti Ali, ibid, hal. 56
[5]
www.republika.co.id.html, akses
tanggal 01 November 2013
[6]www.gampoalam.blogspot.com/2009/03/sayyid-ahmad-khan-dan-aligarh.html,
akses tenggal 01 November 2013
[7]Jonh. Donohul.John. L. Posito.
Islam dan Pembaharuan Ensiklopedi Masalah-masalah.Terj.Machnun Husein,
(Jakarta : Grafindopersada, 1995), hal. 60-64
Tidak ada komentar:
Posting Komentar