Sabtu, 05 Maret 2016

AGAMA HINDU

KOMUNIKASI LINTAS AGAMA
AGAMA HINDU


Dosen Pengampu:
Syamsul Hidayat MA






Disusun Oleh :
Maryamatul Munawwarah



JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
FAKULTAS USULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
2014


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, dan segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT. Dan berkat karunia – Nya lah tugas makalah ini bisa selesai sesuai dengan harapan penulis yang berjudul “Agama Hindu’’.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. yang mana beliau telah membawa kita dari alam kejahilan, alam penuh kemaksiatan, alam kemusyrikan sehingga kita dibawanya ke alam yang terang benderang ini yakni dinuna dinul islam wal iman.
Selanjutnya dengan segala usaha yang di lakukan oleh penulis alhamdulillah makalah ini bisa di selesaikan walaupun sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangatlah di harapkan oleh penulis dan semoga makalah ini bisa bermanfa’at bagi kita semua amien ya rabbal alamin.


                                                                                              Pontianak, 3 Juli  2014


                                                                                                                  Penulis






Daftar Isi

            Kata pengantar…………………………………...……………………………………
            Daftar Isi………………………..……………………………………………………..
BAB 1 Pendahuan……………………………………...……………………………………...
A.    Latar belakang………………..……………………………………………………
                                                                                               
BAB 11 Pembahasan……………………...……………………………………………..........
A.    Asal Usul dan Perkembangan  Agama Hindu…………………………….………
B.     Kitab Suci…………………………………………………………………………
C.     Konsep Ketuhanan………………………………………………………………..
D.    Ajaran Tentang Atman…………………………………………………………....
E.     Sekte-sekte Agama Hindu………………………………………………………...
F.      Hindu Dharma…………………………………………………………………….

BAB 111 Penutup…………………………………………….…………………………..…...
Kesimpulan…………………………………………………………………………….
Saran…………………………………………………………………………..…….…
            Daftar Pustaka…………………………………………………….………………..….




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa Agama Hindu tidak terlepas dari peradaban zaman India Kuno pada waktu itu. Peradaban yang dilatarbelakangi oleh adat istiadat dn kepercayaan-kepercayaan, sungguh menjadi khazanah wawasan keagamaan tersendiri bagi agama Hindu dan pemeluknya. Agama Hindu merupakan salah satu contoh agama yang kami angkat tema pada kali ini merupakan hasil dari sejarah. Dari pada itu sejarah merupakan hal yang mendasari segala aspek kehidupan. Pada kali ini kami ingin memaparkan secara sederhana tentang asal-usul Agama Hindu. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
India adalah negeri yang serba ganda, ganda dalam suku bangsa, ganda dalam budaya, dan ganda dalam soal kepercayaan. Oleh sebab itu, mempelajari agama Hindu terasa mengalami kesulitan. Jika kita lihat dari sudut pandang ilmu bangsa-bangsa, India adalah tanah yang beraneka ragam dan akibatnya ialah orang dapat melihat suatu kebudayaan yang beraneka ragam. Jika kita ibaratkan, agama Hindu itu seperti pohon besar yang memiliki cabang yang sangat banyak yang melambangkan berbagai pemikiran keagamaan.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Asal-Usul  dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu
Pendiri Hindui tidak diketahui dan titik awalnya merujuk pada masa pra-sejarah. Hinduisme juga merupakan tradisi religious utama yang tertua. Menurut Yong Choon Kim, Hindu juga seringkali disebut sebagai agama ahistoris dan nonhistoris, karena tidak memiliki awal sejarah dan tidak ada pendiri tunggal. Menurut tradisi, seseorang tidak dapat menjadi seorang Hindu kecuali ia dilahirkan dalam keluarga Hindu.
Sebelum kata “Hindu” dan “Hinduisme” diterima, ada istilah-istilah yang diperkenalkan oleh orang asing, yakni: orang Persia, Yunani dan Inggris. Umat Hindu menyebut tradisi mereka sebagai Vaidika Dharma, Artinya Dharmanya weda.
Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu  (Bahasa Sanskerta).  Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam  Zend Avesta sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
Riwayat Hindu yang diketahui paling dini terdapat pada peradaban Lembah Sungai Indus. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta untuk Sungai Indus, Sidddhu, kata yang oleh bangsa Persia kuno diucapkan sebagai “Hindu”. Tidak lama sebelumnya kata itu digunakan untuk menyebut semua bangsa India pada umumnya, tetapi sekarang kata itu hanya digunakan untuk menyebut pengikut Hindu. Agama Hindu lahir dan berkembang pertama kalinya dilembah sungai suci Sindhu di India. Agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan sebangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa, Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
 Agama ini timbul dari bekas–bekas runtuhan ajaran–ajaran Weda dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk–bentuk rupa India purbakala dan berbagai kisah dongeng yang bersifat rohani yang telah tumbuh disemenanjung itu sebelum kedatangan bangsa Arya. Dengan sebab ini para peneliti menganggap Agama Hindu sebagai kelanjutan dari ajaran – ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses evolusinya. Menurut para sarjana, agama hindu terbentuk dari campuran antara agama India asli dengan agama atau kepercayaan bangsa Arya. Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah keIndia dan menundukkan penduduk aslinya serta membentuk suatu masyarakat sendiri diluar pengaruh penduduk asli itu.
Sejarah agama Hindu dimulai dari zaman perkembangan kebudayaan–kebudayaan besar di Mesopotamia dan Mesir. Karena rupanya antara tahun 3000 dan 2000 sebelum Masehi dilembaga sungai Indus sudah ada bangsa–bangsa yang peradapannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Eufrat dan Tigris, maka terdapat peradapan yang sama di sepenjang pantai dari laut Tengah sampai ke Teluk Benggal. Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Dravida. Bangsa Dravida adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Sistem kepercayaan bangsa dravida sebelum masuknya agama Hindu. Bangsa Dravida melahirkan budaya pertapaan menyiksa diri yang beranggapan bahwa jiwa itu tidak sama dengan badan, jika mereka menyatukan badan dengan jiwa maka itu dianggap sebagai bentuk kekekalan. System kepercayaannya seperti orang meditasi, bertapa mengembara, selimbat (tidak menikah), melatih fikiran, mencari jalan kematian dan kelahiran (mencapai kebebasan).
Antara tahun 2000 dan 1000 sebelum Masehi dari sebelah utara masuk ke India kaum Arya, yang memishkan diri dari kaum sebangsanya di Iran yang memasuki India melalui jurang–jurang di pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya adalah bangsa yang berkulit putih dan berbadan tanggap, bentuk hidungnya melengkung sedikit. Kepercayaan bangsa Arya sebelum masuk agama Hindu, Pada awalnya bangsa Arya belum mengenal sistem kepercayaan yang mapan dan terorganisir. Mereka melakukan pemujaan-pemujaan yang ditujukan pada fenomena-fenomena alam, seperti; sungai, gunung dan pegunungan, laut, halilintar, matahari, bulan bintang, batu-batu besar, pohon-pohon besar, dan lain-lain. Tetapi terkadang fenomena alam menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka, yang mereka anggap alam menjadi marah, murka, bahkan mengamuk. Dengan pengalaman tersebut, mereka memulai melakukan pemujaan-pemujaan terhadap fenomena-fenomena alam tersebut bertujuan untuk menentramkan fenomena-fenomenaalam yang mereka anggap sebagai penganggu. Bangsa Arya mempunyai tahap-tahap dalam system keprcayaan yaitu :
1. Totheisme atau Totemisme atau Antrophomorphisme, adalah tahap di mana persembahan yang mereka berikan masih sangat sederhana kepada fenomena-fenomena alam (sungai, batu, guning, pohon, dan sebagainya).
2. Polytheisme, pada tahap ini mereka beranggapan bahwa fenomena-fenomena alam tersebut dianggap memiliki suatu kekuatan dan mereka menganggapnya sebagai dewa. Mereka mulai memuja dewa-dewa seperti; Dewa Air (Baruna), Dewa Matahari (Suriya), Dewa Angin (Bayu), dan lain-lain.
3. Henotheisme, di tahap ini mereka cenderung memfavoritkan pada dewa-dewa tertentu untuk suatu periode, sehingga kefavoritan menjadi berganti-ganti unutk satu periode sesuai dengan keadaan. Bila pada musim kemarau, mereka memuja dan memfavoritkan kepada Dewa Hujan, pada musim bercocok tanam mereka memuja Dewa Air, dan sebagainya.
4. Monotheisme, pada tahap ini mereka hanya memuja pada satu dewa yang mereka kenal sebagai dewa pencipta segalanya (Pajapati), mereka beranggapan bahwa Pajapati adalah sebagai pencipta alam semesta. Pajapati sering dianggap sebagai dewa yang bertugas menciptakan semua hal dan kemudian berkembang gagasan tentang Brahma. Dari tahap Antrophomorphisme, Polytheisme, kemudian tahap Henotheisme, sampai pada tahap Monotheisme itu disebut tahap Yadnya Marga atau Karma Marga, karena mereka cenderung masih melakukan upacara-upacara persembahan atau upacara kurban dengan tujuan agar mendapatkan berkah, pahala, kebahagiaan, dan keselamatan.
5.  Monisme atau Pantheisme, adalah tahap di mana mereka tidak lagi menyembah dewa-dewa. Mereka meyakini atau berprinsip bahwa ada suatu sumber dari segala sesuatu, yaitu yang mereka namakan sebagai Roh Universal (Maha Atman). Dan mereka juga meyakini bahwa setiap benda atau bentukan memiliki Roh Individu yang mereka namakan Puggala Atman. Di tahap ini yang semakin berkembang mereka melakukan suatu pencarian, bagaimana agar Puggala Atman dapat bersatu dengan Maha Atman.
B.     Kitab Suci Agama Hindu
      Ada beberapa kitab yang dianggap suci oleh umat Hindu, sebagai berikut:
a)      Veda (baca : Weda), merupakan sastra tertua dalam sejarah peradaban manusia, disusun kembali oleh Byasa (Vyasa – hidup di sekitar abad 18 SM hingga abad 15 SM). Veda dibagi menjadi 4 bagian : Rigweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Keempat weda tersebut juga disebut sebagai Sruti (Yang Didengar). Weda juga dibagi menjadi 4 lagi yaitu Samhita, Brahmana, Aranyaka dan Upanishad.
b)      Vedanga (baca : Wedangga), merupakan alat bantu untuk memahami Weda. Wedangga terbagi 4 pula yaitu :
Siksha (śikṣā): fonetika dan fonologi (sandhi).
Chanda (chandas): irama.
Vyakarana (vyākaraṇa): tata bahasa.
Nirukta (nirukta): etimologi.
Jyotisha (jyotiṣa): astrologi dan astronomi.
Kalpa (kalpa): ilmu mengenai upacara keagamaan.
c)      Ittihasa (Kisah-kisah, Kejadian Nyata), terdiri dari Ramayana ( disusun oleh Resi Walmiki) dan Mahabarata (disusun oleh Resi Vyasa).
a.       Smrti, bukan “wahyu”, melainkan sastra utama. Termasuk kedalamnya adalah: Dharmasastra, atau sastra hukum dan perundang-undangan.
b.      Itihasa, atau sejarah.
c.       Purana, sastra keagamaan.
d.      Sutra.
e.       Agama
f.       Darshana, filsafat Hindu. Yang termasuk didalamnya adalah apa yang disebut Sad Darshana, enam ajaran filsafat Hindu, yaitu:Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, Nyaya dan Vedanta.
d)     Purana (Cerita Kuno), berisi mitologi dan legenda kuno.
e)      Bagavad Gita (Nyanyian Tuhan), bagian dari kisah Mahabarata.
f)       Sutra (Benang), berisi pepatah.
C.    Konsep Ketuhanan
1)      Wujud Tuhan Penjelasan tentang pelukisan Tuhan dalam bentuk patung adalah suatu cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda jatuh cinta pada kekasihnya, sampai tingkat madness (tergila-gila) maka bantal gulingpun dipeluknya erat-erat, diumpamakan kekasihnya., diapun ingin mengambarkan kekasihnya itu dengan sajak-sajak yang penuh dengan perumpamaan. Begitu pula dalam peribadatan membawa sajen (yang berisi makanan yang lezat dan buah-buahan) ke Pura, berarti Tuhan umat Hindu seperti manusia, suka makan yang enak-enak Pura dihias dan diukir sedemikian indah, apakah Tuhan umat Hindu suka dengan seni. Semua sajen dan kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan rasa bhakti kepada Tuhan.
2)      Brahman/ Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain:
a)      Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya
b)      Purushottama atau Maha Purusha
c)      Iswara (dalam Weda)
d)     Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
e)      Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
f)       Dhata: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
g)      Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai
h)      Druhina: yang membunuh raksasa
i)        Viranci: yang menciptakan
j)         Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai
k)      Srsta: yang menciptakan
l)        Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat;
m)    Vedha: ia yang menciptakan
n)      Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu
o)      Visvasrt: ia yang menciptakan dunia
p)       Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.
                  Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:
1.      Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
2.      Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
3.      Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan
4.      Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hidup
5.      Maha suci tidak ternoda
6.      Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada duanya.
7.      Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya (swayambhu).




D.    Ajaran Tentang Atman
   Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/ Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarwa prani (makhluk) di alam semesta ini “Angusthamatrah Purusa ntaratman Sada Jananam hrdaya samnivish thah Hrada mnisi manasbhiklrto Yaetad, viduramrtaste bhavanti. Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.
a)      Percaya Adanya Tuhan ( Brahman/ Hyang Widhi) Tuhan Yang Maha Esa,Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan berbagai nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun Ia hanya satu, Tunggal adanya.
“Ekam eva adwityam Brahma”
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.
“Eko Narayanad na dityo ‘sti kascit”
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya
“Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa”
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Shiwa sebagai pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia Maha Tahu, berada di mana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar dia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.


E.     Sekte- sekte Agama Hindu
a.    Sekte Bhakti
        Sekitar tahun 500 SM, muncul beberapa kecenderungan “pemujaan”, pelayanan atau kebaktian yang mencakup pengertian percaya, taat dan berserah diri kepada dewa. Pemujaan dan kebaktian kepada dewa itu dinyatakan dalam puja yang perwujudannya kadang-kadang dinyatakan dengan mempersembahkan berbagai macam buah-buahan dan bunga-bungaan kepada para dewa disertai dengan penyelenggaraan upacara mengitari kuil-kuil tertentu. Puja dan bhakti tersebut dilakukan dengan hidmat dan sikap badan tertentu, seperti sikap merebahkan dan meniarapkan diri di dekat patung yang terdapat dalam kuil atau tempat-tempat yang dianggap suci lainnya sambil mengucapkan beberapa doa.
b.   Sekte Wisnu
        Sekte ini lebih mmengutamakan pemujaan kepada dewa Wisnu karena dewa ini sangat sympatik bagi mereka dengan sifat-sifatnya yang berdasar pada perasaan  bhakti (cinta).Pandangan pengikutnya antara lain menyatakan bahwa kebaikan Wisnu dengan Bhaktinya ialah yang dapat memberikan jaminan kedamaian hidup bagi uumat pemujanya, karena itu cukuplah bagi pengikut-pengikutnya untuk menyerahkan diri saja kepada-Nya. Sikap penyerahan diri kepada-Nya akan membawa mereka kepada Nirwana. Segala kebaikan bhakti Wisnu itu dilukiskan dengan panjang lebar dalam sucinya yaitu kitab Purana. Didalam kitab tersebut diceritakan bagaimana manifestasi can kebaikan bhakti Wisnu dalam usahanya menolong ummat manusia dari segala bentuk kehancuran dan kejahatan. Dengan jelma (melakukan avatara) menjadi berbagai makhluk ajaib dalam 10 rupa, maka kehancuran dan kejahatan dapat dihindari.
c. Sekte Siwa
Penganut Hindu dari sekte Siwa meyakini Tuhan adalah Siwa. Salah satu bentuk pemujaan Siwa yang dilakukan oleh pada Pendeta Siwa adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut sebagai Mantra Catur Dasa Siwa, yakni empat belas wujud Siwa. Mantra ini digunakan untuk mendapat pengaruh ke-Tuhan-an yang kuat dan suci serta untuk mendapat kebahagian sekala-niskala.Pendeta Siwa yang mengucapkan dan meresapkan Mantra Catur Dasa Siwa ingin mendudukkan Siwa dalam tubuh/ dirinya mulai dari bagian bawah tubuh sampai ke bagian atas tubuh, yakni: Pemeluk-pemeluk aliran ini sangat optimis terhadap kebulatan kekuasaan dewa Siwa ini, karena ia dipercayai dapat menjelma menjadi berbagai bentuk kedewataan yang menggambarkan akan kekuasaannya yang besar. Kekuasaannya meliputi: penentuan hidup dan matinya manusia dan kekuasaannya adalah yang tertinggi diantara dewa-dewa. Pada masa permulaan Agama Hindu, Siwa tidak pernah dipuji orang sebagaimana halnya Wisnu. Sebagai tanda kekuasaannya dewa ini digambarkan secara fantastis dengan tangan empat. Jadi keistimewaan Dewa Siwa ini adalah dapat mempunyai watak/sifat-sifat pribadi yang satu sama lain kadang-kadang berlawanan. Dalam pemujaan-pemujaan demikian mereka memberikan korban-korban dan saji-sajian setiap waktu tertentu dibawah pimpinan pendeta-pendetanya.
d.             Sekte Sakti
Sebenarnya aliran ini masih dapat dimasukkan sebagai bagian dari aliran Siwa, tetapi karena yang disembah dan dipuji bukan lagi Siwa melainkan saktinya dalam bentuk Darga, dan karena lebih luasdan lebih mendalam, maka lebih tepat kalau dianggap sebagai salah satu aliran keagamaan tersendiri dalam agama Hindu. Sakti adalah kekuatan, prinsip aktif yang menyebabkan Siwa mampu menciptakan. Tanpa Sakti tersebut Siwa tidak akan dapat berbuat apa-apa karena Siwa adalah prinsip pasif. Karena itu Sakti menjadi lebih penting daripada Siwa sendiri. Segala sesuatu terjadi karena bersatunya prinsip pasif dengan prinsip aktif. Yaitu persatuan Siwa dengan Saktinya,Bentuk-bentuk tertentu dari Sakti dan segala sesuatu adalah baik; tidak ada yang tidak baik. Hanya orang yang tidak mengerti saja yang beranggapan bahwa ada yang baik dan ada yang tidak baik. Ini keliru, karena anggapan itu hanya didasarkan pada kesadaran manusia sendiri. Untuk mencapai kebenaran dan kelepasan (moksa) manusia harus melepaskan diri dari belenggu kekeliruan ini. Ia harus melepaskan kesadarannya sendiri sehingga dapat menyadari kebenaran bahwa segala sesuatuadalah perwujudan dari Sakti dan Siwa, dan bahwa semua adalah baik.
e.  Sekte Tantra
         Aliran ini dalan usaha mencapai Nirwana lebih mementingkan cara penbacaan manter-mantera rahasia dan membebaskan ruang gerak hawa nafsu. Dalam kitab Tantrisme yang disebut kitab “AGAMA” dan “TANTRA” dinyatakan bahwa “Hendaknya manusia jangan mengekang hawa nafsunya tetapi sebaliknya hawa nafsu harus dibebaskan dan diberi kepuasan. Dengan demikian, maka jiwa manusia menjadi merdeka dari segala tekanan-tekanan psikisnya”.Cara-cara yang ditempuh ialah menjalankan 5 (lima) “ma” yang terdiri dari Matsya: makan ikan sebanyak banyaknya. Mada: meminum tuak sebanyak mungkin. Mansa: makan daging sebanyak-banyaknya. Mudra: makan sejenis nasi (padi-padian) sebanyak-banyaknya. Akhirnya Mauethua: melepaskan nafsu birahi sebanyak-banyaknya dengan wanita.Dengan kepuasan nafsu tersebut, manusia dapat melepaskan diri dari samsara. Adapun sistem ajaran Tantrayana tersebut diberikan dalam bentuk percakapan antara Siwa dengan Durga (isteri Siwa)
F.     Hindu Dharma
               Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. Dalam zaman edan saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain2 dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
               Secara historis, agama Hindu merupakan agama yang berasal dari Negara India. Agama Hindu juga merupakan salah satu agama yang tertua di dunia. Agama Hindu dilihat dari sejaraah mulanya, agama ini merupakan hasil persatuan antara keprcayaan atau agama-agama yang berada di India. Bangsa Dravida merupakan bangsa yang berasal dari dalam India, akan tetapi setelah datangnya bangsa Arya yang telah merebut kekuasaan bangsa Dravida pada waktu itu. Bangsa Dravida pun menghindari dari kecaman bangsa Arya, sehingga bangsa Dravida pergi menuju pedalaman bahkan bertempat di dataran tinggi India. Interaksi antara keduanya juga salah satu dari asal-mulanya agama Hindu. Persatuan yang mendesak bangsa Dravida membuat mereka bercampur dengan bangsa Arya dan melahirkan kepercayaan yang hingga sekarang ada di dunia, yakni agama Hindu.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar