Sabtu, 05 Maret 2016

SEJARAH DAKWAH ISLAM DI INDONESIA

SEJARAH DAKWAH
SEJARAH DAKWAH ISLAM DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Harjani Hefni, MA/ Bambang SR. M. Ag








DISUSUN OLEH :
  Maryamatul Munawwarah


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
JURUSAN  DAKWAH
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013






PEMBAHASAN
SEJARAH DAKWAH ISLAM DI INDONESIA
A.    Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
  Indonesia yang terbentang luas, terletak di anatara Benua Asia dan Australia, serta anatara Samudera Hindia dan Pasifik. Luas wilayahnya mencapai 1.948.732 km, dengan bentangan terpanjang Timur-Barat  5.150 km, Utara – Selatan 1.930 km. Terdiri dari pulau-pulau yang mencapai sekitar 13.667 pulau.Penduduknya menempati urutan ke empat besar dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Dengan demikian dapat dipahami, kalau Islam masuk ke Indonesia melalui jalur laut adalah sangat diyakini, kemudian penyebarannya keseluruh nusantara memerlukan waktu yang sangat panjang. Melalui jalur laut oleh para pedagang, mula-mula di pesisir pantai, kemudian menyebar ke daratan ke seantero pulau-pulau. Tentang kapan Islam masuk ke Indonesia (Nusantara), sejarawan berbeda pendapat dan masing-masing mempunyai alasan tersendiri. Secara garis besar perbedaan pendapat itu adalah sebagai berikut :
1.       Pendapat sarjana-sarjana Barat, diantaranya Snouck Hurgronye, ia berpendapat  bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat ( bukan langsung dari Arab ), dengan bukti makam Sultan Malik Al-Shaleh, raja pertama kerajaan Samudera Pasai yang berasal dari Gujarat.
2.      Pendapat Hamka dan teman-teman ( hasil seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia tahun 1963), menyimpulkan bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( sekitar abad ke-7 sampai abad ke- 8 M ), langsung dari Arab dengan bukti bahwa jalur pelayaran yang sudah ramai dan bersipat internasioanal sudah ada melalui Selat Malaka  yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina ( Asia Timur ) dan Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
3.      Islam sudah datang ke Indonesia pada abad ke- 7 dan ke- 8 M atau abad pertama Hijriyah, tetapi hanya oleh para pedagang yang berasal dari Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Islam secara besar-besaran  masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdirinya kerajaan Samudera Pasai dan telah mempunyai kekuatan politik. Hal ini dengan alasan kehancuran Bagdad dan pedagang muslim mengalihkan aktifitas perdagangan ke Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara
 Dengan demikian dapat dipahami bahwa kapan kedatangan Islam ke Indonesia masih diperdebatkan. Awal abad pertama Hijriyah sudah ada orang Arab di Indonesia. Para saudagar muslim tinggal di Asia Timur dan Tenggara sudah ada pada saat itu. Akan tetapi tampaknya pada abad ke-13 M Islam sudah mulai menyebar, dengan bukti ada kerajaan Islam yang telah berdiri yaitu kerajaan Samudera Pasai. Kemudian setelah itu Islam terus menyebar ke berbagai pulau di Indonsia.

C.    Proses Masuknya Islam ke Indonesia
Sejak abad ke-7 M diduga kuat para musafir dan pedagang Arab, Persia dan India telah memperkenalkan Isalam di Nusantara. Dugaan kuat ini karena sejak abad ke- 5 M Samudera Hindia telah menjadi jalan perdagangan Teluk Persia – Tiongkok yang terus berlanjut pada abad kemudian. Sejak abad ke- 8 M, hubungan Nusantara lebih meningkat menjadi hubungan langsung dengan Arab, dan Samudera  Hindia semakin ramai dengan pelayaran dan perdagangan. Pada abad ini juga masa-masa kejayaan Dinasti Abbasiyah ( 750 – 1258 M). Suatu hal yang sangat meyakinkan adalah terjadi aktifitas pelayaran perdagangan semakin pesat. Pedagang Arab yang sebelumnya hanya sampai ke India, tetapi pada abad ke- 8 M ini sudah sampai ke Nusantara. Hubungan Arab dengan Nusantara sudah langsung.
  Hubungan antara Nusantara dengan Timur Tengah melibatkan sejarah yang panjang, bahkan jauh secara resmi Islam dianut oleh bangsa Indonesia kontak ini sudah terjadi, antara Arab dan Persia dengan Dinasti Cina melakukan pengembaraan sampai ke Nusantara. Dalam hubungan perdagangan, ada beberapa faktor yang berpengaruh seperti yang dikemukakan M. Shaleh Putuhena sebagai berikut: Pertama; adanya peristiwa   Perang Salib ( abad XI – XIII, di sela gencatan senjata, terjadi kontak kebudayaan. Tentara Salib senang dengan parfum dan rempah-rempah dan produksi trofis lainnya, sehingga Eropa menerima hasil pertanian dan komoditas Asia dan terjadilah hubungan dagang internasional. Ini menambah ramai lalu lintas perdagangan kepulauan Nusantara dengan Arab. Kedua; Perkembangan perdagangan di Anatolia Barat turut melibatkan Turki Utsmani dalam perdagangan internasional. Ayasolog dan Balat menjadi pusat dagang dari segala penjuru dunia. Pedagang yang berhimpun di Malaka terdiri atas pedagang muslim dari Kairo, Mekah, Aden, Abesynia, Kilwa, Malindi, Hormuz, Persia dan lain-lain. Ketiga; pada saat Dinasti Ming berkuasa di Cina ( tahun 1368 M ), pelabuhan ditutup untuk pedagang asing, maka para pedagang semakin banyak yang ke Nusantara. Seiring itu Islam turut berkembang oleh para pedagang.
  Islam pada mulanya masih relative di kota-kota pelabuhan wilayah pesisir. Kota-kota pelabuhan sekaligus jadi ibu kota kerajaan, misalnya kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Malaka, demikian pula kerajaan di pesisir Jawa. Demikianlah proses masuknya Islam ke Indonesia, melalui para pedagang, perlahan-lahan tetapi pasti dan diterima oleh penduduk/masyarakat secara damai.

D.    Penerimaan Islam oleh Pribumi.
                Islam datang ke Indonesia ( Nusantara ) melalui para pedagang dengan damai, bukan melalui perang atau kekerasan, paksaan.[13] Penerimaan Islam melalui beberapa saluran sebagaimana yang dijelaskan Musyrifah Sunanto:
a.       Melalui perdagangan oleh para pedagang yang telah melakukan pelayaran.
b.      Dilakukan oleh para muballig datang bersama para pedagang, juga para sufi, mereka adalah para sufi pengembara.
c.       Melalui perkawinan pedagang muslim, muballig dengan anak bangsawan Indonesia.
d.      Para pedagang yang sudah mapan, mereka mendirikan pusat pendidikan dan pusat penyebaran Islam. Kerajaan Samudera Pasai misalnya adalah sebagai pusat dakwah.
e.        Melalui para sufi dengan kelompok tarekatnya, menyebar ke Nusantara.
f.        Penduduk masuk Islam, dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim. Pada sekitar abad ke- 13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang di Sumatera. Di Jawa makam Fatimah binti Maimun di Gresik  tertcatat tahun 1082 M, merupakan bukti penerimaan Islam dan makam-makam di Tralaya abad ke- 13 M.
g.       Dengan demikian pada sekitar abad ke- 13 M Islam telah menyebar di Indonesia dan diterima oleh penduduk, bukan saja pada daerah pantai atau pesisir, akan tetapi diperkirakan sudah sampai ke pelosok-pelosok kampung.



E.     Melembaganya Agama Islam dalam Masyarakat
Islam pada mulanya mendapatkan kubu-kubu terkuatnya di kota-kota pelabuhan, sekaligus kota di pelabuhan tersebut sebagai kota kerajaan. Misalnya kota kerajaan Samudera Pasai, Malaka dan kota-kota pesisir Jawa. Istana Kerajaan menjadi pusat pengembangan Islam atas perlindungan resmi penguasa.Kemudian Islam juga berkembang melalui tokoh ulama; Hamzah Fansuri, Samsuddin Sumaterani, Nuruddin al-Raniri, Abd. Rauf Singkel di Kerajaan Aceh dan Para Wali Songo di Kerajaan Demak. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai jaringan, baik di dalam maupun di luar negeri ( jaringan internasional ). Istana kerajaan di pusat Pelabuhan menjadi pusat pendidikan, mencetak kader muballig dan kader politik. Kader politik dimaksudkan yang kemudian hari menjadi raja-raja penguasa.[18] Pada sekitar abad ke- 16 sampai paruh abad ke- 17 adalah kedatangan dan peningkatan pertarungan di antara kekuasaan Portugis dengan Dinasti Utsmani di kawasan Lautan India. Muslim Nusantara menjalin hubungan-hubungan politik dan keagamaan dengan penguasa Haramayn. Maka muslim Nusantara semakin banyak yang pergi ke tanah suci.dan lebih banyak orang yang pergi ke Mekah menuntut ilmu. Dalam kaitan urusan haji misalnya bahwa orang-orang yang pertama kali melaksanakan haji bukan dari perorangan ( jama’ah haji ), melainkan para pedagang utusan Sultan dan para musafir penuntut ilmu. Ini terjadi pada abad ke- 16 hingga abad ke- 17. Dengan demikian agama Islam telah melembaga dalam masyarakat, tidak lagi antar orang perorang, baik dalam penyebarannya ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Islam lebih memantapkan dengan lembaga-lembaga pendidikan, dakwah, politik dan urusan-urusan keagamaan.
F.     Jalur Pembentukan Islam Di Indonesia
Ada tiga teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia. Pertama; datangnya langsung dari Arab. Hal ini beralasan karena muslim melayu berpegang kepada mazhab Syafi’i yang lahir di semenanjung tanah Arab. Kedua; dari India, ini pendapat Snouck Horgronye. Teori ini karena adanya hubungan dagang/ perniagaan yang kuat antara India dengan Nusantara. Ketiga; dari Cina, ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Eradie seorang scientist Spanyol. Islam yang datang ke Nusantara dibawa oleh pedagang ( saudagar-saudagar Arab ) dan perjalanan melalui laut, dari Aden terus ke pantai India Barat dan Selatan, kemudian kalau melalui jalan darat Khurasan melalui Khutan, padang pasir Gobi, Sanghu, Nansyan, Kanton, kemudian menyeberangi laut Cina Selatan masuk ke Nusantara melalui pesisir pantai Timur. Tampaknya pendapat di atas bahwa memang yang membawa Islam adalah saudagar-saudagar Arab dan mungkin saja mereka singgah beristirahat dibeberapa tempat yakni India dan Cina sehingga akhirnya sampai ke Nusantara.
a.      Islam Melalui Aceh                                                                                                
Untuk menelusuri jalur Islam menyebar ke Indonesia, berikut ini diuraikan urutan melalui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia:
1.      Kerajaan Samudera Pasai
 Kerajaan Islam pertama adalah kerajaan Samudera Pasai, terletak di pesisir Timur Laut Aceh, awal atau abad pertengahan ke- 13 M. Hasil Islamisasi daerah-daerah pantai yang disinggahi pedagang-pedagang muslim. Pendiri kerajaan Samedera Pasai adalah Malik Al-Shaleh. Bukti kerajaan ini adalah nisan, tertulis bahwa rajanya meninggal tahun 696 H / 1279 M.bahwa Islam sudah berkembang di sana sejak awal abad ke- 13 M didukung oleh berita Cina dan pendapat Ibnu Batutah seorang pengembara dari Marokko yang pada pertengahan abad ke- 14 M telah mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya dari Delhi ke Cina. 
2.      Kerajaan Aceh Darussalam
 Kerajaan Aceh yang sekarang wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berdiri sekitar abad ke- 15 M. Pertumbuhan kerajaan ini disebabkan oleh kamajuan perdagangan. Para Saudagar berpindah kegiatannya dari Malaka ke Aceh, akibat permusuhan dengan Portugis. Aceh menerima Islam dari Pasai dan Islam telah berkembang sejak abad ke-14 M. Raja Aceh yang pertama adalah Ali Mughayatsyah. Aceh ini bekerjasama dengan Turki Utsmani.Aceh melebarkan penyebaran Islam pada pesisir Timur dan BaratSumatera. Dari aceh, Tanah Gayo terus ke Minangkabau. Islam merupakan agama resmi kerajaan Aceh. Aceh menjadi pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara dan pusat pemberangkatan haji.




b.       Perkembangan Islam di Jawa
Islam terus tersebar melalui pesisir sampai ke pelosok-pelosok daerah yang disebarkan oleh para pedagang, ulama dan para muballig. Berikut ini penulis jelaskan perkembangan Islam di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
1.      Kerajaan Demak, Pajang, Mataram, Cirebon dan Banten.
Perkembangan Islam di Jawa bersamaan dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal inilah yang memberikan kesempatan kepada para penguasa Islam untuk mengembangkan pusat-pusat kekuatan kekuasaan. Kerajaan Demak oleh rajanya yang pertama yakni Raden Patah. Raja Islam pertama di Jawa bergelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman  Panembahan Palembang Sayyidin Panatagama. Dalam penyebaran agama, raja bersama-sama ulama dan dikenal dengan Wali Songo, yang akhirnya kerajaan ini menjadi pusat pengembangan Islam. 
Kerajaan Pajang sebagai pewaris kerajaan Demak. Terletak di daerah Kartasura. Kerajaan ini merupakan kerajaan pertama yang terletak di pedalaman pulau jawa. Seiring dengan itu pusat penyebaran Islam juga pindah dari pesisir ke pedalaman, dan hal ini membawa dampak positif dalam perkembangan Islam di Jawa. Sultan Adiwijaya memperluas pengembangannya meliputi pedalaman ke a rah Timur yakni daerah Madiun, di aliran sungai Bengawan Solo, kemudian Blora (1554 M), Kediri ( 1577 M ). Pada tahun 1581 M, ia diakui sebagai Sultan raja-raja di Jawa Timur. Maka dengan demikian kekuasaan Islam yang semula di daerah pesisir telah menyebar ke pedalaman. Kerajaan Mataram beridiri tahun 1577 M oleh Ki Gede Pamanahan. Digantikan oleh puteranya Senopati tahun 1584 M . Senopati dikukuhkan sebagai sultan pertama Mataram. Kerajaan ini berkuasa sampai tahun 1678 M dengan berganti-ganti raja penguasa. Masa Amangkurat I  sebagai putera Mahkota, tidak memihak kepada para ulama dan santri, sehingga terjadi konflik bahkan pemberontakan yang mengakibatkan runtuhnya kraton Mataram. Masa pemerintahan Mataram ini Islam telah menyebar hampir ke semua pelosok Jawa Timur.
Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati ( Syarif Hidayat ). Sunan Gunung Jati merupakan salah seorang dari Wali Songo. Ia mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa. Pengembangan Islam dilakukan meliputi daerah Majalengka, Kuningan, Kawali ( Galuh ), Sunda Kelapa dan Banten. Tahun 1525 M, Banten menjadi pusat perdagangan dan pengembangan Islam. Banten diserahkan kepada anaknya Sultan Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. Kerajaan Banten dengan penguasa pertama adalah Sultan Hasanuddin. Ia kawin dengan puteri raja Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten tahun 1552 M. Ia kemudian meneruskan usaha-usaha ayahnya ( Sunan Gunung Jati ) dalam mengembangkan Islam, bahkan sampai ke Lampung di Sumatera Selatan. Demikianlah kerajaan-kerajaan di Jawa yang mempunyai andil besar dalam penyebaran agama Islam di seluruh Jawa. Tentunya kerajaan-kerajaan ini ditopang dengan kegiatan para ulama dan muballig.

c.        Penyebaran Islam di Kalimantan dan Sulawesi
Penyebaran Islam bukan saja di Sumatera, Jawa, akan tetapi Islam tersebar ke Kalimantan dan Sulawesi.
1.      Kalimantan Selatan
Pada tahun 1595-1620 M, Pangeran Samudera memerintah kerajaan Banjar dengan gelar Sultan Suriansyah. Sultan inilah yang mula-mula masuk Islam dan mengembangkan agama Islam bersama dengan seorang muballig dari kerajaan Demak yang bernama Khatib Dayan. Islam mulai berkembang di kerajaan Banjar. Dalam perjalanan kerajaan Islam Banjar telah diperintah oleh beberapa orang raja, turun- temurun setelah Sultan Suriansyah yaitu Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah (1620-1642M ), Sultan Hidayatullah bin Sultan Rahmatullah ( 1642-1650 M ), Sultan Musta’in Billah ( 1650-1678 M ), Sultan ‘Inayatullah (1678-1685 M ), Sultan Sa’idullah
( 1685-1700 M ), Kemudian Sultan Tahlilullah ( 1700-1745 M ), dan seterusnya.
Pada masa Sultan inilah seorang ulama besar lahir yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari  tahun 1710 M/1122 H. Dalam perjalanan sejarah, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari setelah pulang dari Mekah dan Madinah selama 35 tahun menuntut ilmu, kemudian dengan gigih menyebarkan Islam di Kalimantan, terutama di kerajaan Banjar. Pada masa ini kerajaan Banjar diperintah oleh Sultan Tahmidullah ( 1778 – 1808). Dengan demikian Islam juga turut berkembang sampai ke sana. Sultan bekerjasama dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dalam pengembangan agama. Di kerajaan diterapkan Mahkamah Syar’iyah. Pengajian agama digalakkan dengan mencetak muballig-muballig yang disebarkan ke pelosok daerah.Dengan demikian Islam tersebar luas di Kalimantan, terutama di kerajaan Banjar.
2.      Kalimantan Timur
 Di Kalimantan Timur yakni Kerajaan Kutai ada dua orang penyebar Islam yakni Dato ri Bandang berasal dari Makassar dan Tuan Tumenggung Parangan. Di sana dibangun sebuah mesjid untuk kegiatan pengajaran agama. Termasuk raja Mahkota mengikuti pengajaran, dan diikuti oleh Pangeran, para menteri, panglima, dan hulubalang dan juga rakyat banyak.
3.       Sulawesi
Penyebaran Islam di Sulawesi, terutama di Sulawesi Selatan pada masa pemerintahan  Raja Gowa  X ( 1546-1565 M ), ada sebuah perkampungan muslim ditemukan, penduduknya berasal dari pedagang Melayu dari Campa, Patani, Johor, dan Minangkabau. Mesjid pada masa Raja Tonijallo ( 1565-1590 M ).Orang-orang yang berjasa permulaan penyebaran Islam di Sulawesi adalah Datuk ri Bandang, Datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Raja Gowa menjadikan Islam adalah agama resmi kerajaan dan mesti diikuti oleh rakyat, sehingga Islam menjadi agama resmi kerajaan dan masyarakat mengislamkan. Seorang ulama tarekat Tuang Rappang (murid Syekh Yusuf)  mengajarkan tarekat sekaligus menyebarkan agama di Sulawesi Selatan di Kerajaan Gowa. Kemudian pada masa Raja Gowa XIV, I Mangarangi Daeng Manrabia ( Sultan Alauddin ) raja-raja yang ditaklukkan, sehingga Islamisasi terjadi besar-besaran di Sulawesi Selatan.
G.    Para Penyebar Islam di Indonesia
 Hampir disepakati sejarawan bahwa yang mula menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah pedagang Arab. Pada saat itu mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak awal Hijriyah atau abad ke- 7 dan ke- 8 M. Mesti tidak terdapat  catatan sejarah tentang kegiatan mereka dalam penyebaran Islam. Akan tetapi yang jelas, bahwa dari merekalah Islam dibawa, kemudian ada yang kawin dengan penduduk dan terus berkembang dan menyebar. Demikianlah Islam terus berkembang dan menyebar melalu para pedagang. Hal ini karena transportasi laut sangat dominan. Para penduduk yang bermukim di pesisir-pesisir pantai atau pelabuhan yang mula-mula menerima Islam. Bahkan di beberapa kota pelabuhan dijadikan pusat penyebaran dan kegiatan Islam.
 Disamping itu juga bahwa penerimaan Islam tidak secara massal, maka sangat mungkin pengalihan agama melalui pergaulan dengan pedagang muslim. Mereka pedagang muslim sekaligus da’i (muballig ), tetapi bukan professional, akan tetapi penyampaian dakwah bi al-lisan wa bi al-hal. Islam juga berkembang melalui para ulama dan para sufi, melalui tarekat para sufi. Beberapa tokoh sufi Indonesia adalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumaterani, Nuruddin al-Raniri, Abd. Rauf Singkel, Syekh Yusuf Al-Makassari, Muhammad Nafis Al-Banjari, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Abd. Samad Al-Palimbani. Penyebaran Islan di Jawa yang lebih banyak menyentuh masyarakat di pelosok-pelosok adalah oleh para Wali Songo.







Daftar pustaka
  Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005.
H:\SJRH DKWAH INDO\PROSES DAKWAH ISLAM DI INDONESIA (Sebuah Tinjauan Sejarah) - Dokumen Pemuda TQN Suryalaya News.htm.
A.Hasjmy,Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,Bandung: Al-Ma’arif, 1981.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar