SEJARAH DAKWAH
SEJARAH
DAKWAH ISLAM DI INDONESIA
DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Harjani Hefni, MA/ Bambang SR.
M. Ag
DISUSUN
OLEH :
Maryamatul Munawwarah
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN
ISLAM (KPI)
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
PEMBAHASAN
SEJARAH DAKWAH ISLAM DI INDONESIA
A.
Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Indonesia
yang terbentang luas, terletak di anatara Benua Asia dan Australia, serta
anatara Samudera Hindia dan Pasifik. Luas wilayahnya mencapai 1.948.732 km,
dengan bentangan terpanjang Timur-Barat 5.150 km, Utara – Selatan
1.930 km. Terdiri dari pulau-pulau yang mencapai sekitar 13.667
pulau.Penduduknya menempati urutan ke empat besar dunia setelah Cina, India dan
Amerika Serikat. Dengan demikian dapat dipahami, kalau Islam masuk ke Indonesia
melalui jalur laut adalah sangat diyakini, kemudian penyebarannya keseluruh
nusantara memerlukan waktu yang sangat panjang. Melalui jalur laut oleh para
pedagang, mula-mula di pesisir pantai, kemudian menyebar ke daratan ke seantero
pulau-pulau. Tentang kapan Islam masuk ke Indonesia (Nusantara), sejarawan
berbeda pendapat dan masing-masing mempunyai alasan tersendiri. Secara garis
besar perbedaan pendapat itu adalah sebagai berikut :
1. Pendapat
sarjana-sarjana Barat, diantaranya Snouck Hurgronye, ia
berpendapat bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari
Gujarat ( bukan langsung dari Arab ), dengan bukti makam Sultan Malik
Al-Shaleh, raja pertama kerajaan Samudera Pasai yang berasal dari Gujarat.
2. Pendapat Hamka
dan teman-teman ( hasil seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia tahun
1963), menyimpulkan bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama
Hijriyah ( sekitar abad ke-7 sampai abad ke- 8 M ), langsung dari Arab dengan
bukti bahwa jalur pelayaran yang sudah ramai dan bersipat internasioanal sudah
ada melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (
Asia Timur ) dan Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
3. Islam sudah
datang ke Indonesia pada abad ke- 7 dan ke- 8 M atau abad pertama Hijriyah,
tetapi hanya oleh para pedagang yang berasal dari Timur Tengah di
pelabuhan-pelabuhan. Islam secara besar-besaran masuk ke Indonesia
pada abad ke-13, berdirinya kerajaan Samudera Pasai dan telah mempunyai
kekuatan politik. Hal ini dengan alasan kehancuran Bagdad dan pedagang muslim
mengalihkan aktifitas perdagangan ke Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kapan kedatangan Islam ke Indonesia masih diperdebatkan. Awal abad pertama
Hijriyah sudah ada orang Arab di Indonesia. Para saudagar muslim tinggal di
Asia Timur dan Tenggara sudah ada pada saat itu. Akan tetapi tampaknya pada
abad ke-13 M Islam sudah mulai menyebar, dengan bukti ada kerajaan Islam yang
telah berdiri yaitu kerajaan Samudera Pasai. Kemudian setelah itu Islam terus
menyebar ke berbagai pulau di Indonsia.
C. Proses
Masuknya Islam ke Indonesia
Sejak abad
ke-7 M diduga kuat para musafir dan pedagang Arab, Persia dan India telah
memperkenalkan Isalam di Nusantara. Dugaan kuat ini karena sejak abad ke- 5 M
Samudera Hindia telah menjadi jalan perdagangan Teluk Persia – Tiongkok yang
terus berlanjut pada abad kemudian. Sejak abad ke- 8 M, hubungan Nusantara
lebih meningkat menjadi hubungan langsung dengan Arab, dan
Samudera Hindia semakin ramai dengan pelayaran dan perdagangan. Pada
abad ini juga masa-masa kejayaan Dinasti Abbasiyah ( 750 – 1258 M). Suatu hal
yang sangat meyakinkan adalah terjadi aktifitas pelayaran perdagangan semakin
pesat. Pedagang Arab yang sebelumnya hanya sampai ke India, tetapi pada abad
ke- 8 M ini sudah sampai ke Nusantara. Hubungan Arab dengan Nusantara sudah
langsung.
Hubungan
antara Nusantara dengan Timur Tengah melibatkan sejarah yang panjang, bahkan
jauh secara resmi Islam dianut oleh bangsa Indonesia kontak ini sudah terjadi,
antara Arab dan Persia dengan Dinasti Cina melakukan pengembaraan sampai ke
Nusantara. Dalam hubungan perdagangan, ada beberapa faktor yang
berpengaruh seperti yang dikemukakan M. Shaleh Putuhena sebagai berikut:
Pertama; adanya peristiwa Perang Salib ( abad XI – XIII, di
sela gencatan senjata, terjadi kontak kebudayaan. Tentara Salib senang dengan
parfum dan rempah-rempah dan produksi trofis lainnya, sehingga Eropa menerima
hasil pertanian dan komoditas Asia dan terjadilah hubungan dagang
internasional. Ini menambah ramai lalu lintas perdagangan kepulauan Nusantara
dengan Arab. Kedua; Perkembangan perdagangan di Anatolia Barat turut melibatkan
Turki Utsmani dalam perdagangan internasional. Ayasolog dan Balat menjadi pusat
dagang dari segala penjuru dunia. Pedagang yang berhimpun di Malaka terdiri
atas pedagang muslim dari Kairo, Mekah, Aden, Abesynia, Kilwa, Malindi, Hormuz,
Persia dan lain-lain. Ketiga; pada saat Dinasti Ming berkuasa di Cina ( tahun
1368 M ), pelabuhan ditutup untuk pedagang asing, maka para pedagang semakin
banyak yang ke Nusantara. Seiring itu Islam turut berkembang oleh para
pedagang.
Islam
pada mulanya masih relative di kota-kota pelabuhan wilayah
pesisir. Kota-kota pelabuhan sekaligus jadi ibu kota kerajaan, misalnya
kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Malaka, demikian pula kerajaan di pesisir
Jawa. Demikianlah proses masuknya Islam ke Indonesia, melalui para
pedagang, perlahan-lahan tetapi pasti dan diterima oleh penduduk/masyarakat
secara damai.
D. Penerimaan
Islam oleh Pribumi.
Islam
datang ke Indonesia ( Nusantara ) melalui para pedagang dengan damai, bukan
melalui perang atau kekerasan, paksaan.[13] Penerimaan Islam melalui beberapa
saluran sebagaimana yang dijelaskan Musyrifah Sunanto:
a. Melalui
perdagangan oleh para pedagang yang telah melakukan pelayaran.
b. Dilakukan oleh
para muballig datang bersama para pedagang, juga para sufi, mereka adalah para
sufi pengembara.
c. Melalui
perkawinan pedagang muslim, muballig dengan anak bangsawan Indonesia.
d. Para pedagang
yang sudah mapan, mereka mendirikan pusat pendidikan dan pusat penyebaran
Islam. Kerajaan Samudera Pasai misalnya adalah sebagai pusat dakwah.
e. Melalui
para sufi dengan kelompok tarekatnya, menyebar ke Nusantara.
f. Penduduk
masuk Islam, dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim. Pada
sekitar abad ke- 13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudera Pasai, Perlak,
dan Palembang di Sumatera. Di Jawa makam Fatimah binti Maimun di
Gresik tertcatat tahun 1082 M, merupakan bukti penerimaan Islam dan
makam-makam di Tralaya abad ke- 13 M.
g. Dengan
demikian pada sekitar abad ke- 13 M Islam telah menyebar di Indonesia dan
diterima oleh penduduk, bukan saja pada daerah pantai atau pesisir, akan tetapi
diperkirakan sudah sampai ke pelosok-pelosok kampung.
E. Melembaganya
Agama Islam dalam Masyarakat
Islam pada
mulanya mendapatkan kubu-kubu terkuatnya di kota-kota pelabuhan, sekaligus kota
di pelabuhan tersebut sebagai kota kerajaan. Misalnya kota kerajaan Samudera
Pasai, Malaka dan kota-kota pesisir Jawa. Istana Kerajaan menjadi pusat
pengembangan Islam atas perlindungan resmi penguasa.Kemudian Islam juga
berkembang melalui tokoh ulama; Hamzah Fansuri, Samsuddin Sumaterani, Nuruddin
al-Raniri, Abd. Rauf Singkel di Kerajaan Aceh dan Para Wali Songo di Kerajaan
Demak. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai jaringan, baik di dalam maupun di luar
negeri ( jaringan internasional ). Istana kerajaan di pusat Pelabuhan
menjadi pusat pendidikan, mencetak kader muballig dan kader politik. Kader
politik dimaksudkan yang kemudian hari menjadi raja-raja
penguasa.[18] Pada sekitar abad ke- 16 sampai paruh abad ke- 17 adalah
kedatangan dan peningkatan pertarungan di antara kekuasaan Portugis dengan
Dinasti Utsmani di kawasan Lautan India. Muslim Nusantara menjalin
hubungan-hubungan politik dan keagamaan dengan penguasa Haramayn. Maka muslim
Nusantara semakin banyak yang pergi ke tanah suci.dan lebih banyak orang yang
pergi ke Mekah menuntut ilmu. Dalam kaitan urusan haji misalnya bahwa
orang-orang yang pertama kali melaksanakan haji bukan dari perorangan ( jama’ah
haji ), melainkan para pedagang utusan Sultan dan para musafir penuntut ilmu.
Ini terjadi pada abad ke- 16 hingga abad ke- 17. Dengan demikian agama
Islam telah melembaga dalam masyarakat, tidak lagi antar orang perorang, baik
dalam penyebarannya ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Islam lebih memantapkan
dengan lembaga-lembaga pendidikan, dakwah, politik dan urusan-urusan keagamaan.
F. Jalur
Pembentukan Islam Di Indonesia
Ada tiga teori
tentang kedatangan Islam ke Indonesia. Pertama; datangnya langsung dari Arab.
Hal ini beralasan karena muslim melayu berpegang kepada mazhab Syafi’i yang
lahir di semenanjung tanah Arab. Kedua; dari India, ini pendapat Snouck
Horgronye. Teori ini karena adanya hubungan dagang/ perniagaan yang kuat antara
India dengan Nusantara. Ketiga; dari Cina, ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho
de Eradie seorang scientist Spanyol. Islam yang datang ke Nusantara dibawa oleh
pedagang ( saudagar-saudagar Arab ) dan perjalanan melalui laut, dari Aden
terus ke pantai India Barat dan Selatan, kemudian kalau melalui jalan darat
Khurasan melalui Khutan, padang pasir Gobi, Sanghu, Nansyan, Kanton, kemudian
menyeberangi laut Cina Selatan masuk ke Nusantara melalui pesisir pantai Timur. Tampaknya
pendapat di atas bahwa memang yang membawa Islam adalah saudagar-saudagar Arab
dan mungkin saja mereka singgah beristirahat dibeberapa tempat yakni India dan
Cina sehingga akhirnya sampai ke Nusantara.
a. Islam Melalui
Aceh
Untuk
menelusuri jalur Islam menyebar ke Indonesia, berikut ini diuraikan urutan
melalui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia:
1.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan
Islam pertama adalah kerajaan Samudera Pasai, terletak di pesisir Timur Laut
Aceh, awal atau abad pertengahan ke- 13 M. Hasil Islamisasi daerah-daerah
pantai yang disinggahi pedagang-pedagang muslim. Pendiri kerajaan Samedera
Pasai adalah Malik Al-Shaleh. Bukti kerajaan ini adalah nisan, tertulis bahwa
rajanya meninggal tahun 696 H / 1279 M.bahwa Islam sudah berkembang di sana
sejak awal abad ke- 13 M didukung oleh berita Cina dan pendapat Ibnu Batutah
seorang pengembara dari Marokko yang pada pertengahan abad ke- 14 M telah
mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya dari Delhi ke Cina.
2.
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan
Aceh yang sekarang wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berdiri sekitar
abad ke- 15 M. Pertumbuhan kerajaan ini disebabkan oleh kamajuan
perdagangan. Para Saudagar berpindah kegiatannya dari Malaka ke Aceh,
akibat permusuhan dengan Portugis. Aceh menerima Islam dari Pasai dan Islam
telah berkembang sejak abad ke-14 M. Raja Aceh yang pertama adalah Ali
Mughayatsyah. Aceh ini bekerjasama dengan Turki Utsmani.Aceh melebarkan
penyebaran Islam pada pesisir Timur dan BaratSumatera. Dari aceh, Tanah Gayo
terus ke Minangkabau. Islam merupakan agama resmi kerajaan Aceh. Aceh menjadi
pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara dan pusat pemberangkatan haji.
b. Perkembangan Islam di Jawa
Islam terus tersebar melalui pesisir sampai
ke pelosok-pelosok daerah yang disebarkan oleh para pedagang, ulama dan para muballig.
Berikut ini penulis jelaskan perkembangan Islam di Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi.
1.
Kerajaan Demak, Pajang, Mataram, Cirebon dan
Banten.
Perkembangan
Islam di Jawa bersamaan dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal inilah
yang memberikan kesempatan kepada para penguasa Islam untuk mengembangkan pusat-pusat
kekuatan kekuasaan. Kerajaan Demak oleh rajanya yang pertama yakni Raden
Patah. Raja Islam pertama di Jawa bergelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidin Panatagama. Dalam
penyebaran agama, raja bersama-sama ulama dan dikenal dengan Wali Songo, yang
akhirnya kerajaan ini menjadi pusat pengembangan Islam.
Kerajaan Pajang sebagai pewaris kerajaan
Demak. Terletak di daerah Kartasura. Kerajaan ini merupakan kerajaan pertama yang
terletak di pedalaman pulau jawa. Seiring dengan itu pusat penyebaran Islam
juga pindah dari pesisir ke pedalaman, dan hal ini membawa dampak positif dalam
perkembangan Islam di Jawa. Sultan Adiwijaya memperluas pengembangannya
meliputi pedalaman ke a rah Timur yakni daerah Madiun, di aliran sungai
Bengawan Solo, kemudian Blora (1554 M), Kediri ( 1577 M ). Pada tahun 1581 M,
ia diakui sebagai Sultan raja-raja di Jawa Timur. Maka dengan demikian
kekuasaan Islam yang semula di daerah pesisir telah menyebar ke
pedalaman. Kerajaan Mataram beridiri tahun 1577 M oleh Ki Gede Pamanahan.
Digantikan oleh puteranya Senopati tahun 1584 M . Senopati dikukuhkan sebagai
sultan pertama Mataram. Kerajaan ini berkuasa sampai tahun 1678 M dengan
berganti-ganti raja penguasa. Masa Amangkurat I sebagai putera
Mahkota, tidak memihak kepada para ulama dan santri, sehingga terjadi konflik
bahkan pemberontakan yang mengakibatkan runtuhnya kraton Mataram. Masa
pemerintahan Mataram ini Islam telah menyebar hampir ke semua pelosok Jawa
Timur.
Kesultanan
Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan
oleh Sunan Gunung Jati ( Syarif Hidayat ). Sunan Gunung Jati merupakan salah
seorang dari Wali Songo. Ia mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa.
Pengembangan Islam dilakukan meliputi daerah Majalengka, Kuningan, Kawali (
Galuh ), Sunda Kelapa dan Banten. Tahun 1525 M, Banten menjadi pusat
perdagangan dan pengembangan Islam. Banten diserahkan kepada anaknya Sultan
Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. Kerajaan Banten dengan
penguasa pertama adalah Sultan Hasanuddin. Ia kawin dengan puteri raja Demak
dan diresmikan menjadi Panembahan Banten tahun 1552 M. Ia kemudian meneruskan
usaha-usaha ayahnya ( Sunan Gunung Jati ) dalam mengembangkan Islam, bahkan
sampai ke Lampung di Sumatera Selatan. Demikianlah kerajaan-kerajaan di Jawa
yang mempunyai andil besar dalam penyebaran agama Islam di seluruh Jawa.
Tentunya kerajaan-kerajaan ini ditopang dengan kegiatan para ulama dan
muballig.
c. Penyebaran Islam di Kalimantan dan Sulawesi
Penyebaran
Islam bukan saja di Sumatera, Jawa, akan tetapi Islam tersebar ke Kalimantan
dan Sulawesi.
1.
Kalimantan Selatan
Pada tahun
1595-1620 M, Pangeran Samudera memerintah kerajaan Banjar dengan gelar Sultan Suriansyah.
Sultan inilah yang mula-mula masuk Islam dan mengembangkan agama Islam bersama
dengan seorang muballig dari kerajaan Demak yang bernama Khatib Dayan. Islam
mulai berkembang di kerajaan Banjar. Dalam perjalanan kerajaan Islam Banjar
telah diperintah oleh beberapa orang raja, turun- temurun setelah Sultan
Suriansyah yaitu Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah (1620-1642M ), Sultan
Hidayatullah bin Sultan Rahmatullah ( 1642-1650 M ), Sultan Musta’in Billah (
1650-1678 M ), Sultan ‘Inayatullah (1678-1685 M ), Sultan Sa’idullah
( 1685-1700 M
), Kemudian Sultan Tahlilullah ( 1700-1745 M ), dan seterusnya.
Pada masa
Sultan inilah seorang ulama besar lahir yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari tahun
1710 M/1122 H. Dalam perjalanan sejarah, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
setelah pulang dari Mekah dan Madinah selama 35 tahun menuntut ilmu, kemudian
dengan gigih menyebarkan Islam di Kalimantan, terutama di kerajaan Banjar. Pada
masa ini kerajaan Banjar diperintah oleh Sultan Tahmidullah ( 1778 – 1808). Dengan
demikian Islam juga turut berkembang sampai ke sana. Sultan bekerjasama dengan
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dalam pengembangan agama. Di kerajaan
diterapkan Mahkamah Syar’iyah. Pengajian agama digalakkan dengan mencetak
muballig-muballig yang disebarkan ke pelosok daerah.Dengan demikian Islam
tersebar luas di Kalimantan, terutama di kerajaan Banjar.
2.
Kalimantan Timur
Di
Kalimantan Timur yakni Kerajaan Kutai ada dua orang penyebar Islam yakni Dato
ri Bandang berasal dari Makassar dan Tuan Tumenggung Parangan. Di sana dibangun
sebuah mesjid untuk kegiatan pengajaran agama. Termasuk raja Mahkota mengikuti
pengajaran, dan diikuti oleh Pangeran, para menteri, panglima, dan hulubalang
dan juga rakyat banyak.
3.
Sulawesi
Penyebaran
Islam di Sulawesi, terutama di Sulawesi Selatan pada masa
pemerintahan Raja Gowa X ( 1546-1565 M ), ada sebuah
perkampungan muslim ditemukan, penduduknya berasal dari pedagang Melayu dari
Campa, Patani, Johor, dan Minangkabau. Mesjid pada masa Raja Tonijallo ( 1565-1590
M ).Orang-orang yang berjasa permulaan penyebaran Islam di Sulawesi adalah
Datuk ri Bandang, Datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Raja Gowa menjadikan Islam
adalah agama resmi kerajaan dan mesti diikuti oleh rakyat, sehingga Islam
menjadi agama resmi kerajaan dan masyarakat mengislamkan. Seorang ulama
tarekat Tuang Rappang (murid Syekh Yusuf)
mengajarkan tarekat sekaligus menyebarkan agama di Sulawesi Selatan di
Kerajaan Gowa. Kemudian pada masa Raja Gowa XIV, I Mangarangi Daeng Manrabia (
Sultan Alauddin ) raja-raja yang ditaklukkan, sehingga Islamisasi terjadi
besar-besaran di Sulawesi Selatan.
G. Para Penyebar
Islam di Indonesia
Hampir
disepakati sejarawan bahwa yang mula menyebarkan agama Islam di Indonesia
adalah pedagang Arab. Pada saat itu mereka dominan dalam perdagangan
Barat-Timur sejak awal Hijriyah atau abad ke- 7 dan ke- 8 M. Mesti tidak
terdapat catatan sejarah tentang kegiatan mereka dalam penyebaran
Islam. Akan tetapi yang jelas, bahwa dari merekalah Islam dibawa, kemudian ada
yang kawin dengan penduduk dan terus berkembang dan menyebar. Demikianlah Islam
terus berkembang dan menyebar melalu para pedagang. Hal ini karena transportasi
laut sangat dominan. Para penduduk yang bermukim di pesisir-pesisir pantai atau
pelabuhan yang mula-mula menerima Islam. Bahkan di beberapa kota pelabuhan
dijadikan pusat penyebaran dan kegiatan Islam.
Disamping
itu juga bahwa penerimaan Islam tidak secara massal, maka sangat mungkin
pengalihan agama melalui pergaulan dengan pedagang muslim. Mereka pedagang
muslim sekaligus da’i (muballig ), tetapi bukan professional, akan tetapi
penyampaian dakwah bi al-lisan wa bi al-hal. Islam juga berkembang
melalui para ulama dan para sufi, melalui tarekat para sufi. Beberapa tokoh
sufi Indonesia adalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumaterani, Nuruddin
al-Raniri, Abd. Rauf Singkel, Syekh Yusuf Al-Makassari, Muhammad Nafis
Al-Banjari, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Abd. Samad Al-Palimbani. Penyebaran
Islan di Jawa yang lebih banyak menyentuh masyarakat di pelosok-pelosok adalah
oleh para Wali Songo.
Daftar pustaka
Musyrifah
Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2005.
H:\SJRH DKWAH
INDO\PROSES DAKWAH ISLAM DI INDONESIA (Sebuah Tinjauan Sejarah) - Dokumen
Pemuda TQN Suryalaya News.htm.
A.Hasjmy,Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Indonesia,Bandung: Al-Ma’arif, 1981.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar