Nama : Maryamatul Munawwarah Nim :
1113111006
MK : Komunikasi Massa Dosen : Acan Mahdi, M. Si
Efek Media Secara Umum
A.
Efek Media Secara Umum
Wilbur Schramm menyatakan bahwa luas sempitnya ruang kehidupan
seseorang, yang awalnya ditentukan pada kemampuan baca tulis, selanjutnya
ditentukan oleh seberapa banyak ia bergaul dengan media massa. Artinya media
memiliki pengaruh yang signifikan pada kehidupan manusia.
Sejauh mana dampak media terhadap khalayaknya memang masih menjadi
bahan perdebatan. Elisabeth Noelle-Neumann adalah salah satu sarjana yang
menganut konsep efek perkasa media massa. Ia menyebutkan bahwa media massa
bersifat ubiquity, artinya serba ada. Media massa mampu mendominasi lingkungan
informasi dan berada dimana-mana, karena sifatnya yang serba ada, agak sulit
orang menghindari pesan media massa. Sementara Richard T. La Pierre berpendapat
bahwa media massa baru akan benar-benar berpengaruh jika sebelumnya ia berhasil
menjalin kedekatan dengan khalayaknya.
Untuk itu diperlukan pendekatan lain dalam melihat efek (dampak)
media massa. Selain berkaitan dengan pesan dan media itu sendiri, menurut
Steven M. Chaffee, pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi
pada diri khalayak komunikasi massa, penerimaan informasi, perubahan perasaan
atau sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain, perubahan
kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi
yang dikenai efek komunikasi massa – individu, kelompok, organisasi,
masyarakat, atau bangsa.
Mahasiswa sebagai bagian dari kalangan muda dan terpelajar pada
umumnya dianggap memiliki akses terhadap media lebih banyak dibandingkan
masyarakat biasa. Berbagai studi juga berkesimpulan bahwa secara umum orang
berpendidikan lebih banyak menggunakan media, meskipun ada variasi untuk media
tertentu. Penggunaan koran berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, demikian
pula dengan majalah dan buku. Meskipun demikian, tingkat pendidikan ternyata
tidak banyak berhubungan dengan pemilihan media elektronik atau media siaran.
Namun harus diakui bahwa budaya minat baca di Indonesia masih
tergolong rendah, apalagi buku lebih mahal dibandingkan media jenis lainnya.
Media elektronik lebih dekat dengan masyarakat kita, tak terkecuali mahasiswa,
yang menyebabkan pengaruhnya jauh lebih besar dibandingkan media cetak. Fakta
yang telah disebutkan diatas menunjukkan bahwa khalayak tidaklah pasif.
Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
v
Efek Kehadiran Media Massa
McLuhan mengatakan bahwa “Media adalah pesan itu sendiri” yang
dimaksud adalah apa yang disampaikan media kepada masyarakat ternyata lebih
dari apa yang akan diterima masyarakat itu jika mereka berkomunikasi tanpa
media. Artinya adanya materi cetak lebih penting dari kandungan maksud yang
disampaikannya dan keberadaan televisi lebih penting dari pada apa yang
ditayangkannya.
Kita tidak harus setuju dengan McLuhan, misalnya bahwa isi pesan
tidak sepenting media itu sendiri, namun kita sepakat tentang adanya efek media
massa dari kehadirannya sebagai benda fisik. Steven H. Chaffee menyebut lima
hal: Efek ekonomi, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan sehari-hari, efek
pada penyaluran atau penghilangan perasaan tertentu dan efek pada perasaan
orang terhadap media.
Efek ekonomi sudah jelas, bahwa kehadiran media massa menggerakkan
berbagai usaha. Efek sosial berkenaan dengan perubahan pada struktur atau
interaksi social akibat kehadiran media massa. Efek ketiga, penjadwalan kembali
kegiatan sehari-hari, terjadi terutama dengan kehadiran televisi. Kehadiran
televisi dapat mengurangi waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film.
Gejala ini disebut oleh Joyce Cramond sebagai “displacement effects” (efek
alihan) yang ia definisikan sebagai reorganisasi kegiatan yang terjadi karena
masuknya televisi beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya
dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi.
Dua efek lainnya yaitu, hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya
perasaan tertentu terhadap media massa. Sering terjadi orang menggunakan media
untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, dan
sebagainya. Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikan.
Kehadiran media massa juga menumbuhkan perasaan tertentu, kita
memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Tumbuhnya perasaan
senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan
pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan mula-mula amat
berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apa pun yang
disiarkannya.
Efek kehadiran media massa secara fisik pada kalangan mahasiswa yang
paling menarik adalah efek penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari. Kehadiran
televisi sangat dominan mengubah jadwal kegiatan sehari-hari mereka seperti
waktu bermain, tidur membaca, atau kegiatan lainnya.
Jadwal tidur pun tergantung pada kehadiran acara tertentu di
televisi, seorang mahasiswa mengaku baru tidur pada dini hari karena acara
tertentu hanya disiarkan selepas tengah malam. Sementara mahasiswa lain
mengubah jadwal bangun tidurnya menjadi lebih pagi untuk menonton news pagi
atau infotainment. Pada jam-jam tertentu seperti pukul 20.00 sampai dengan 22.00,
kebanyakan mereka berada didalam rumah untuk menonton acara (prime time) yang
memang mendapat rating tinggi.
Efek alihan juga tidak hanya terjadi pada televisi saja. Seorang
responden lebih banyak menghabiskan waktu menonton DVD selama berjam-jam pada
malam hari sehingga waktu tidurnya berkurang banyak. Dampak yang terjadi adalah
terlambat masuk kuliah atau tidak masuk karena kelelahan. Waktu untuk kegiatan
lainnya pun praktis berkurang banyak, seperti tak ada waktu untuk membaca buku,
belajar, sampai mengerjakan tugas kuliah.
Kecanggihan teknologi multimedia juga mampu membuat seseorang
merelakan waktu bermainnya. Seorang responden yang memiliki kegiatan
berorganisasi di luar jam kuliah ternyata juga tidak mengurangi waktunya untuk
menonton televisi. Selain menonton televisi, ia juga banyak menghabiskan waktunya
untuk membaca buku atau browsing diinternet, akibatnya ia tidak memiliki cukup
waktu untuk bermain atau bersantai.
Efek kehadiran media selanjutnya adalah hilangnya perasaan tidak
enak dan tumbuhnya perasaan tertentu terhadap media massa. Seorang mahasiswa
mengatakan bahwa ia membaca buku sebelum tidur untuk membantunya lebih mudah
mengantuk. Ia tidak mempersoalkan isi pesan yang terkandung didalam buku yang
ia baca selama itu bisa membantunya tidur.
Komik adalah jenis media cetak yang paling dekat dengan mahasiswa
yang penulis wawancarai dibandingkan jenis media cetak lainnya. Sementara
seorang mahasiswa lebih memilih media cetak seperti majalah dan surat kabar
yang menurutnya lebih dekat dengan kehidupannya sehari-hari.
v
Efek Pesan
Penelitian tentang efek ini telah menjadi pusat perhatian berbagai
pihak, baik secara praktisi maupun secara teoritisi. Mereka berusaha untuk
mencari dan menemukan media yang paling efektif untuk memengaruhi khalayak
mengenai efek media massa ini meliputi :
·
Efek Kognitif Media Massa
Kognitif adalah semua proses yang terjadi di fikiran kita yaitu,
melihat, mengamati, mengingat, mempersepsikan sesuatu, membayangkan sesuatu,
berfikir, menduga, menilai, mempertimbangkan dan memperkirakan. Media mempunyai
pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan
informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi.
·
Efek Afektif Media Massa
Efek afektif media tentu saja ada, jika tidak demikian maka tidak
ada gunanya segala upaya publik relation yang banyak dilakukan oleh politikus
atau pengusaha di media. Media televisi punya dampak yang besar pada afeksi
khalayaknya. Lewat televisi khalayak merasa terlibat secara emosional dengan
tokoh yang ditampilkan.
·
Efek Behavioral Media Massa
Efek prososial (behavioral) media massa dapat dijelaskan oleh teori
Belajar Sosial dari Bandura. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari
pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku
merupakan hasil factor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu
memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli
yang kita amati dan karakteristik diri kita.
Seseorang juga akan terdorong melakukan perilaku teladan bila ia
melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya.
Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendapat ganjaran
(pujian, penghargaan, status dan sebagainya). Tetapi melihat orang lain melihat
orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin kita teladani akan
membantu terjadinya proses reproduksi motorik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar