METODOLOGI STUDI ISLAM
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
DOSEN PENGAMPU :
Abdul Mukti Rouf, MA
Oleh
:
Maryamatul Munawwarah
PROGRAM
STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ( KPI )
JURUSAN
DAKWAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
Hubungan Filsafat dan Agama
I.
Pendahuluan
Istilah filsafat dan agama mengandung
pengertian yang dipahami secara berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam
cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh
sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara agama banyak terkait dengan
pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang
diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak selalu mengukur
kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang tidak terlalu
memperhatikan aspek logisnya.
Agama dan filsafat memainkan peran yang
mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Orang-orang yang
mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat niscaya memahami
secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan pertentangan
antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya.
Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan
para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan
kesesuaian dua mainstream disiplin ini.
Sebagian pemikir yang berwawasan
dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang
ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak
"ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan
dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak
membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan
akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati
nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Anselm dalam risalah filsafatnya yang
berjudul "Proslogion" mengungkapkan kalimat yang menarik
berbunyi: Saya beriman supaya bisa mengetahui. Apabila kalimat ini kita
balik akan menjadi: jika saya tidak beriman, maka saya tak dapat mengetahui.
Tak dapat disangkal bahwa Anselm meyakini bahwa keimanan agama adalah sumber
motivasi dan pemicu yang kuat untuk mendorong seseorang melakukan penelitian
dan pengkajian yang mendalam terhadap ajaran-ajaran doktrinal agama, lebih
jauh, keimanan sebagai sumber inspirasi lahirnya berbagai ilmu dan pengetahuan.
Ini artinya terdapat hubungan yang tak bisa dipisahkan antara filsafat dan
agama.
Selain itu sebagian pemikir Islam juga
memandang bahwa antara agama dan filsafat terdapat keharmonisan. Sekitar abad
ketiga dan keempat hijriah, filsafat di dunia Islam mengalami perkembangan yang
cukup pesat, Abu Yazid Balkhi, salah seorang filosof dan teolog Islam,
mengungkapkan hubungan antara agama dan filsafat, berkata, "Syariat (baca:
agama) adalah filsafat mayor dan filosof hakiki adalah orang yang mengamalkan
ajaran-ajaran syariat. Ia yakin bahwa filsafat merupakan ilmu dan obat yang
paling ampuh untuk menyembuhkan segala penyakit kemanusiaan. Dari sana jelas
bahwasanya antara filsafat terdapat keterkaitan satu dengan yang lain.
Pembahasan
1.
Pengertian Filsafat
Salah satu kebiasaan dunia pene-litian
dan keilmuan, berfungsi bahwa penemuan konsep tentang sesuatu berawal dari
pengetahuan tentang satuan-satuan. Setiap satuan yang ditemukan itu
dipilah-pilah, dikelompokkan ber-dasarkan persamaan, perbedaan, ciri-ciri
tertentu dan sebagainya. Berdasarkan penemuan yang telah diverivi-kasi
itulah orang merumuskan definisi tentang sesuatu itu.
Jadi ada benarnya saat Muhammad Hatta
dan Langeveld mengatakan "lebih baik pengertian filsafat itu tidak
dibica-rakan lebih dahulu. Jika orang telah banyak membaca filsafat ia akan
mengerti sendiri apa filsafat itu. Namun demikian definisi filsafat bukan berarti
tidak diperlukan. Bagi orang yang belajar filsafat definisi itu juga
diperlu-kan, terutama untuk memahami pemikiran orang lain.
Penggunaan kata filsafat pertama sekali
adalah Pytagoras sebagai reaksi terhadap para cendekiawan pada masa itu yang
menama-kan dirinya orang bijaksana, orang arif atau orang yang ahli ilmu
pengetahuan. Dalam membantah pendapat orang-orang tersebut Pytagoras mengatakan
pengetahuan yang lengkap tidak akan tercapai oleh manusia.
Kata falsafah atau filsafat dalam
bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil
dari bahasa Yunani.. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan
berasal dari kata-kata (philia: Persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia:
kebijaksanaan). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di
Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa
Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Semenjak semula telah terjadi perbedaan
pendapat tentang asal kata filsafat. Ahmad Tafsir umpamanya me-ngatakan
filsafat adalah gabungan dari kata philein dan sophia. Menurut
Harun Nasution kedua kata tersebut setelah digabungkan
menjadi philosophia dan diterjemah-kan ke dalam bahasa Indonesia dengan
arti cinta hikmah atau kebijaksanaan. Sedangkan orang Arab memindahkan kata
Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya
dengan su-sunan kata bahasa Arab, yaitu falsafa dengan pola fa`lala. Dengan
demikian kata benda dari falsafa itu adalah falsafah atau filsaf.
Dalam al-Quran kata filsafat tidak ada,
yang ada hanya adalah kata hikmah. Pada umumnya orang mema-hami
antara hikmah dan kebijaksanaan itu sama, pada hal sesungguhnya maksudnya berbeda.
Harun Hadiwijono mengartikan kata philosophia dengan mencintai
kebijaksa-naan, sedangkan Harun Nasution mengartikan dengan hikmah.
Kebijaksanaan biasanya diartikan dengan peng-ambilan keputusan berdasarkan
suatu pertimbangan terten-tu yang kadang-kadang berbeda dengan peraturan yang
telah ditentukan. Adapun hikmah sebenarnya diungkapkan pada sesuatu yang agung
atau suatu peristiwa yang dahsyat atau berat. Namun dalam konteks filsafat kata
philosophia itu merupakan terjemahan dari love of wisdom.
Dari pengertian kebahasaan itu dapat
dipahami bahwa filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan. Tetapi pengertian
itu belum memberikan pemahaman yang cukup, karena maksudnya belum dipahami
dengan baik. Pemahaman yang mendasar tentang filsafat diperoleh melalui
pengertian. Karena berbagai pandangan dalam melihat sesuatu menyebabkan
pandangan pemikir tentang filsafat juga berbeda. Oleh sebab itu, banyak orang
mem-berikan pengertian yang berbeda pula tentang filsafat.
Diantara tokoh yang memberikan definisi
tentang filsafat diantaranya adalah: Immanuel Kant (1724-1804 M) salah seorang
filosof Jerman mengatakan filsafat adalah pengetahuan yang men-jadi pokok
pangkal pengetahuan yang tercakup di dalam-nya empat persoalan : yaitu Apa yang
dapat diketahui, Jawabnya : Metafisika. Apa yang seharusnya diketahui ?
Jawabnya : etika. Sampai di mana harapan kita ? Jawabnya :Agama. Apa manusia
itu? Jawabnya Antropologi
Jujun S Suriasumantri mengatakan
bahwa filsafat menelaah segala persoalan yang mungkin dapat dipikirkan manusia.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir, filsafat mempermasalahkan hal-hal
pokok, terjawab suatu per-soalan, filsafat mulai merambah pertanyaan lain.
Sedangkan Ir. Poedjawijatna mengatakan filsafat adalah ilmu yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka..
Kattsoff mengemukakan bahwa
filsafat, ialah ilmu pengetahuan yang dengan cahaya kodrati akal budi mencari
sebab-sebab yang pertama atau azas-azas yang tertinggi segala sesuatu.
Filsafat dengan kata lain merupakan ilmu pengetahuan tentang hal-hal pada
sebab-sebabnya yang pertama termasuk dalam ketertiban alam. Selain itu filsafat
merupakan ukuran pertama tentang nilai filsafat itu dan berakhir dengan
kesimpulan yang jika dihubungkan kembali dengan pengalaman hidup sehari-hari,
serta peristiwa-peristiwanya menjadikan pengalaman-pengalam-an serta peristiwa
itu lebih bermakna yang menyebabkan kita lebih berhasil menanganinya
Itulah di antara definisi yang
dikemukakan oleh filosof. Perbedaan itu definisi itu menimbulkan kesan bahwa
perbedaan itu disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang
sosial, politik, ekonomi dan seba-gainya. Jika disadari, perbedaan
pendapat itu adalah wajar karena perkembangan ilmu pengetahuan menimbulkan
berbagai spesialisasi ilmu yang sesungguhnya terpecah dari filsafat pada
umumnya dan selanjutnya muncullah filsafat khsus, seperti filsafat politik,
filsafat akhlak, filsafat agama dan sebagainya.
Dengan demikian diketahui betapa
luasnya lapangan filsafat. Tetapi walaupun telah terjadi berbagai pemikiran
dalam filsafat yang berbentuk umum menjadi berbagai bidang filsafat tertentu,
ternyata ciri khas filsafat itu tidak hilang, yaitu pembahasan bersikap
radikal, sistematis, universal dan bebas. Dengan demikian dalam pembahasan ini
semua prinsip itu memang diperlukan dalam mengkaji berbagai hal tentang agama
sehingga hasil itu disebut filsafat agama.
2.
Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari
bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio
dan berakar pada kata kerja religare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan.
Definisi lain menyebutkan bahwa kata
“agama” berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan “gama”
yang berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan
manusia Dalam hal ini ternyata agama memang mempunyai
sifat seperti itu. Agama, selain bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi pola
hidup manusia. Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang
meneliti hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu
direalisasikan dalam ibadat-ibadat.
Kata religi berasal dari bahasa
Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca. Agama me-mang
merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu terkumpul
dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal
dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaan agama memang
mem-punyai sifat mengikat bagi manusia Seorang yang beragama tetap terikat
dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama.
Selain itu dalam al-Quran
terdapat kata din yang menunjukkan pengertian agama. Kata din dengan
akar katanya dal, ya dan nun diungkapkan dalam dua bentuk
yaitu din dan dain. Al-Quran menyebut kata din ada
me-nunjukkan arti agama dan ada menunjukkan hari kiamat, sedangkan kata dain
diartikan dengan utang. Dalam tiga makna tersebut terdapat dua sisi yang
berlainan dalam tingkatan, martabat atau kedudukan. Yang pertama mempunyai
kedudukan, lebih tinggi, ditakuti dan disegani oleh yang kedua. Dalam agama,
Tuhan adalah pihak pertama yang mempunyai kekuasaan, kekuatan yang lebih
tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk memberikan bantuan dan bagi manusia.
Semua ungkapan di atas menunjuk kepada
pengerti-an agama secara etimologi. Namun banyak pula di antara pemikir
yang mencoba memberikan definisi agama. Dengan demikian agama juga diberi
definisi oleh berbagai pemikir dalam bentuk yang berbagai macam. Dengan kata
lain agama itu mempunyai berbagai pengertian. Dengan istilah yang sangat umum
ada orang yang mengatakan bahwa agama adalah peraturan tentang cara hidup
di dunia ini
Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa
agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan
Dia dalam bentuk ritus, kultus dan permohonan dan membentuk sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu. Karena dalam definisi yang dikemukakan di atas
terlihat kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat umum,
Gazalba mengemukakan definisi agama Islam, yaitu: kepercayaan kepada Allah yang
direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk taqwa berdasarkan
al-Quran dan Sunnah.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan
agama yang diambil dari pengertian din al-haq ialah sistem hidup yang
diterima dan diridhai Allah ialah sistem yang hanya diciptakan Allah sendiri
dan atas dasar itu manusia tunduk dan patuh kepada-Nya. Sistem hidup itu
mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan
yang disyari`atkan Allah untuk manusia
Sehingga jika dilihat dengan seksama
istilah-istilah itu ber-muara kepada satu fokus yang disebut ikatan. Dalam
agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap
manusia, dan ikatan itu mem-punyai pengaruh yang besar dalam kehidupan
sehari-hari. Ikatan itu bukan muncul dari sesuatu yang umum, tetapi berasal
dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Setelah diketahui pengertian
masing-masing dari agama dan filsafat, perlu diketahui apa sebenarnya hubungan
filsafat dan agama. Sehingga Harun Nasution mengemukakan adanya filsafat agama
yang memiliki pengertian berfikir tentang dasar-dasar agama menurut logika yang
bebas.
3.
Hubungan Filsafat dan Agama
Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda, namun
memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia
dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas
bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mem-punyai
ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.
Jika agama membincangkan tentang
eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas
bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat
menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian
filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan
keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan
apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha
memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan
kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, filsafat tidak lagi
dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan
sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan
makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan
ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap
kebenaran ajaran agama.
Isi filsafat itu ditentukan oleh objek
apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai pengertian yang berbeda sesuai
dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek dan
lapangan pembicaraan fil-safat itu akan berbeda pula. Objek yang dipikirkan
filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan,
maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan.
Sehingga dalam hal ini hubungan filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek
kajian filsafat.
Agama adalah salah satu materi yang
menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demikian, agama menjadi objek
materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga mempunyai objek materia yaitu materi
yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya.
Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek pisik dan aspek
metefisik. Aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib,
seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek
pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.
Kedua aspek ini (pisik dan metafisik)
menjadi objek materia filsafat. Namun demikian objek filsafat agama banyak
ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek fisik. Aspek fisik itu
sebenarnya sudah menjadi pembahasan ilmu seperti ilmu sosiologi, psikologi,
ilmu biologi dan sebagainya. Ilmu dalam hal ini sudah memi-sahkan diri dari
filsafat. Dengan demikian, agama ternyata termasuk objek materia filsafat
yang tidak dapat diteliti oleh sain. Objek materia filsafat jelas lebih luas
dari objek materi sain. Perbedaan itu sebenarnya disebabkan oleh sifat
penyelidikan. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini adalah penyelidikan
yang mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian yang terdalam. Yang
menjadi penyelidikan filsafat agama adalah aspek yang terdalam dari agama itu
sendiri.
Sedangkan para tokoh Islam juga
berpendapat adanya hubungan antara filsafat dan agama. Abu Hayyan Tauhidi,
dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata, "Filsafat dan syariat
(agama) senantiasa bersama, sebagaimana syariat dan filsafat terus
sejalan, sesuai, dan harmonis". Abul Hasan 'Amiri, dalam pasal kelima kitab
al-Amad 'ala al-Abad, juga menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas
mengatur segala sesuatu yang berada dalam cakupannya, tetapi perlu diperhatikan
bahwa kemampuan akal ini tidak lain adalah pemberian dan kodrat Tuhan.
Sebagaimana hukum alam meliputi dan mengatur alam ini, akal juga mencakup alam
jiwa dan berwenang mengarahkannya. Tuhan merupakan sumber kebenaran yang
meliputi secara kodrat segala sesuatu.
Cakupan kodrat adalah satu cakupan
dimana Tuhan memberikan kepada suatu makhluk apa-apa yang layak untuknya.
Dengan ini, dapat kesimpulan bahwa alam natural secara esensial berada dalam ruang
lingkup hukum materi dan hukum materi juga secara substansial mengikuti jiwa,
dan jiwa berada di bawah urusan akal yang membawa pesan-pesan Tuhan. Hal itu
menunjukkan jika filsafat dan agama terdapat hubungan yang saling terkait satu
dengan yang lainnya.
Tidaklah terlalu asing orang mengatakan
bahwa pembahasan filsafat terhadap agama tidak menambah keyakinan atau tidak
meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan. Ini bisa berarti bahwa pembahasan agama
secara filosofis tidak perlu dan usaha itu adalah sia-sia. Tetapi perlu diingat
bahwa pembahasan agama dengan kacamata filsafat bertujuan untuk menggali
kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu atau paling tidak untuk mengemukakan
bahwa hal-hal yang diajarkan dalam agama tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip logika Sehingga dari sanalah diketahui bahwa terdapat hubungan
erat antara filsafat dan agama.
4.
Fungsi mantiq / filsapat terhadap agama
Secara umum, fungsi mantik adalah meluruskan cara
berfikir yang tidak sistematis menjadi sistematis, dan sesuai dengan prosedur
logika, baik secara formal maupun materil sebagai mana ketentuan dalam
berlogika. Berfikir logis amat diperlukan dalam memahami agama yang gerkaitan
dengan teks atau ayat-ayat al-quran atau hadits. Menurut poedjawijatna. Karena
tugas logika memberikan penenangan cara seharusnya dan cara sebenarnya untuk
berfikir maka logika sangat diperlukan. Sebaliknya, apabila tidak benar dalam berfikir
(logika, mantiq), akan terjadi beberapa kekeliruan dan kesalahan. Kekeliruan
dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berfikir.
Pertama kekeliruan karena komposisi, misalnya
kekeliruan dalam menetapkan sifat pada bagian untuk menyifati keseluruhan,
seperti:
·
Setiap kapal perang
suatu Negara telah siap tempur;
·
Seluruh angkata laut
telah siap tempur
·
Mur ini sangat ringan
karena itu mesin ini sagat ringan pula.
Kedua, kekeliruan dalam pembagian atau devisi, yaitu
kekeliruan karena menetapkan sifat keseluruhan maka keliru pula dalam
menetapkan sifat bagian. Misalnya:
·
Kompleks perumahan ini
dibangun pada daerah yang sangat luas tentulah kamar-kamar tidurnya luas juga.”
Ketiga, kekeliruan karena tekanan. Ini terjadi dalam
pembicaraan tatkala salah dalam memberikan tekanan dalam pengucapan misalnya:
“karena kekenyangan ia tudur.”
Apabila tekanan pada kekenangan (“karena
kekenyangan, ia tertudur”) arti kalimat itu akan berbeda dari kalimat yang
pertama (yang tidak menekankan kata kekenyangan, tetapi denga notasi datar).
Kalimat yang pertama merupakan kalimat biasa, sedangkan kalimat kedua bertujuan
mengejek.
Keempat,
kekeliruan karena amfiboli. Amfiboli terjadi apabila kalimat itu mempunyai arti
ganda.cintohnya,” mahasiswa yang duduk dipaling depan…” kalimat ini mempunyai
arti ganda, yaitu mahasisiwa yang paling depan atau kursinya, dua-duanya
mungkin.
Menurut
Harold h. titus filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, makna
dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control, dan tujuan seni adalah
kreatifitas, kesempurnaan, untuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan
filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan 9understanding and wisdom). Oemar
A. hoesin mengatakan. “ilmu memberikankepda kita pengetahuan, sedangka filsafat
memberikan hikmah.” Filsafat memberika kepuasan pada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Stakdir alihsyahbana
menulis dalam bukunya,” filsafat itu dapat memberikan ketengan fikiran dan
kemantapan hati, sekalipun mengahdapi maut. Dalam tujuan yang tungal (yaitu
kebenaran).
Filsafat
sebagai fhillshofi of life sama dengan agama, yaitu sama-sama memengaruhi sikap
dan tindakan penganutnya. Apabila agama dari tuhan atau dari langit, filsafat
(sebagai pandangan hidup) berasal dari pemikiran manusia.
Bentuk
ini adalah uraian yang membahas kegunaan filsafat dalam menentukan fhilosofhy
of life. Banyak orang memiliki pandangan hidup dan menganggapnya sebagai hal
yang sangat penting dalam menjalani kehidupan.
Kesimpulan
1.
Kesimpulan
bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka. Artinya filsafat merupakan proses pencarian kebenaran yang dilandaskan
pada kemampuan akal.
agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus,
menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus dan
permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
Hubungan filsafat dengan agama adalah
saling terkait. Kaitan antara filsafat dan agama adalah agama merupakan salah
satu objek kajian filsafat dalam rangka memperoleh kebenaran yang bersumber
dari akal (logika).
2.
Penutup
Demikian makalah ini disusun, tentu
masih banyak kekurangannya. Untuk itu kritik dan saran senantiasa penulis
harapkan demi perbaikan penyusunan makalah-makalah yang lain di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua, khususnya pagi
penulis. Amien.
Referensi
Dedi supriyadi 2010 pengantar filsafat islam
9lanjutan ) teori dan praktik, pustaka setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar