BAB
II
PEMBAHASAN
A. TUJUAN
PSIKOLOGI
Seorang
da’I atau juru dakwah yang mempelajari psikologi janganlah mengharap bahwa ia
mendapatkan jawaban atas semua masalah yang dihadapi bertalian dengan tingkah
laku masyarakat sasarannya, psikologi tidak menyediakan resep untuk segala
jenis penyakit dalam bidang dakwah. Psikologi sangatlah membantu da’I atau juru
dakwah dalam tiga hal yaitu :
·
Psikologi
memungkinkannya mengenal berbagai konsep atau prinsip yang dapat menolongnya
menelaah tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan yang dapat memberikan
kepadanya pengetian yang lebih mendalam tentang tingkah laku itu.
·
Psikologi dapat
memberikan kepadanya keterampilan yang diperlukan untuk mengelolah hasil
berbagai kegiatan psikis manusia sebagai makhluk individu, social dan
ber-Ketuhanan, dalam proses dakwah misalnya menafsirkan gejala kehendak yang
melahirkan tingkah laku bermotivasi, gejala perasaan dan emosi .
·
Psikologi beranggapan
bahwa tingkah laku manusia dapat diamati sebab-sebabnya atau dasar-dasarnya,
dapat diramalkan dan diterangkan, khusus bagi juru dakwah atau da’I psikologi
dapat memberikan jalan bagaiman menyampaikan materi dan penerapan metode dakwah
kepada individual manusia yang merupakan makhluk totalitas dan memiliki
kepribadian yang berbeda-beda baik karena faktor dari dalam atau dari dalam
dirinya. Pengertian ini sangatlah berguna dan menguntungkan bagi pembangunan
masyarakat secara efektif dan efisien, pada setiap taraf perkembangannya yang
turut menentukan kepribadiannya dalam hubungannya ddengan lingkungan, kontak
sosialnya, dan last but not least (lalu tetapi tidak sedikit) dalam
kesadarannya kepada Penciptanya.
B. TUJUAN
DAKWAH
Tujuan dakwah secara umum yaitu untuk
mengajak umat manusia (mukmin, kafir, musyrik) pada jalan yang benar
diridhai Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahtera
didunia dan diakhirat. Makarimul
akhlak yang membudaya dalam masyarakat atau masyarakat akhlak dan mengakhlakkan
masyarakat adalah tujuan utama dakwah, sesuai dengan misi besar Nabi Muhammad
SAW untuk apa beliau diutus kedunia ini, akhlah akan menjadi pemimpin dalam
tiga besar fungsi psikis manusia yaitu berfikir, kehendak dan perasaan. Akhlak
seseorang akan membentuk akhlak masyarakat, negara dan umat manusia seluruhnya,
maka karenanya bangunan akhlak inilah yang sangat diutamakan dalam dakwah
sebagai tujuan utamanya.
Dengan proses ini maka dakwah
bertujuan langsung untuk mengajak manusia mengenal Tuhannya dan mempercayai-Nya
sekaligus mengikuti jalan petunjuk-Nya, dakwah juga bertujuan untuk menyeru
manusia kepada mengindahkan seruan Allah dan Rasul-Nya serta memenuhi
panggilan-Nya dalam hal yang dapat memberikan kebahagiaan hidupnya didunia dan
diakhirat kelak (Tujuan Umun). Disamping itu dakwah menginginkan dan berusaha
bagaimana membentuk satu tatanan masyarakat islam yang utuh fis silmi kaffah
(Tujuan Khusus).
Tidak ketinggalan pula dakwa
bertujuan agar tingkah laku manusia yang berakhlak itu secara eksis dapat
tercermin dalam fakta hidup dan tingkah lakunya serta dapat mempengaruhi jalan
pikirannya (Tujuan Urgen), banyak problema hidup yang dihadapi manusia dan
dakwa menghendaki untuk dapat meringankan beban manusia dengan jalan memberikan
pemecahan-pemecahan permasalahan yang terus berkembang atau member jawaban atas
berbagai persoalan yang dihadapi oleh setiap golongan manusia disegala ruang
dan waktu (Tujuan Insidental).
Jelaslah bahwa dakwah dengan
tujuan-tujuan tersebut diatas dapat membentuk masyarakat manusia yang
konstruksif menurut ajaran islam disamping mengadakan koreksi terhadap suatu
situasi dan segala kondisi atau seluruh bentuk penyimpangan dan penyelewengan
dari ajaran agama dan menjauhkan manusia dari segala macamkejahiliyahan dan
kebekuan fikiran, jadi tujuan final dari dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar.
Tujuan dakwah
dalam al-Qur’an :
- Menghidupkan
hati yang mati atau menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya
(Q.S Al-Anfal : 24).
- Agar
manusia mendapat ampunan dan menghindarkan adzab dari Allah (Q.S Nuh : 7).
- Untuk
menyembah Allah dan tidak menyekutukannya (Q.S Ar-Rad : 36).
- Untuk
menegakkan agama dan tidak terpecah belah (Q.S
As-Syura : 13).
- Mengajak
dan menuntun kejalan yang lurus atau mengeluarkan manusia dari kegelapan
atau kesesatan menuju kearah yang terang di bawah petunjuk Ilahi (Q.S
Al-Mukmin : 73 dan Q.S Al-Jum’ah : 1-2).
C. TUJUAN
PSIKOLOGI DAKWAH
Dari
segi psikologi, dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan atau
proses, psikologi banyak memberikan jalan kepada perumusan tujuan dakwah,
pemilihan materi dan penentuan metodenya, jadi psikologi dakwah merupakan alat
bantu bagi juru dakwah dan para da’i untuk memperoleh pengertian yang lebih
mendalam tentang faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi tingkah laku
manusia sebagai objek dakwah serta untuk mendapakan pengertian praktis untuk penyapaian
dakwah dapat dipakai secara metodologi kepada sasaran supaya tujuan dakwah
dapat secara efisien, efektif dan intensif.
Tujuan mempelajari psikologi dawah bagi juru dakwah ialah agar juru dakwah
memahami esensi tujuan dakwah yakni mempengaruhi watak dan membentuk akhlakul
karimah . manusia berwatak dan beakhlak yang dibentuk oleh dakwah yang akan
melahirkan manusia yang berkulitas, maka islam dengan keberhasilan mencapai
tujuan dakwah itu akan menjadi budaya manusia dialam semesta ini. Maka dakwah,
juru dakwah, metode dakwah dan materi dakwah perlu efektifitas, intensitas, dan
efisiensi dalam proses pelaksanaan nya yang dalam hal ini juru dakwahlah yang
mesti membekali kemampuan mempengaruhi hati nurani objek yang paling dalam
yakni internalisasi, karena tujuan itu merupakan tujuan umum semua manusia.
Dari
definisi diatas tujuan psikologi dakwah dapat disimpulkan yakni:
·
Memberi gambaran tentang beberapa aspek psikologi dan aspek
dakwatulogis manusia untuk juru dakwah agar mereka dapat membekali dirinya
dengan kemampuan-kemampuan teoritais supaya dapat mengadaptasikannya dengan
benar dan tepat sasaran sesuai dengan situasi kondisi jiwa dan fisiknya.
·
Memberi pandangan
tentang pentingnya memahami materi dakwah.
·
Memberi pengertian
tentang manusia sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dakwah dengan segala
ciri khas kepribadiannya.
Selain
itu tujuan psiologi dakwah adalah membantu dan memberikan pandangan kepada para
da’i tentang tingkah laku atau perilaku mad’u dan hal-hal yang mempengaruhi
tingkah laku tersebut yang berkaitan dengan aspek kejiwaan atau psikis sehingga
mempermudah para da’i untuk mengajak mereka kepada apa yang di kehendaki oleh
ajaran Islam.
Dengan
demikian maka psikologi dakwah mempunyai titik perhatian kepada pengetahuan tentang tingkah
laku manusia dan kehidupan psikologisnya. Perubahan
tingkah laku manusia baru terjadi apabila telah mengalami proses belajar dan
pendidikan, oleh karena itu psikologi dakwahpun
memperhatikan masalah pengembangan daya cipta, daya karsa dan rasa (kognisi,
konasi, dan emosi) dalam proses penghayatan dan pengalaman ajaran agama. Dari
sini dakwah sebenarnya menimbulkan emosi atau perasaan mad’u mau menerima dan
mengamalkan pesan da’i secara ikhlas.
Selain dari yang diatas, tujuan Psikologi
dakwah adalah memberikan pandangan tentang mungkinnya dilakukan perubahan
tingkah laku atau sikap mental atau psikologis sasaran dakwah atau penerangan
agama sesuai dengan perikehidupan yang dikehendaki oleh ajaran agama yang
didakwahkan oleh juru dakwah atau da’i.
Demikian
tujuan mempelajari psikologi dakwah bagi juru dakwah agar ia memehami esensi
tujuan dakwah yakni mempengaruhi watak dan membentuk akhlaqul karimah, manusia
yang berwatak dan berakhlak yang dibentuk oleh dakwah akan melahirkan manusia
utuh dan tangguh. Perbuatan akan menghasilkan budaya, maka islam dengan
keberhasilan juru dakwah dalam mencapai tujuan dakwahnya itu akan menjadi
budaya manusia dialam semesta ini, maka dakwah, juru dakwah, metode dakwah dan
materi dakwah perlu efektifitas, intensitas dan efisiensi dalam proses
pelaksanaannya.
Bahwa tujuan itu memang menjadi
tujuan umum semua manusia, bisa dicapai dan bukan otopis, memang merupakan
falsafah dan prinsip tujuan dakwah berdasarkan pendapat falsafi tersebut diatas
maka sungguh amat tepat jika tujuan psikologi dakwah dapat disimpulkan sebagai
berikut:
- Memberikan
gambaran tentang beberapa aspek psikologis dan aspek dakwatologis manusia
untuk juru dakwah agar mereka mau membekali dirinya dengan
kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana mengaktualisasikan metode-metode
dakwah dan kearah sasaran dakwah sesuai dengan situasi kejiwaan dan
psikisnya.
- Memberikan
pandangan tentang betapa pentingnya memahami materi dakwah sebagai urat
nadi kehidupan manusia sehingga teknis operasionalnya dapat disajikan
bukan hanya sebagai ilmu yang mati, tetapi dapat didekati secara
tradisional atau substansial dan menyangkut proses pengembangannya secara
kontekstual harus mampu terus mengalir kedalam seluruh pembuluh darah
kehidupan kejiwaannya yang akan melahirkan tingkah laku bermotifasi.
- Memberikan
pengertian tentang manusia sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek
dakwah dengan segala ciri khas kepribadiannya.
Jadi, dakwah sebenarnya adalah suatu
proses pembentukan watak manusia, maka dalam rangka pembentukan itu dakwah
menempuh pendekatan-pendekatan psikologis agar lebih memungkinlan bisa lebih
cepat sampai ketujuan.
Sasaran dakwah adalah orang-orang
yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah yaitu bermacam-macam :
- Dari
umur : Anak-anak, pemuda, remaja, dan orang tua.
- Dari
jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan.
- Dari segi
profesi atau pekerjaan : Buruh, petani, pedagang, pegawai, seniman, dan
lain-lain.
- Dari
lingkungan : Rumah, sekolah, masyarakat, pemerintah dan
lain-lain.
- Dari
segi sosial cultural : Priyayi, abangan, dan santri.
- Dari
tingkat hidup sosial ekonomi : Orang kaya, menengah, dan miskin.
- Dari segi
sosiologis : Pedesaan, perkotaan, pegunungan, dan pesisir.
- FUNGSI PSIKOLOGI DAKWAH
Ukuran
keberhasilan suatu penyampaian adalah apabila pesan dakwah yang disampaikan
oleh da’i sampai kepada mad’u dalam keadaan utuh, sedangkan ukuran keberhasilan
dakwah dalam arti ajakan adalah manakala mad’u memenuhi ajakan da’i. Pengalaman
mengajar bahwa tidak semua ajakan baik diterima sebagai ajakan baik.
Tidak jarang seorang da’I yang telah
bekerja keras menyampaikan dan mengajak masyarakat kearah kebaikan demi
kebahagian mereka justru salah dipahami, konsep kebaikan pada fikiran dan hati
da’I tidak terkomunikasikan sehingga mad’u tidak dapat menangkapnya atau bahkan
ditangkap dengan pemahaman sebaliknya.
Dakwah yang semacam ini dapat
disebut sebagai dakwah yang tidak komunikatif dan dakwah yang tidak komunikatif
pasti tidak efektif, contohnya senyum ramah ibu tiri belum tentu dipahami oleh
anak tirinya. Jadi, suatu pesan baru yang dianggap komunikatif manakalha
dipahami oleh penerima pesan itu dan untuk menjadikan pesan itu dipahami,
komunikator harus memahami komdisi psikologi orang yang menjadi komunikan.
Begitupula para da’I manakala ingin
agar pesan dakwahnya dipahami maka dakwahnya itu harus disampaikan dengan
pendekatan psikologis yakni sesuai dengan tindakan dan kebutuhan jiwa mad’u
sesuai dengan cara berfikir dan cara merasa mad’u, dakwa seperti itulah yang
disebut dakwah persuasif.
Ungkapan Nabi yang sudah popular
dalam hal ini adalah “ Berbicaralah kepada orang sesuai dengan kadar akal
mereka “, kadar akal dapat dipahami sebagai tingkatan intelektual biasa juga
dipahami sebagai cara berfikir, cara merasa dan kecendrungan kejiwaan lainnya.
Akan tetapi melalui komunikasi dakwa yang terus menerus betapapun hasilnya da’I
dan mad’u sekurang-kurangnya dapat memetik tiga hal yaitu :
- Menemukan dirinya atau mengerti
siapa dirinya dan menempatkan dirinya pada posisi yang tepat.
- Mengembangkan konsep diri,
konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang diri sendiri.
- Menetapkan hubungan dengan
dunia sekitar
- POSISI
PSIKOLOGI DAKWAH DALAM IMPLEMENTASI DAKWAH
Aktivitas
dakwah yang diartikan sebagai sebuah sistem secara material terdiri dari berbagai unsur atau komponen (utama), mulai dari da’i, isi dakwah,
metode dakwah serta media dakwah, untuk menuju proses dakwah yang efektif dan efisien, sudah
menjadi hal yang wajib untuk memaksimalkan setiap komponen-komponenya.
Paradigma inilah yang mengakibatkan para da’i terfokuskan memaksimalkan
komponen yang sifatnya material, padahal ada yang sifatnya imaterialyang juga
perlu di perhatikan seperti psikologi mad’u dan kehidupan sosialnya.
Seiring
berkembangnya keilmuan jiwa atau biasa disebut ilmu psikologi, aktivitas dakwah
tidak lagi mengadalkan unsur material semata, kajian psikologi bisa
dimanfaatkan sebagai solusi untuk mengefektifkan proses dakwah. Dalam kaitanya
dengan dakwah, ilmu psikologi dirasa penting guna mengetahui kejiwaan mad’u, dengan
mengetahui kondisinya tentu da’i akan bisa memilih metode yang sesuai dengan
mad’u sehingga dakwah berjalan efektif.
ü Karakteristik
yang harus di pahami dalam dakwah
Secara garis
besar, karakteristik bisa ditinjau dari beberapa sudut pandang, dan yang paling
sentral bisa dipandag dari segi usia.
§ Usia Anak-Anak.
Dari segi aktivitas, keberagamaan anak-anak masih berada dalam taraf meniru, yakni meniru
apa saja yang dilakukan orang tua dan orang-orang disekitarnya, mereka belum mau mencari tahu apa landasan
dilakukanya sebuah aktivitas ibadah, cara pandang merekapun sangat positivistik dan sangat kongkrit.
- Usia Remaja
Masa remaja kerap disebut sebagai masa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa. aktivitas keberagamaan masa anak-anak pun terkoreksi oleh pandangan
kepentingan dan fungsi aktivitas bagi individu.
§ Usia Dewasa
Fase dewasa bisa dikatakan sebagai puncak dari cara berfikir
manusia tak terkecuali dalam keberagamaan. Di fase inilah manusia sudah mampu mendeferiesiasi kehidupan
beragama, mampu menempatkan rasio, emosi,
sosial dan ritual dalam bagian kehidupan keberagamaan.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Dari
pemaparan makalah diatas dapatlah ditarik kesimpulannya yakni tujuan dan fungsi
psikologi dakwah dapat membantu dan memberikan pandangan kepada para da’i
tentang tingkah laku atau perilaku mad’u dan hal-hal yang mempengaruhi tingkah
laku tersebut yang berkaitan dengan aspek kejiwaan atau psikis sehingga
mempermudah para da’i untuk mengajak mereka kepada apa yang di kehendaki oleh
ajaran Islam.
B.
SARAN
Didalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kekurangan atau jauh dari kata sempurna, maka dari itu bagi
para pembaca atau pendengar kami mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
DR.
Achmad Mubarok, MA. 1999, Psikologi Dakwah. Jakarta : Pustaka firdaus
Prof.
H. M. Arifin, M. Ed. 2000, Psikologi Dakwah, Jakarta : Bumi Aksara
Jalaluddin
Kafie. 1993, Psikologi Dakwah, Surabaya : Indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar