PENYARINGAN INFORMASI
Oleh: Maryamatul Munawwarah
A.
BERHATI-HATI
DALAM MEMBERI INFORMASI
Artinya : A’isyah r.a berkata: Biasa
Nabi saw. Jika menerangkan haditsnya satu persatu sehingga andaikan orang
menghitung niscaya akan terhitung. ( HR. Sepakat Bukhari, Muslim).
Penjelasan
hadits diatas yakni apabila kalimat yang diucapkan akan dihitung oleh pendengar
maka akan dapat mudah menghitungnya pula. Dan Dakwah tidak lepas dari
penyampaian informasi. Sebelum bisa menyampaikan informasi, tentu kita harus
mendapatkan informasi tersebut terlebih dahulu. Tak jarang mereka kemudian
menyebarkan informasi tersebut dengan niat dakwah padahal mereka tidak memiliki
ilmu tentangnya. Banyak kaum muslim sekarang percaya begitu saja apabila
terdapat hal-hal berbau Islam, seperti jika disinggung tentang hadits atau
tulisan dalam bahasa Arab.
Menyebarkan provokasi
atau informasi yang tidak benar menjadi sangat mudah, karena mereka yang
mendapatkan informasi akan percaya begitu saja akan kebenarannya, bahkan
menyebarluaskan dengan meyakini bahwa itu adalah perbuatan yang baik. Tentu
niat yang baik akan mendapatkan balasan pahala, namun perbuatan menyebarkan
informasi yang salah akan membawa kesesatan dan kerusakan.
Allah SWT mendidik
hamba-hambanya dalam suatu kesopanan terutama dalam hal berkomunikasi yang
berguna mereka dalam soal agama maupun dunia. Bahwasanya apabila mereka
didatangi oleh seorang fasik yang terang-terangan meninggalkan syiar-syiar
agama dengan membawa suatu berita, maka yang pertama kali yang harus dilakukan
adalah jangan mudah membenarkan sehingga dapat suatu kebenaran yang sebenarnya
dan jangan bersandar kepada perkataannya. Disinilah pentingnya suatu
penyaringan dan sikap terhadap informasi yang akan diberikan kepada seseorang.
Hal ini diperlukan agar jangan sampai seorang mukmin menimpakan suatu bencana
pada suatu kaum yang mereka tidak ketahui hal ihwalnya yang menyebabkan mereka
menyesal terhadap perbuatan yang terlanjur mereka lakukan.
Allah SWT menerangkan
bahwa para sahabat nabi menghendaki agar pendapat mereka mengenai beberapa
peristiwa diikuti. Tetapi sekiranya melakukan hal itu, niscaya mereka
terjerumus dalam kesulitan dan kebinasaan. Akan tetapi Allah SWT menjadikan
sebagia mereka mencintai iman dan menjadikan iman itu indah di hati mereka
serta menjadikan mereka membenci kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan maka
mereka itulah orang-orang yang benar dan yang menempuh jalan lurus.
Sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Hujurat : 6
‘’Wahai orang-orang
yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu informasi maka
periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum
karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian
lakukan. (Al-Hujurat:6)’’.
Di dalam surat al-hujarat ayat 6 Allah SWT memberikan
peringatan kepada kaum mukminin bahwa apabila datang kepada mereka seorang
fasik membawa berita apa saja, supaya mereka jangan segera menerima berita itu
sebelum diperiksa dan diteliti dahulu kebenarannya sebelum diadakan penelitian
yang sekasama, jangan lekas percaya kepada berita dari orang-orang fasik itu,
karena seorang yang tidak memperdulikan kefasikannya tentu tidak akan
memperdulikan pula kedustaan berita yang disampaikannya. Perlunya berhati-hati
dengan menerima sembarangan berita; ialah tindakan yang timbul karena berita
bohong itu. Penyesalan yang akan timbul sebenarnya dapat dihindari jika
bersikap lebih hati-hati.
Diriwayatkan oleh ibnu
Abbas ra: bahwa ayat ke-6 ini diturunkan karena peristawa al-walid bin Ubbah
bin Abi muid yang diutus oleh Rosulullah SAW kepada qobilah bani mustalib untuk
memungut zakat dari mereka. Takkala berita itu disampaikan kepada bani
mustalib, akan datang seorang utusan dari Rosulullah SWA untuk memungut zakat
dari mereka, mereka gembira sekali sehingga mereka ber-ramai-ramai keluar dari
kampung halaman mereka untuk menjemput kedatangan utusan itu, ada seorang
munafik memberitahukan kepada al-walid yang sedang perjalanan menuju bani
mustalib itu bahwa mereka telah murtad, menolak dan tidak mau membayar zakat
bahkan mereka itu telah mengadakan demonstrasi dan berhimpum diluar kota untuk
mencegat kedatangannya.
Setelah al-walid
menerima berita itu dari seorang munafik tersebut, maka segera ia kembali ke
madinah dan melaporkan keadaan bani mustalib kepada Rosulullah SAW beliau
sangat marah mendengar berita yang buruk itu dan menyiapkan pasukan tentara
untuk menghadapi orang-orang dari qobilah bani mustalib yang membangkan itu.
Maka dari itu turunlah ayat ini yang memberikan pedoman kepada sekalian kaum
mukminin supaya berhati-hati dalam menerima berita, terutama jika bersumber
dari orang yang fasik supaya diadakan penelitian dahulu menurut maksud dari
berita itu.
B. SELALU BERSIKAP WASPADA
Artinya : Abi Hurairah berkata : Nabi saw: bersabda ‘’Seorang muslim tidak
boleh (akan) tergigit dari satu lobang dua kali. (Bukhari, Muslim).
Dengan kata lain yakni harus waspada, jangan sampai
dipermainkan orang. Apabila mendapat berita yang belum jelas beritanya tiada
salahnya berita atau informasi tersebut diteliti terlebih dahulu.
a.
Penyaringan Informasi
Apa yang ada datang pada kita seharusnya kita harus meneliti terlebih
dahulu, dan penyaringan informasi sangat penting dalam semua kaitan hal baru.
Dalam tanpa menutup kemungkinan menerima atuapun menolak suatu yang
disampaikan, tetapi halnya kita diawal hendak menyaringnya. Agar tidak muncul kecurigaan
yang nantinya menjadi kesalahan dan halnya kita tidak boleh langsung
menolaknya.
Hendaknya kita tidak mudah percaya kepada seorang yang fasik, dan suka
mengerjakan kemasiatan. Lain dari apa yang mereka bawa pemeriksaan ulang sangat
dianjurkan atas kebenaranya. Maka dari itu penyaringan informasi sangat penting
dalam berdakwah.
b.
Sikap Terhadap
Informasi
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti,
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.(Al-Hujurat:
6).
Ayat ini seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir-
termasuk ayat yang agung karena mengandung sebuah pelajaran yang penting agar
umat tidak mudah terpancing, atau mudah menerima begitu saja berita yang tidak
jelas sumbernya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal
sebagai media penyebar berita palsu, isu murahan atau berita yang menebar
fitnah.
Berdasarkan hukumnya, As-Sa’di membagikan sumber (media) berita kepada tiga
klasifikasi:
Pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara
hukum harus diterima.
Kedua, berita dari seorang pendusta yang harus
ditolak.
Ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi, cek dan
ricek akan kebenarannya.
Disini, yang harus diwaspadai adalah berita dari
seorang yang fasik,
seorang yang masih suka melakukan kemaksiatan, tidak
komit dengan nilai-nilai Islam dan cenderung mengabaikan aturannya. Selain
sikap waspada dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi
yang datang dari seorang fasik, Allah juga mengingatkan agar tidak menyebarkan
berita yang tidak jelas sumbernya tersebut sebelum jelas kedudukannya. Allah swt berfirman, “Tiada suatu ucapan pun
yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir”. (Qaaf: 18)
Sehingga sikap yang terbaik dari seorang mukmin
seperti yang pernah dicontohkan oleh para sahabat yang dipelihara oleh Allah
saat tersebarnya isu yang mencemarkan nama baik Aisyah ra adalah mereka tetap
berbaik sangka terhadap sesama mukmin dan senantiasa berwaspada terhadap orang
yang fasik, apalagi terhadap musuh Allah yang jelas memang menginginkan
perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam.
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu:
“Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya
Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” (An-Nur: 16).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar