BERITA
KONSEP
BERITA
DOSEN
PENGAMPU :
ACAN
MAHDI, M. Si
DISUSUN
OLEH :
Maryamatul Munawwarah
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM (KPI)
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
KONSEP BERITA
A.
PENGERTIAN
KONSEP
Ada banyak pengertian dari kata konsep ini. Konsep merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui
konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan
satu istilah. Seperti yang diungkapkan Nasution (2008:161) yang
mengungkapkan bahwa ”Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa
sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar
konsep.” Dipertegas oleh Soedjadi (2000:14) yang menyatakan
bahwa “Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi
atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau
rangkaian kata.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007: 588), pengertian konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau
apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain.
Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang
dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental
tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu
kata (lambang bahasa).”
Dari pengertian
konsep yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek yang biasanya
dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam contoh dan bukan
contoh, sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep dengan jelas. Dengan menguasai konsep seseorang
dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu.
B.
PENGERTIAN
BERITA
Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari
realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang
beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksikan
realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.
Lalu, bagaimana mendefinisikan berita?
Menurut Nancy Nasution, berita adalah laporan tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di
lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, dan akibat peristiwa tersebut
berpengaruh terhadap pembaca.
Menurut W.J.S. Purwadarminta, yang
mengatakan bahwa berita adalah laporan tentang satu kejadian yang terbaru.
Kedua pengertian ini menimbulkan pendapat bahwa tidak semua yang tertulis dalam
surat kabar atau majalah bisa disebut sebagai berita. Iklan dan resep masakan tidak bisa
disebut berita. Yang disebut berita adalah laporan tentang sebuah peristiwa.
Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa tidak akan pernah menjadi berita bila
peristiwa tersebut tidak dilaporkan.
Memang
berita, baik berita surat kabar, majalah, radio dan televisi adalah laporan
wartawan. Banyak peristiwa yang terjadi, apakah itu kecelakaan, pemerkosaan,
korupsi atau pernyataan seseorang yang terkenal, tetapi jika tidak dilaporkan
oleh wartawan, tidak menjadi berita. Ciri hakiki berita sebagai laporan
dibandingkan dengan laporan lainnya, umpamanya laporan hasil survei, laporan
komisi DPR, atau laporan petugas kepada atasannya ialah bahwa berita merupakan
laporan yang sangat cepat (timely) dan mengenai kepentingan umum (public
interest).
Definisi berita
selanjutnya dikemukakan oleh
Prof. Mitchel V Charnley dalam bukunya Reporting. Menurutnya, "
News is the timely report of facts or opinion of either interest or importance,
or both to a consideable number of people.”
(Berita adalah laporan yang hadir secara berkala pada waktunya mengenai fakta
atau opini, baik berupa minat atau kepentingan atau kedua hal tersebut bagi
sejumlah besar orang).
Banyak
definisi berita atau news yang dapat diketahui dari berbagai literatur yang
satu sama yang lain tentunya berbeda, hal ini disebabkan padangannya dari sudut
yang berlainan. Pada mulanya, para ahli mendefinisikan berita dengan pandangan
dari sudut surat kabar saja. Kini media elektronik yang juga menyiarkan berita
harus diperhitungkan. Dan kenyataan menunjukkan bahwa penyiaaran berita oleh
stasiun radio dan televisi sangat berpengaruh terhadap jurnalistik surat kabar, antara
lain dalam kecepatan sampainya berita kepada khalayak.
Kalau
suatu peristiwa baru dapat disiarkan surat kabar keesokan harinya, radio dan
televisi hanya dalam hitungan jam saja, bahkan suatu peristiwa nasional dapat
disiarkan radion dan televisi pada saat kejadian itu sendiri sedang
berlansgung. Akan tetapi, karena ketiga media massa itu (surat kabar, radio dan
televisi) masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka pada akhirnya
terjadilah upaya saling mengisi.
Dikalangan wartawan ada yang
mengartikan news sebagai singkatan dari : N (north), E (east), W (west), dan S
(south). Yang artinya berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin,
laporan dari mana-mana, dari berbagai tempat di dunia ini. Pendapat itu
tidaklah salah, tetapi hanya merupakan salah satu aspek saja dari keseluruhan
arti berita yang sebenarnya. Ada yang mengatakan bahwa news adalah jamaknya
(plural) dari new, jadi penyiaran hal-hal yang baru dalam jumlah yang banyak.
Inipun tidak salah, tetapi juga hanya merupakan satu aspek saja dari
keseluruhan pengertian berita yang sesungguhnya. Jika menurut Lord Northcliffe, seorang penulis dan
penerbit dari Inggris. “If
a dog bites a man it is not news, but if a man bites a dog it is news”
Terhadap definisi ini
banyak yang tidak setuju. Definisi Northcliffe tersebut ada yang mengritik
sebagai definisi yang seolah-olah
menganggap bahwa yang disebut berita itu hanyalah apa yang nyata terjadi,
padahal berita bisa juga mengenai hal yang akan terjadi atau apa yang menjadi
pemikiran orang.
C. KONSEP BERITA
George Fox Mott
dalam New Survey
of Journalism mengingatkan,
paling tidak terdapat delapan konsep berita yang harus diperhatikan oleh para
praktisi dan pengamat media massa. Kedelapan konsep itu meliputi:
- Berita Sebagai Laporan Tercepat
Lebih cepat suatu berita disiarkan, lebih baik. Karena
faktor kecepatan itu pula, mengapa berita dibuat dalam pola atau rumusan baku
piramida terbalik. Prinsip kecepatan dalam melaporkan berita, mengharuskan para
reporter dan editor mampu bekerja dengan cepat, namun prinsip ini tetap harus
diimbangi pula dengan kelengkapan dan ketelitian, kecermatan dan ketepatan,
sehingga berita apapun yang dilaporkan tetap faktual, benar, akurat dan tidak
malah membingungkan khalayak pembaca.
- Berita Sebagai Rekaman
Rekaman peristiwa dalam pengertian “dokumentasi” dapat
disajikan dalam berita dengan menyisipkan rekaman suara narasumber dan peristiwa atau penyiaran
proses peristiwa detik demi detik secara utuh melalui reportase dan siaran
langsung sebagai rekaman gambaran peristiwa. Menurut pakar linguistik, tulisan
lebih menekankan struktur dan makna, sedangakan lisan atau ujaran lebih mengutamakan
perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Dalam perspektif teori jurnalistik, berita sebagai rekaman
peristiwa yang terdokumentasikan itu telah membuka luas ladang penelitian bagi
media massa, antara lain dengan berpijak pada paradigama Harold D. Lasswell.
Dulu, dikenal dengan teori analisis isi media walaupun di Fakultas dan Jurusan-jurusan Komunikasi kurang diminati. Menurut
Barelson, analisis isi adalah teknik penelitian untuk melukiskan isi
komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik dan kuantitatif. Kini, berkembang
sejumlah teori, pendekatan, dan model “baru” dalam penelitian analisis teks media
yakni analisis wacana, analisis semiotik dan analisis bingkai (framing).
- Berita Sebagai Fakta Objektif
Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das Sein) dan bukan laporan tentang
fakta yang seharusnya (das Sollen). Framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan
ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada
akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan
dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.
- Berita Sebagai Interpretasi
Teori jurnalistik mengingatkan, tidak semua berita dapat berbicara sendiri. Sering terjadi,
berita yang diliput dan dilaporkan media hanya serpihan-serpihan fakta yang
belum berbicara. Tugas media adalah membuat fakta yang seolah membisu itu menjadi dapat berbicara sendiri
kepada khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa dalam bahasa yang enak
dibaca dan mudah dicerna. Untuk itu, redaksi menyajikan analisis berita,
menyelenggarakan wawancara dengan para ahli, menggelar diskusi dan memberikan
interpretasi terhadap berbagai fenomena dan fakta yang muncul, antara lain
melalui artikel dan tajuk rencana.
- Berita Sebagai Sensasi
Sensasi berasal dari kata sense, artinya alat pengindraan. Sensasi adalah pengalaman elementer
yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekalli berhubungan dengan kegiatan alat
indra. Sensasi itu sendiri merupkan bagian dari persepsi, persepsi adalah
pengalaman tentang obejk, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan
makna pada stimuli indrawi, hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas,
sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna
informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi,
ekspektasi motivasi, dan memori. Sensasi atau sensasional dianggap lebih
mendekati alam mistikal dan irasional, daripada mengikuti alur logika serta
mengembangkan pendekatan rasional.
- Berita sebagai minat insani
atau pemicu bangkitanya emosional dan bangkitnya faktor-faktor interaksi
sosial.
Dengan laporan berita emosional seperti bencana dan konflik,
media massa bermaksud menggalang dan membangkitkan atensi serta motivasi untuk
tetap bersatu, tetap bersaudara, tetap saling berkomunikasi dan saling
mencintai. Media merasa terpanggil untuk senantiasa menumbuhkan kepekaan
individual dan kepekaan sosial masyarakat.
- Berita Sebagai
Ramalan/Perkiraan-Prakiraan
Berita sanggup memberikan interpretasi, prediksi, dan
konklusi. Pandangan semacam ini mewajibkan siapapun yang kerap berhubungan
dengan media massa, untuk tidak lari ke “dunia uji nyali” melalui “berbagai
penampakan” yang mungkin menyesatkan.
- Berita Sebagai Gambar
Dalam dunia jurnalistik dikenal aksioma: satu gambar seribu
kata (one picture one thousand word).
Jadi, betapa dahsyatnya efek sebuah gambar dibandingkan dengan kata-kata.
Sekarang dalam dunia persuratkabaran, gambar karikatur merupakan salah satu
alat yang digunakan untuk memengaruhi khalayak setelah kolom editorial dan
artikel. Sikap dan bahkan perilaku publik dapat digerakkan dengan bantuan
gambar karikatur. Sebab gambar, foto, dan karikatur merupakan pesan-pesan yang
hidup sekaligus menghidupkan deskripsi verbal lainnya. Karena itu, surat kabar dan majalah
hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa
foto dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan, menyampaikan pesan secara
visual melaui media seperti surat kabar, buku, atau poster, jauh lebih cepat
menimbulakn atensi serta lebih mudah dipahami maksud serta isinya oleh khalayak
dibandingkan apabila pesan itu hanya disampaikan melalui rangkaian kata-kata
secara verbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar