HADITS DAKWAH
METODE KOMUNIKASI RASULULLAH SAW
Dosen Pengampu:
Wajidi Sayadi, M. Ag
Disusun Oleh:
Maryamatul Munawwarah
PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
( KPI )
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONTIANAK
2013
METODE KOMUNIKASI RASULULLAH SAW
A. Metode Komunikasi
Prof.
Dr. Alo Liliweri, MS., mengemukakan bahwa metode komunikasi sekurangnya ada 3
(tiga) yang utama, yaitu: 1) informative communication; 2) persuasive
communication, dan 3) coersive/instructive communication.[1]
Infromative
communication lebih sering digunakan sebagai sarana bercerita tentang suatu
aktivitas atau peristiwa, mungkin sekali dianggap kecil namun luput dari
perhatian publik. Barangkali aktivitas keseharian yang kecil dan tidak berarti
yang dilakukan secara individu atau kelompok.[2]
Berkaitan
dengan komunikasi yang bersifat informatif tujuan utamanya adalah mengurangi
keragu-raguan dalam hal pengambilan keputusan. Dengan adanya informasi yang
diperoleh akan dapat membantu mengurangi ketidakpastian.
Persuasive communication dalam konteks komunikasi
interpersonal, maksudnya adalah ketika seseorang mencoba membujuk orang lain supaya berubah,
baik dalam kepercayaannya, sikapnya, atau perilakunya. Contohnya misalnya ketika Anda atau
kita membujuk orang tua kita dengan maksud supaya mereka memberi kita uang, atau meluluskan
keinginan-keinginan kita. Sedangkan persuasi dalam konteks komunikasi massa, maksudnya
adalah ketika seseorang berusaha membujuk sekelompok orang agar mereka bisa
berubah, baik dalam kepercayaannya, sikapnya, maupun perilakunya. Contohnya seperti
orang-orang yang memiliki kharisma berpidato kepada sekelompok massa dengan tujuan untuk
membujuk mereka agar mau mendukung kepentingan-kepentingannya.[3]
Komunikasi instruktif atau koersif adalah teknik
komunikasi berupa perintah, ancaman, sanksi dan
lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran
(komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti
ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau
menggambarkan resiko yang buruk. Serta tidak luput dari
sifat red-herring, yaitu interes atau muatan kepentingan untuk meraih
kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi yang
lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Bagi seorang diplomat atau
tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat penting untuk
mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis.[4]
Ada beberapa
faktor terpenting bahkan merupakan kunci kesuksesan Nabi SAW. dalam berdakwah,
antara lain:
- Memiliki Kepribadian yang Menarik
- Memahami Karakteristik Sasaran Dakwah
- Komunikasi yang Efektif
- Menunjukkan Keteladanan
- Dekat dengan Umat
- Pengaderan dan Pendelegasian Wewenang
Dalam al-Qur’an terdapat penggunaan bahasa dalam
menyampaikan dakwah sebagai bahasa komunikatif dan variatif, misalnya al-Qur’an
menggunakan istilah:
قَوْلاً
بَلِيغًا (qaulan balighan) artinya perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka (QS. an-Nisa: 63),
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي
قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ
قَوْلاً بَلِيغًا
”Mereka itu (munafik) adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di
dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka”.
قَوْلاً لَيِّنًا (qaulan
layyinan) artinya kata-kata yang lemah lembut (QS. Thaha, 20: 44),
فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّنًا لَعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
”maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".
قَوْلاً مَعْرُوفًا (qaulan
ma`rufan) artinya kata-kata yang ma`ruf, sopan, dan terhormat (QS.
al-Baqarah: 235)
وَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُمْ
بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنْتُمْ فِي أَنْفُسِكُمْ عَلِمَ اللَّهُ
أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِنْ لاَ تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا إِلاَّ أَنْ
تَقُولُوا قَوْلاً مَعْرُوفًا
”Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma`ruf”.
Dalam satu penelitian tesis yang
dilakukan oleh Aziyah Abu
Bakar, untuk memperoleh gelar Master di Universiti Putra Malaysia tahun 2008 dengan judul Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Gaya
Keibubapaan dan Kejelekitan dalam Keluarga dijelaskan bahwa pola
komunikasi keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan
sebuah keluarga. Komunikasi yang dibangun bukan sekedar satu cara untuk
melakukan hubungan di antara anggota keluarga, tetapi justru menjadi alat
pengukur untuk mengetahui apakah keluarga itu bahagia dan harmonis. Dari penelitian itu ditemukan bahwa untuk
memperoleh keluarga yang bahagia dan harmonis pola
komunikasi keluarga yang dibangun mengarah kepada orientasi
conversation dan orientasi
conformity yang tinggi. Di samping itu, sekalipun di dalam keluarga jelas
terdapat kepemimpinan yang biasanya diperankan oleh seorang ayah, maka gaya
kepemimpinannya menunjukkan
gaya demokratik dan kesepakatan.
Menurut Zulkiple Abd.
Ghani (2001) komunikasi lisan (verbal) dan komunikasi tanpa lisan (non
verbal) adalah dua bentuk komunikasi yang perlu dikuasai oleh orang tua/
ibu bapak dalam usaha mengenali kepribadian anak-anak. Komunikasi lisan adalah
proses menyampaikan atau menyebarkan pesan yang lazimnya dikaitkan dengan
pertuturan, sedangkan komunikasi tanpa
lisan ialah segala perilaku atau signal selain daripada perkataan atau
tulisan yang muncul sewaktu proses komunikasi sedang berlangsung. Segala pesan yang tidak dilafalkan dengan
perkataan tetapi disampaikan melalui pergerakan badan (body language) dan tangan (gesture),
nada suara, raut wajah, cara
berpakaian dan penggunaan ruang dan waktu. Untuk
dapat mencapai tujuan komunikasi dalam keluarga, maka perlu memahami dan
mengamalkan etikanya. Pengamalan etika dimaksud adalah untuk
memberi kesan yang positif terhadap diri
seseorang individu untuk mendapat kesejahteraan
hidup khususnya di dalam keluarga.[5]
Metode Komunikasi Rasulullah SAW.
- Two Ways
Communication
(komunikasi Dua Arah)
Kehebatan Nabi
SAW. adalah keterampilan berkomunikasi dengan bahasa yang jelas, lugas, dan
sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan sehingga mudah dicerna dan dipahami. Komunikasi
dua arah yang berlangsung antara pembawa atau penyampai informasi dengan pihak
yang menerima informasi berkesinambungan dengan media tertentu.
Diriwayatkan
dari Abu Said al-Khudri, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW. bertanya lebih
dahulu:
أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يُكَفِّرُ اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا
وَيَزِيدُ بِهِ فِى الْحَسَنَاتِ ». قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ «
إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ
وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ
Maukah saya
tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dapat menghapus kesalahan (dosa) dan
menambah kebaikan. Para sahabat menjawab, ya mau. Beliau bersabda:
“Menyempurnakan wudhu setelah melakukan sesuatu yang dilarang agama,
memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. (HR.
Ibnu Majah).
Proses komunikasi dua arah, artinya proses komunikasi berlangsung
secara timbal balik. Kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi sama-sama
aktif, artinya pihak yang satu pada suatu saat berperan sebagai komunikator,
tetapi disaat yang lain berperan sebagai komunikan, demikian pula pihak yang
satu lagi dapat berperan sebagai
komunikator dan sekaligus berperan sebagai komunikan.
- Body Language
(Bahasa Tubuh)
Diriwayatkan dari Muhammad bin Abi
Suwaid bahwa kakeknya Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi bertanya,
يَا رَسولَ الله حَدِثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ رَسولُ
الله صلى الله عليه و سلم قُلْ رَبِْيْ اللهُ ثُمَّ اَسْتَقِمْ قاَلَ يَا رَسولَ
الله مَا أَكْثَرَ مَا تَخَافُ عَلَيَّ ؟ قاَلَ هذَا وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ
(ابن حبان)
wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku sesuatu yang bisa
memelihara diriku. Rasulullah SAW. menjawab: “Katakanlah, Tuhanku adalah Allah,
kemudian istiqamahlah. Sahabat bertanya lagi, apa yang paling banyak saya
khawatirkan atas diriku? Beliau menjawab: (ini) hanya menunjuk lidahnya. (HR.
Ibnu Hibban).
Diriwayatkan dari al-Harits bin Hisyam, katanya, ada
seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya:
أَخْبِرْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " امْلِكْ هَذَا " ، وَأَشَارَ
إِلَى لِسَانِهِ. (الطبراني)
Beritahukanlah kepadaku sesuatu yang bisa memelihara
diriku. Beliau menjawab, kuasai ini sambil menunjuk lidahnya. (HR. Thabarani).
Menunjuk
lidah adalah gerakan atau bahasa tubuh, tanpa dijelaskan dengan kata-kata.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ
أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ
وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ
وَالشَّعَرَ (رواه البخاري 812)
Diriwayatkan
dari Sahl bin Sa’ad, Nabi SAW., ia bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ
بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى (رواه البخاري)
“Saya
dan orang yang menjamin anak yatim di dalam surga nanti seperti ini.” Beliau
menunjuk dengan dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Bukhari)
Dari
Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كَافِلُ
الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ إِذَا
اتَّقَى اللَّهَ وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى (رواه احمد)
"Penanggung anak yatim baik miliknya atau milik orang lain
akan berada di surga denganku seperti dua jari ini, selama dia bertaqwa kepada
Allah." Dan Malik mengisyaratkan dengan jari tulunjuk dan tengah. (HR. Ahmad).
Penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi,
biasa disebut sebagai komunikasi non-ujaran (non-verbal communication). Manajer
perlu mengetahui cara menggunakan bahasa tubuh sebagai cara penekanan ekspresi
pesan yang akan disampaikan. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya
distorsi informasi.
Ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
ujaran (verbal communication) orang acap menggunakan bantuan gerak-gerik
anggota tubuh [seperti mata, tangan, kepala, dll). Kemampuan memanfaatkan
anggota tubuh merupakan aset komunikasi dan bukan sekedar tampilan fisik. Jika
digunakan secara tepat dan benar akan menimbulkan rasa tenteram (bagi diri
sendiri atau pendengar), memperjelas bahasa ujaran dan sekaligus akan
menghasilkan dampak positif yang mungkin tidak diduga. Sebagai contoh, cara
berdiri, bergerak, menatap, dan tersenyum yang dimanipulasikan sedemikian rupa
akan memberi nuansa komunikatif terhadap penampilan kata-kata.
Salah
satu dari banyak manfaat mempelajari bahasa tubuh adalah meningkatkan kesadaran
dalam mengenal diri sendiri dan orang lain, sehingga dengan keadaan tersebut
seseorang dapat membentuk suatu hubungan yang mantap dengan orang lain. Bila
telah dapat menggunakan dan menafsirkan bahasa tubuh, maka tidak akan mudah
tertipu oleh isyarat pesan palsu yang dikirimkan orang lain kepada kita. Di
samping itu, dengan bahasa tubuh seseorang mampu memperoleh kepercayaan dari
orang lain.
Ø Bentuk-Bentuk Bahasa Tubuh
Dalam penggunaannya, bahasa tubuh seringkali digunakan sebagai isyarat
pesan palsu untuk tujuan tertentu. Hal ini dapat dihindari dengan mengenal
jenis-jenis bahasa tubuh yang ada. Bentuk dan tipe umum dari bahasa tubuh
menurut Beliak dan Baker (1981) ada tiga, yaitu:
·
Kontak Mata
Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara langsung antar
orang saat sedang berbicara. Melalui kontak mata, seseorang dapat menceritakan
kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata
melalui tatapan. Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat
mewarnai latar belakang psikologis kita. Penelitian menunjukkan bahwa seorang
pendengar menggunakan kontak mata lebih sering daripada pembicara.
·
Ekspresi wajah
Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk
berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap
orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran
dan perasaan. Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu pesan.
Ekspresi wajah juga dapat dilihat ketika memandang seseorang yang
dianggap sebagai orang yang polos/lugu atau dianggap kejam/dingin. Hal ini
didasari oleh ada sebuah ekspresi wajah yang nampak pada seseorang tidak
menunjukkan sebuah perubahan seperti yang dilakukan oleh orang lain ketika
mendengar atau mengetahui suatu peristiwa, baik kesedihan maupun kegembiraan,
keanehan atau kelayakan, kabaikan atau keburukan, dan sebagainya,
·
Gestures (Gerakan
Tubuh)
Gestures merupakan bentuk perilaku non-verbal pada gerakan tangan, bahu,
jari-jari, dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara
sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Ketika seseorang berkata
“Pohon itu tinggi”, atau “Rumahnya dekat”, maka orang tersebut pasti
menggerakkan tangan untuk menggambarkan deskripsi verbalnya. Lain halnya ketika
seseorang berkata “Letakkan barang itu!”, “Lihat pada saya!”, maka yang
bergerak adalah telunjuk yang menunjukkan arah. Ternyata manusia mempunyai
banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan angota tubuhnya ketika
sedang berbicara. Orang yang cacat bahkan berkomunikasi hanya dengan tangan
saja.
3.
Komunikasi Verbal dan Intonasi
Komunikasi verbal adalah segala bentuk
komunikasi yang menggunakan kata atau bahasa baik secara lisan (terucap) maupun
tulisan (tertulis).[6]
Bahasa baik lisan maupun tertulis dapat didefenisikan sebagai seperangkat
simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang
digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan dan suatu maksud. Bahasa verbal menggunakan
kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual seseorang.
Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas yang terjadi yang tidak
mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang
diwakili kata-kata itu.[7]
Komunikasi nonverbal
adalah segala bentuk komunikasi yang hanya menggunakan body language dan
simbol-simbol yang sudah dipahami secara bersama di antara orang-orang yang
berkomunikasi. Komunikasi nonverbal dapat dibagi kepada beberapa jenis yaitu komunikasi
isyarat dan komunikasi visual. Komunikasi isyarat ialah makna yang
dilahirkan oleh bunyi, gerakan anggota badan, mimik wajah, objek atau penggunaan simbol-simbol tertentu yang diluar penggunaan yang biasa oleh
sistem bahasa yang formal. Komunikasi isyarat berbeda-beda maknanya mengikuti budaya
suatu bangsa. Suatu gerakan tubuh yang biasa dilakukan oleh orang Melayu
misalnya bisa berbeda maksudnya apabila dilihat dan ditafsirkan oleh suku
bangsa lain.[8]
Selain itu, komunikasi visual merupakan komunikasi nonverbal dengan menggunakan hal-hal yang visual
seperti gambar, lukisan atau illustrasi tertentu. Komunikasi visual dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu komunikasi grafik, image/gambar
bergerak dan komunikasi yang dilakukan dengan tulisan.
Komunikasi grafik biasanya disampaikan melalui media masa
seperti surat kabar, majalah dan sebagainya.
Sementara komunikasi image bergerak lazimnya
digunakan oleh TV dan video.
Dalam
keseharian Nabi Muhammad Saw. ia selalu berkomunikasi dengan banyak orang, baik
dengan sahabat maupun dengan keluarganya sendiri. Kedua bentuk atau jenis
komunikasi yang telah disebutkan sebelumnya selalu tidak luput dari beliau.
Bahwa ia menyampaikan pesan-pesan keislaman melalui kata-kata (hadis) adalah
bagian dari tugasnya sebagai Rasulullah. Nabi Saw. diwajibkan melakuan
“tabligh” sesuai dengan sifat yang wajib bagi kerasulannya. Di samping itu pula
penyampaian pesan keislaman terkadang tidak harus dengan kata-kata, tetapi juga
dengan kiasan, sindiran halus, bahkan dengan diamnya Nabi juga merupakan bagian
dari komunikasi beliau.
Dengan demikian,
penyampaian pesan Nabi Saw. dapat saja
berlangsung dengan menggunakan jenis komunikasi verbal maupun nonverbal. Tentu
saja tergantung kebutuhan dan situasi yang memungkinkan untuk itu. Terkait
dengan hal tersebut, pembahasan selanjutnya akan dikemukakan tentang
masing-masing salah satu hadis Nabi Saw. yang terkait dengan komunikasi verbal
dan nonverbal dengan keluarganya.
Diriwayatkan dari Tsa’labah bin
Zahdam al-Yarbu’i, ia menceritakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ
فِي أُنَاسٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَؤُلَاءِ بَنُو
ثَعْلَبَةَ بْنِ يَرْبُوعٍ قَتَلُوا فُلَانًا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَتَفَ بِصَوْتِهِ أَلَا لَا
تَجْنِي نَفْسٌ عَلَى الْأُخْرَى (رواه النسائي)
“Rasulullah SAW. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang Anshar
(penduduk Madinah). Lalu mereka bertanya, wahai Rasulullah, mereka Bani
Tsa’labah bin Yarbu’ telah membunuh si fulan pada masa Jahiliyyah. Lalu nabi
SAW. menjawab dengan suara lirih, ketahuilah kalian, tidak seorang pun boleh
menetapkan dosa atas diri orang lain. (HR. Nasai).”
4.
Komunikasi Audio Visual
Dari Abdullah bin Mas'ud berkata:
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ فِي وَسَطِ الْخَطِّ خَطًّا وَخَطَّ خَارِجًا مِنْ
الْخَطِّ خَطًّا وَحَوْلَ الَّذِي فِي الْوَسَطِ خُطُوطًا فَقَالَ هَذَا ابْنُ
آدَمَ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ وَهَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ الْإِنْسَانُ
وَهَذِهِ الْخُطُوطُ عُرُوضُهُ إِنْ نَجَا مِنْ هَذَا يَنْهَشُهُ هَذَا وَالْخَطُّ
الْخَارِجُ الْأَمَلُ
Rasulullah SAW. membuat garis kotak,
di tengah-tengahnya beliau membuat satu garis, satu garis di luarnya dan
beberapa garis di sekitar tengahnya lalu beliau bersabda: "Ini adalah anak
cucu Adam, ini ajalnya mengitarinya, yang ada di tengah ini manusia dan
garis-garis ini halangan-halangannya, bila ia selamat dari yang ini ia digigit
oleh yang ini (maksudnya kematian), sementara garis yang di luar adalah
angan-angan. (HR. Tirmidzi).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ خَطَّ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا وَسَطَ
الْخَطِّ الْمُرَبَّعِ وَخُطُوطًا إِلَى جَنْبِ الْخَطِّ الَّذِي وَسَطَ الْخَطِّ
الْمُرَبَّعِ وَخَطٌّ خَارِجٌ مِنْ الْخَطِّ الْمُرَبَّعِ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ
مَا هَذَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ
الْخَطُّ الْأَوْسَطُ وَهَذِهِ الْخُطُوطُ الَّتِي إِلَى جَنْبِهِ الْأَعْرَاضُ
تَنْهَشُهُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ إِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا أَصَابَهُ هَذَا وَالْخَطُّ
الْمُرَبَّعُ الْأَجَلُ الْمُحِيطُ بِهِ وَالْخَطُّ الْخَارِجُ الْأَمَلُ
Dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bahwa beliau membuat sebuah garis persegi empat dan
membuat garis di tengah garis persegi empat serta garis-garis di samping garis
tengah persegi panjang dan garis di luar garis persegi panjang, seraya
bertanya: "Tahukah kalian apa ini?\" mereka menjawab; Allah dan
RasulNya lebih mengetahui. Beliau bersabda: \"Garis di tengah adalah
manusia, garis-garis di sampingnya adalah tujuan dunia yang mengerogotinya dari
setiap tempat, jika yang ini salah, ia akan mendapatkan yang ini, sementara
garis persegi empat adalah ajal yang menguasainya sedangkan garis di luar
adalah angan-angannya. (HR. Ahmad).
Hadis ini
secara teknis menunjukkan cara nabi SAW. menjelaskan ajaran agama ini melalui
gaya bahasa gambar, sekarang ini disebut audiovisual, TV, dll. Tidak selamanya dengan verbal, dengan lisan,
tapi juga dengan gambar.
Secara konten, isi pesannya menggambarkan bahwa kita ini selalu diingatkan
bahwa kehidupan ini ada visi yang jauh itulah hakekat kehidupan abadi setelah
hidup ini yaitu kematian menuju pada kehidupan kekal di akhirat. Yang
digambarkan segi empat, manusia tidak boleh lalai dan bebas darinya. Sesibuk dan sehebat apa pun kita, tetap saja
harus selalu ingat pada kematian. Begitu manusia lupa dan lalai dari peringatan
kematian ini, maka manusia cenderung akan berbuat seenaknya.
Kedua, diingatkan bahwa manusia panjang angan-angan atau cita-citanya.
Menuju pada cita-cita ini banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menghadapi tantangan ini apalagi kondisi sekarang 1001 macam, maka
solusinya ialah mengikuti dan meneladi kehidupan rasulullah SAW.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَطَّ خَطًّا هَكَذَا أَمَامَهُ
فَقَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَخَطَّيْنِ عَنْ يَمِينِهِ
وَخَطَّيْنِ عَنْ شِمَالِهِ قَالَ هَذِهِ سَبِيلُ الشَّيْطَانِ ثُمَّ وَضَعَ
يَدَهُ فِي الْخَطِّ الْأَسْوَدِ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ }
Dari Jabir berkata; Kami duduk bersama Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
lalu beliau membuat garis seperti ini di depannya, lalu bersabda: "Ini
adalah jalan Allah 'Azzawajalla", sedangkan dua garis di kanannya dan juga
dua garis pada sisi kirinya, beliau bersabda: "Ini adalah Jalan
setan." kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis hitam, lalu
membaca ayat, "Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang
lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’am: 153). (HR. Ahmad).
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا
يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا
أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ
أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya. (QS. Al-baqarah: 257).
5. Korespondensi
Korespondenis artinya surat menyurat yang dilakukan
Rasulullah SAW sebagai bagian dari metode dakwah atau berkomunikasi dengan
obyek dakwah. Para ahli sejarah telah mencatat tidak kurang dari 105 surat Nabi
SAW. Yang pernah dikirimkan kepada para tokoh atau pembesar suatu negeri.
Misalnya:
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ بِكِتَابِهِ رَجُلاً وَأَمَرَهُ أَنْ
يَدْفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ الْبَحْرَيْنِ فَدَفَعَهُ عَظِيمُ الْبَحْرَيْنِ إِلَى
كِسْرَى فَلَمَّا قَرَأَهُ مَزَّقَهُ فَحَسِبْتُ أَنَّ ابْنَ الْمُسَيَّبِ قَالَ
فَدَعَا عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ
يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ (البخاري)
Ibn Abbas memberitakan bahwa
Rasulullah SAW. mengutus seseorang (Abdullah ibn Hudzaifah as-Sahmi)
mengantarkan surat beliau kepada pembesar negeri Bahrain (al-Mundzir ibn
as-Sawi). Kemudian oleh pembesar Bahrain surat itu dikirimkannya kepada Raja
Persia (Ibrawiz ibn Hurmuz ibn Anusyirwan). Setelah Raja tersebut selesai
membaca surat itu lalu dirobek-robeknya. Saya mengira bahwa Ibn Musayyab
mengatakan, Karena perbuatan Raja Persia itu, Rasulullah SAW. mendoakan semoga
kerajaan mereka dirobek-robek pula oleh Allah sampai hancur sama sekali. (HR.
Bukhari).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Alquran dan Tafsirnya,
cet III, Jakarta: Depag RI, 2009.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Hanafi, Abdillah. Memahami
Komunikasi Antar Manusia. Surabaya: Usaha Nasional, tt.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005.
Rakhmat,
Jalaluddin. Psikologi
Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003.
Sayadi,Wajidi.
Hadis Dakwah,
[4]http://situliatsitucoment.blogspot.com/2010/02/informative-communication-komunikasi.html,
diakses pada tanggal 3 Juni 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar