HINDU (PURA MULA WARMAN)
Oleh: Maryamatul Munawwarah
A. Asal-Usul dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu
Pendiri
Hindui tidak diketahui dan titik awalnya merujuk pada masa pra-sejarah.
Hinduisme juga merupakan tradisi religious utama yang tertua. Menurut Yong
Choon Kim, Hindu juga seringkali disebut sebagai agama ahistoris dan
nonhistoris, karena tidak memiliki awal sejarah dan tidak ada pendiri tunggal.
Menurut tradisi, seseorang tidak dapat menjadi seorang Hindu kecuali ia
dilahirkan dalam keluarga Hindu. Sebelum
kata “Hindu” dan “Hinduisme” diterima, ada istilah-istilah yang diperkenalkan
oleh orang asing, yakni: orang Persia, Yunani dan Inggris. Umat Hindu menyebut
tradisi mereka sebagai Vaidika Dharma, Artinya Dharmanya weda.
Agama
ini timbul dari bekas–bekas runtuhan ajaran–ajaran Weda dengan mengambil pokok
pikiran dan bentuk–bentuk rupa India purbakala dan berbagai kisah dongeng yang
bersifat rohani yang telah tumbuh disemenanjung itu sebelum kedatangan bangsa
Arya. Dengan sebab ini para peneliti menganggap Agama Hindu sebagai kelanjutan
dari ajaran – ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses evolusinya. Menurut
para sarjana, agama hindu terbentuk dari campuran antara agama India asli
dengan agama atau kepercayaan bangsa Arya. Agama Hindu adalah suatu agama yang
berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari
hasil penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu
generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah keIndia dan
menundukkan penduduk aslinya serta membentuk suatu masyarakat sendiri diluar
pengaruh penduduk asli itu.
B. Kitab
Suci Agama Hindu
Ada beberapa kitab yang dianggap suci oleh
umat Hindu, sebagai berikut:
a) Veda
(baca : Weda), merupakan sastra tertua dalam sejarah peradaban manusia, disusun
kembali oleh Byasa (Vyasa – hidup di sekitar abad 18 SM hingga abad 15 SM).
Veda dibagi menjadi 4 bagian : Rigweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda.
Keempat weda tersebut juga disebut sebagai Sruti (Yang Didengar). Weda juga
dibagi menjadi 4 lagi yaitu Samhita, Brahmana, Aranyaka dan Upanishad.
b) Vedanga
(baca : Wedangga), merupakan alat bantu untuk memahami Weda. Wedangga terbagi 4
pula yaitu :
Siksha (śikṣā):
fonetika dan fonologi (sandhi).
Chanda (chandas):
irama.
Vyakarana (vyākaraṇa):
tata bahasa.
Nirukta (nirukta):
etimologi.
Jyotisha (jyotiṣa):
astrologi dan astronomi.
Kalpa (kalpa): ilmu
mengenai upacara keagamaan.
c) Ittihasa
(Kisah-kisah, Kejadian Nyata), terdiri dari Ramayana ( disusun oleh Resi
Walmiki) dan Mahabarata (disusun oleh Resi Vyasa).
a. Smrti,
bukan “wahyu”, melainkan sastra utama. Termasuk kedalamnya adalah:
Dharmasastra, atau sastra hukum dan perundang-undangan.
b. Itihasa,
atau sejarah.
c. Purana,
sastra keagamaan.
d. Sutra.
e. Agama
f. Darshana,
filsafat Hindu. Yang termasuk didalamnya adalah apa yang disebut Sad Darshana,
enam ajaran filsafat Hindu, yaitu:Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, Nyaya dan
Vedanta.
d) Purana
(Cerita Kuno), berisi mitologi dan legenda kuno.
e) Bagavad
Gita (Nyanyian Tuhan), bagian dari kisah Mahabarata.
f) Sutra
(Benang), berisi pepatah.
C. Konsep
Ketuhanan
1) Wujud
Tuhan Penjelasan tentang pelukisan Tuhan dalam bentuk patung adalah suatu
cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda jatuh cinta
pada kekasihnya, sampai tingkat madness (tergila-gila) maka bantal gulingpun
dipeluknya erat-erat, diumpamakan kekasihnya., diapun ingin mengambarkan
kekasihnya itu dengan sajak-sajak yang penuh dengan perumpamaan. Begitu pula
dalam peribadatan membawa sajen (yang berisi makanan yang lezat dan
buah-buahan) ke Pura, berarti Tuhan umat Hindu seperti manusia, suka makan yang
enak-enak Pura dihias dan diukir sedemikian indah, apakah Tuhan umat Hindu suka
dengan seni. Semua sajen dan kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk
mewujudkan rasa bhakti kepada Tuhan.
2) Brahman/
Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam
Weda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa
dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang
artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini
disebut dalam beberapa nama, antara lain:
a) Brahman:
asal muasal dari alam semestea dan segala isinya
b) Purushottama
atau Maha Purusha
c) Iswara
(dalam Weda)
d) Parama
Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
e) Sanghyang
Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
f) Dhata:
yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
g) Abjayoni:
yang lahir dari bunga teratai
h) Druhina:
yang membunuh raksasa
i)
Viranci: yang
menciptakan
j)
Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai
k) Srsta:
yang menciptakan
l)
Prajapati: raja dari
semua makhluk/masyarakat;
m) Vedha:
ia yang menciptakan
n) Vidhata:
yang menjadikan segala sesuatu
o) Visvasrt:
ia yang menciptakan dunia
p) Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan
atau yang mengadili.
Tuhan Yang Maha Esa ini apapun
namaNya digambarkan sebagai:
1. Beliau
yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
2. Wujud
kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
3. Raja
di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan
makanan
4. Sumber
segalanya dan sumber kebahagiaan hidup
5. Maha
suci tidak ternoda
6. Mengatasi
segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada
duanya.
7. Absolut
dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya
(swayambhu).
D.
Ajaran Tentang Atman
Atman
adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/ Brahman). Atman di dalam
badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman
dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang
mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarwa prani
(makhluk) di alam semesta ini “Angusthamatrah Purusa ntaratman Sada Jananam
hrdaya samnivish thah Hrada mnisi manasbhiklrto Yaetad, viduramrtaste bhavanti.
Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang
menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang
mengetahuinya menjadi abadi.
a) Percaya
Adanya Tuhan ( Brahman/ Hyang Widhi) Tuhan Yang Maha Esa,Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh
pikiran, yang gaib dipanggil dengan berbagai nama sesuai dengan jangkauan
pikiran, namun Ia hanya satu, Tunggal adanya.
“Ekam eva adwityam Brahma”
Tuhan hanya
satu tidak ada yang kedua.
“Eko Narayanad
na dityo ‘sti kascit”
Hanya satu
Tuhan sama sekali tidak ada duanya
“Bhineka
Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa”
Berbeda-beda
tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.
Karena Tuhan
tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai
dengan kemampuannya. Tuhan yang tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak
nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu
sebagai pemelihara dan Shiwa sebagai pemralina. Banyak lagi panggilannya yang
lain. Ia Maha Tahu, berada di mana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat
kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam
cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon
perlindungan dan petunjuk-Nya agar dia menemukan jalan terang dalam mengarungi
hidup ini.
E.
Hindu
Dharma
Dalam
ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan
dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus
berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam
Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan.
Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma,
disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi
disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma
maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. Dalam zaman edan saat
ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran
dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua
perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah
berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan
datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain2
dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan
kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan
kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara
latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara
pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan
melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang
suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar