KEBUDAYAAN KONTEKS TINGGI (HCC) dan
KEBUDAYAAN KONTEKS RENDAH (LCC)
A. Latar Belakang
Setiap
kebudayaan mengajarkan cara-cara tertentu untuk memproses informasi yang masuk
dan keluar dari atau ke lingkungan sekeliling mereka, misalnya
mengatur bagaimana setiap anggota budaya memahami cara mengemas informasi
kemudian melakukan pertukaran informasi. Beberapa
kebudayaan berhasil membangun suatu harapan (expectation) ke dalam
sistem mereka sehingga anggotanya otomatis mengetahui apa sistem yang harus
dibuat untuk merespons informasi pada saat dan situasi yang tepat, sebaliknya
kebudayaan lain tidak mempunyai asumsi ini.
Beberapa
kebudayaan juga tidak mewajibkan anggotanya untuk menaruh perhatian yang tinggi
terhadap informasi, apalagi informasi itu bersifat rutin dan ritual, juga
tentang bagaimana mereka harus berperilaku yang sama dalam menanggapi
informasi. Artinya ada
pula kebudayaan yang mengajarkan cara-cara yang lebih praktis dalam memproses
informasi meskipun informasi itu dipertukarkan dalam sejumlah situasi yang
berbeda-beda.
Sebuah
kebudayaan yang mana suatu prosedur pengalihan informasi menjadi lebih sukar dikomunikasikan, kita
sebut Kebudayaan Konteks Tinggi atau High Context Culture (HCC). Sebaliknya kebudayaan yang mana
suatu prosedur pengalihan informasi menjadi lebih gampang dikomunikasikan, kita
sebut Kebudayaan Konteks Rendah atau Low Context Culture (LCC).
High Context Culture dan Low Context Culture adalah terminologi yang diperkenalkan oleh
seorang Antropologis, Edward T. Hall dalam buku Beyond Culture yang diterbitkan pada tahun 1976. HCC dan LCC merujuk kepada tendensi kebudayaan yang menggunakan konteks
pesan tinggi lebih daripada konteks pesan rendah di dalam komunikasi rutin.
Para anggota kebudayaan HCC
sangat mengharapkan agar anda menggunakan cara-cara yang lebih praktis yang
dapat menolong mereka mengakses informasi dalam variasi situasi apapun. Hal ini
karena kebudayaan masyarakat HCC umumnya
bersifat implisit, mungkin sekali
apa yang hendak anda sampaikan itu sudah ada dalam nilai-nilai, norma-norma, dan
sistem kepercayaan mereka.
Kontras dengan
kebiasaan HCC maka anggota kebudayaan LCC sangat mengharapkan agar anda tidak
perlu menggunakan cara-cara praktis hanya untuk menolong mereka mengakses
informasi dalam variasi situasi apapun. Anda cukup memberikan informasi secara garis besar saja dan mereka
mampu mengaksesnya dengan mudah. Hal ini karena kebudayaan masyarakat LCC
umumnya bersifat eksplisit, dan banyak informasi yang anda sampaikan mungkin
sekali belum atau kurang diperhatikan dalam sistem nilai, norma
dan sistem kepercayaan mereka.
B. Pembahasan
Contoh kebudayaan yang termasuk dalam Kebudayaan Konteks Rendah
(LCC), antara lain yaitu Australia, Inggris Kanada, sebagian Inggris (dalam
perdebatan), Finlandia, Jerman, Irlandia, Selandia Baru, Negara-negara Skandinavia,
Swiss, Amerika Serikat (terkecuali di daerah Selatan Amerika Serikat).
Sementara kebudayaan yang termasuk dalam Kebudayaan Konteks Tinggi, antara lain
yaitu: Kebudayaan Timur Tengah, Asia, Afrika,
Amerika Latin, Perancis Kanada, dan beberapa kebudayaan di Eropa.
Beberapa
aplikasi yang berkaitan dengan HCC dan LLC dikemukakan oleh Stella Ting Toomey
(1985;1988) dalam Loloweri (2003: 155-158) seperti yang dijelaskan di bawah
ini:
1.
Persepsi
Terhadap Isu dan Orang yang Menyebarkan Isu
Kebudayaan LCC mendorong anggotanya untuk memisahkan isu (catatan:
isu harus dilihat sebagai tema utama informasi yang dipertukarkan) dari orang.
Contoh, jika anda
berbicara dengan seseorang dari kebudayaan LCC maka mereka lebih mengutamakan
isi informasi dan tidak mempersoalkan siapa yang menjadi sumber informasi itu.
Dalam kebudayaan HCC, isu dan orang yang
mengkomunikasikan isu tidak dapat dipisahkan. Kadang-kadang kebenaran isu
tergantung pada siapa yang mengatakan sehingga kalau anda menolak yang
memberikan isu maka anda pun menolak informasi yang dia berikan.
2.
Persepsi
Terhadap Relasi Antarpribadi Dalam Tugas
Budaya LCC memandang relasi antarpribadi dalam tugas sangat formal
dan impersonal, relasi antarpribadi hanya berdasarkan relasi tugas-tugas (task
oriented), akibatnya
mereka mengabaikan relasi antarpribadi. Sebaliknya budaya HCC memandang relasi
antarpribadi dalam tugas lebih sebagai bagian dari relasi sosial (social
oriented) sehingga kadang-kadang tidak berorientasi pada tugas.
3.
Persepsi
Terhadap Kelogisan Informasi
Anggota kebudayaan LCC kurang menyukai informasi yang tidak
rasional, mereka cenderung
mengutamakan rasionalitas. Pada umumnya mereka menjauhi jenis-jenis informasi
yang tidak tentu apalagi informasi tersebut dipertukarkan dalam
percakapan-percakapan yang tidak serius. Akibatnya mereka akan melacak si
pemberi informasi, siapakah dia?
Siapa yang mendorong orang itu mengambil langkah
seperti itu? Apa prestasi kerja yang sudah dicapai orang itu ? Sebaliknya
anggota kebudayaan HCC tidak menyukai sesuatu yang terlalu rasional, mereka
cenderung mengutamakan emosi dalam mengakses informasi. Pada umumnya mereka
menjauhi jenis-jenis informasi yang terlalu rasional dan sangat mengutamakan
basa-basi dalam percakapan-percakapan yang tidak serius.
4.
Persepsi
Terhadap Gaya Komunikasi
Anggota kebudayaan LCC memakai gaya komunikasi langsung. Mereka
mencari dan mengabsorbsi langsung dari sumbernya, atau berkomunikasi secara
langsung (direct communication). Gaya komunikasi mereka lebih
mengutamakan pertukaran informasi secara verbal (hanya sedikit didukung oleh
pesan non verbal), pertemuannya
bersifat formal, langsung, tatap
muka, dan tanpa basa-basi pertemuan langsung ke tujuan. Sebaliknya budaya HCC
selalu memggunakan gaya komunikasi tidak langsung (indirect
communication). Gaya komunikasi
kurang formal, pesan-pesan lebih banyak didukung oleh non verbal, lebih
suka berkomunikasi tatap muka, jika
perlu dengan basa-basi dan ritual.
5.
Persepsi
Terhadap Pola Negosiasi
Anggota masyarakat kebudayaan LCC cenderung melakukan negosiasi
yang bersifat linear dan logis dalam menyelesaikan masalah. Analisis merupakan
suatu prosedur yang esensial dari kebudayaan ini, negosiasi harus singkat dan
tidak bertele-tele, masuk akal, pakai
otak, pendekatannya
adalah bargaining. Contoh yang baik adalah gaya komunikasi
sebagai sesuatu yang utama dalam proses resolusi konflik yang kadang-kadang menggunakan
pendekatan konfrontasi. Sebaliknya pada masyarakat HCC memakai sistem
perundingan yang halus, pilihan komunikasinya meliputi perasaan dan intuisi.
Gaya HCC lebih mengutamakan hati daripada otak.
Sebaliknya budaya HCC selalu menggunakan
gaya komunikasi tidak langsung dalam menyelesaikan konflik, mereka tidak
menjadikan informasi sebagai sesuatu yang utama dalam proses resolusi konflik
tetapi mengutamakan faktor-faktor
relasi antarmanusia, emosi budaya, yang
kadang-kadang menggunakan pendekatan human relations.
6.
Persepsi
Terhadap Informasi Tentang Individu
Anggota budaya LCC lebih
mengutamakan informasi tentang seorang individu, aspek-aspek dari individu, aspek-aspek
dari individu itu harus lengkap, mereka tidak mengutamakan pertimbangan latar
belakang individu keanggotaan (sosial, budaya,
etnik, agama). Dalam LCC, orang
menginginkan sebuah prediksi tentang siapa individu itu (siapakah
dia ini, dia kerja apa, dia benar atau salah, keahliannya
apa).Sebaliknya masyarakat dengan kebudayaan HCC lebih menekankan kehadiran
seorang individu dengan dukungan faktor sosial, mereka tidak peduli siapakah
dia, dia kerja apa, dia benar atau salah, keahliannya apa. Hal ini karena pada HCC, orang lebih mendengarkan loyalitas
kelompoknya (organisasi, keluarga,
loyalitas nasional, dan nilai-nilai kolektif).
Untuk lebih memahami
penjelasan di atas, berikut ini beberapa perbandingan HCC dan LCC yang
digambarkan dalam tabel seperti di bawah ini.
Tabel 12.1
PERBANDINGAN PERSEPSI BUDAYA PADA HCC DAN LCC.
High Culture Context (HCC)
|
Low
Culture Context (LCC)
|
§ Prosedur pengalihan informasi lebih sukar
|
§ Prosedur pengalihan informasi menjadi lebih gampang
|
Persepsi terhadap isu dan orang yang menyebarkan isu
|
|
§ Tidak memisahkan isu dan orang yang mengkomunikasikan isu
|
§ Memisahkan isu dan orang yang megkomunikasikan isu
|
Persepsi terhadap tugas dan relasi
|
|
§ Mengutamakan relasi sosial dalam melaksanakan
tugas
§ Social oriented
§ Personal relations
|
§ Relasi antarmanusia dalam tugas berdasarkan relasi tugas
§ Task orientend
§ Impersonal relations
|
Persepsi terhadap kelogisan informasi
|
|
§ Tidak menyukai informasi yang rasional
§ Mengutamakan emosi
§ Mengutamakan basa-basi
|
§ Menyukai informasi yang rasional
§ Menjauhi sikap emosi
§ Tidak mengutamakan basa-basi
|
Persepsi terhadap gaya komunikasi
|
|
§ Memakai gaya komunikasi tidak langsung
§ Mengutamakan pertukaran informasi secara nonverbal
§ Mengutamakan suasana komunikasi yang informal
|
§ Memakai gaya komunikasi langsung
§ Mengutamakan pertukaran informasi secara verbal
§ Mengutamakan suasana komunikasi yang formal
|
Persepsi terhadap informasi pola negosiasi
|
|
§ Mengutamakan perundingan melalui human relations
§ Pilihan komunikasi meliputi perasaan dan intuisi
§ Mengutamakan hati daripada otak
|
§ Mengutamakan perundingan melalui bargaining
§ Pilihan komunikasi meliputi pertimbangan rasional
§ Mengutamakan otak daripada hati
|
Persepsi terhadap informasi tentang individu
|
|
§ Mengutamakan individu dengan mempertimbangkan dukungan faktor
sosial
§ Mempertimbangkan loyalitas individu kepada kelompok
|
§ Mengutamakan kapasitas individu tanpa memperhatikan faktor sosial
§ Tidak mengutamakan pertimbangan loyalitas individu kepada
kelompok
|
Bentuk pesan/informasi
|
|
§ Sebagian besar pesan tersembunyi dan implisit
|
§ Sebagian besar pesan jelas, tampak
dan eksplisit
|
Reaksi terhadap sesuatu
|
|
§ Reaksi terhadap sesuatu tidak selalu nampak
|
§ Reaksi terhadap sesuatu selalu tampak
|
Memandang in group dan out group
|
|
§ Selalu luwes dalam melihat perbedaan in group dengan out
group
|
§ Selalu memisahkan kepentingan in group dengan out group
|
Sifat pertalian antarpribadi
|
|
§ Pertalian antarpribadi sangat kuat
|
§ Pertalian antarpribadi sangat lemah
|
Konsep waktu
|
|
§ Konsep terhadap waktu sangat terbuka atau luwes
|
§ Konsep terhadap waktu yang sangat terorganisir
|
(Sumber: Loloweri, 2003: 158-159)
C. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kita
simpulkan:
1. Kebudayaan dimana pengalihan informasi yang lebih sukar dikomunikasikan disebut
Kebudayaan Konteks Tinggi (HCC) sementara kebudayaan dimana pengalihan
informasi lebih mudah dikomunikasikan disebut Kebudayaan Konteks Rendah (LCC).
2. Ada beberapa persepsi HCC dan LCC yaitu: persepsi
terhadap isu, relasi antar pribadi, kelogisan informasi, gaya komunikasi, pola
negosiasi, dan informasi tentang individu.
3. Kebudayaan yang termasuk HCC antara lain Timur
Tengah, Afrika, Asia dan beberapa kebudayaan di Eropa. Sementara itu,
kebudayaan yang termasuk LCC antara lain kebudayaan Eropa pada umumnya, serta
Amerika Serikat pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar