- Metode Dakwah
Dari segi
bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta
(melalui) dan hodos (jalan, cara),
dengan demikian kita dapat mengartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa
mertode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang
metode, sedangkan dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya
jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah
diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud (Munzir Suparta
dan Harjani Hefni, 2009 : 6).
Sedangkan
arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau ilmuan yaitu :
- Pendapat Bakhial Khaudi, dakwah
adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan
umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.
- Pendapat Syekh Ali Mahfudz,
dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti
petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan
jelek agar mereka mendapat kebahagian didunia dan diakhiat. Pendapat ini
juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amr ma’ruf nahi munkar
adalah inti gerakan dakwah dan penegak dalam dinamika masyarakat Islam.
Dari
pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa metode dakwah adalah cara-cara
tertentu yang dilakukan seorang dai kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan
atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan
dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan
penghargaan yang mulia atas diri manusia.[1]
Jadi menurut penulis, dakwah adalah suatu aktifitas
yang dilakukan dengan sadar menyeru kepada kebaikan untuk mengubah perilaku seseorang dalam
bentuk lisan tulisan maupun tingkah lakunya.
Dakwah
tidak sekedar menyampaikan sesuatu kepada orang lain, tapi sesungguhnya dakwah
itu mempunyai metode dan tatacara tersendiri yang harus diketahui dan dimengerti
oleh setiap orang, agar dakwah itu sendiri bisa tertata dengan rapi sehingga
apa yang disampaikan oleh dai dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain dan
untuk selanjutnya agar dakwah itu sendiri bisa berhasil secara maksimal menurut
(www.makalahkuliah.com/2012/05/metode-dakwah-menurut-al-quran-dan.html,
akses tanggal 28 Februari 2013).
Diantara sekian metode dan
tatacara berdakwah, Al-Qur’an dan As-Sunnah sendiri telah mengajarkan
diantaranya :
a. Dakwah Bil Hikmah
Artinya
dengan kebijaksanaan. Oleh karena itu bagi para da’i, setiap ucapan dan
perkataan yang dilontarkan haruslah berlandaskan al-qur’an dan sunnah, terlebih
pada sikap dan tingkah lakunya haruslah sesuai dan cocok dengan ajaran-ajaran
al-quran dan sunnah, karena setiap ucapan, perkataan, sikap, dan tingkah laku
seorang dai itu akan selalu dilihat dan dipantau oleh orang lain untuk kemudian
dijadikan teladan bagi mereka.
b. Dakwah Bil Khasanah
Artinya nasehat yang baik. Keterangan ini memberikan pelajaran bagi setiap da’i
bahwa dalam menyampaikan dan memberi nasehat hendaklah dengan cara yang baik
dan yang sesuai dengan keadaan mereka, tidak semata-mata hanya keinginan
sendiri dan disukai.
c. Dakwah Bil Lisan
Dakwah bi al-lisan yaitu penyampaian infoermasi atas dasar
dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subjek dan objek
dakwah) yang dimaksud dengan efektifitas dakwah bi al-lisan disini adalah
apakah ceramah-ceramah agama yang dilakukan para da’I itu mempunyai manfaat
nyata atau hanya sekedar informasi verbal yang kurang member pengaruh terhadap
objek dakwah (Siti Muriah, 2000 : 72).
Karena seorang
da’i identik dengan ceramah, maka seorang dai harus bisa mengolah kata-kata
sehingga menarik dan dapat dipahami, apalagi seorang da’i melihat kemungkaran
haruslah segera bertindak, akan tetapi jangan gegabah dalam mengambil tindakan,
hendaklah mengingatkan dengan ucapan yang lembut dan halus terlebih dahulu.
d. Dakwah Bil Yadd
Maksudnya disini
adalah kekuasaan atau jabatan. Artinya seorang dai yang mempunyai kedudukan dimasyarakat
bahkan berpendidikan tinggi itu lebih disegani dan dihormati oleh masyarakat,
sehingga nantinya dakwah akan lebih mudah dan gampang.
e. Dakwah Bil Qolbi
Hal lain yang
tidak kalah pentingnya bagi seorang da’i adalah senantiasa berdoa untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain agar di berikan kemudahan dalam berdakwah dan
bagi orang lain semoga senantiasa diberikan keteguhan dan petunjuk kejalan yang
lurus dan untuk selanjutnya meninggalkan kemaksiatan dan bertaubat.[2]
Selain dari pada
itu, ada pula metode yang ditempuh Ulama dalam berdakwah yaitu:
- Dakwah Fardiah, merupakan metode dakwah yang
dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa
orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi
tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori
dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran
memberi contoh.
- Dakwah Ammah, merupakan jenis dakwah yang
dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang
banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai
biasanya berbentuk khotbah (pidato), ada yang dilakukan oleh perorangan
dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam
soal-doal dakwah.
- Dakwah bit-Tadwin, memasuki zaman global seperti
saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik
dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan
tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan
lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang da’i sudah
wafat. [3]
Dalam dua
buah literatur yang penulis temukan pemaparannyapun sama persis yakni aplikasi
metode dakwah rasulullah menurut (Munzier Suparta dan Harjani Hefni, 2009 : 6
dan www.rizkywulandariqywe.blogspot.com/2012/03/metode-dakwah-islam-yang-benar.html,
akses tanggal 28 Februari 2013). Metode-metode dakwah itu dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan,
diantarnya :
·
Pendekatan Personal, pendekatan dengan cara ini terjadi
dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung
bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya
reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui.
·
Pendekatan Pendidikan, pada masa Nabi dakwah lewat
pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat.
Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan
teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak
Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
·
Pendekatan Diskusi, pendekatan diskusi pada era sekarang
sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara
sumber sedang mad’u berperan sebagai audience.
·
Pendekatan Penawaran, cara ini dilakukan Nabi dengan
memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinya
tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul
dari hati yang paling dalam.
·
Pendekatan Misi, maksud dari pendekatan ini adalah
pengiriman tenaga para da‟i kedaerah-daerah diluar tempat domisili.
- Metodologi
Dakwah
Pengertian metodologi dakwah menurut ibu Cucu
Nurjamilah, M. Ag pada mata kuliah Ilmu dakwah ialah : Metodologi berasal dari
bahasa Yunani, yang terdiri dari method (cara atau jalan) dan logos (teori atau
pengertahuan sistematis), ia semula dianggap bagian dari cabang logika,
kemudian dewasa ini dikenal sebagai bagian baru dalam bidang filsafat
sistematis. Secara sederhana metodologi dapat diartikan studi tentang metode
pada umumnya, baik metode ilmiah maupun bukan, metode yang dikaji dalam
metodologi mengandung arti sesuatu tata cara, tekhnik atau jalan yang telah
dirancang atau dipakai dalam proses intelektual guna memperoloh pengetahuan
jenis apapun, baik pengetahuan akal sehat, humanistik dan historis atau
pengetahuan filsafati dan ilmiah.
Namun, menurut penulis metodologi dakwah adalah cara
yang dilalui seorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah keislamannya atau
cara seorang da’i dalam penerapan pendekatan dakwah.
Aktualitas dari NSQ yang memadukan berbagai aliran
teori pengetahuan itu disebut metode ilmu dakwah yang meliputi :
a) Metode
(manhaj) istinbath yaitu proses penularan (istidlal) dalam memahami dan
menjelaskan hakikat dakwah dari al-qur’an dan al-hadis yang produknya berupa
teori utama ilmu dakwah.
b) Metode
(manhaj) iqtibas yaitu proses penalaran (istidlal) dalam memahami dan
menjelaskan hakikat dakwah atau realitas dakwah atau donotasi dakwah dari islam
actual, empiris, historis atau islam yang secara empiris hidup dalam
masyarakat.
c) Metode
(manhaj) istiqra yaitu proses penalaran (istidlal) dalam memahami dan
menjelaskan hakikat dakwah melalui penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan
mengacu kepada teori utama dakwah (istinbath) dan teori turunan dari teori
utama (iqtibas).
Jika ditelaah lebih mendalam, ketiga metode tersebut
nampaknya hendak mengakomodasi ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu sosial modern.
Dalam disiplin ilmu fiqh, pola pemahaman dan pemaknaan itu dibedakan kedalam
tiga kelompok utama yaitu :
1) Pola
penalaran bayani (thariq al-istinbath al-bayani) yaitu pola penafsiran nash
yang bertumpu pada arti kata (dilalat) dan kaidah kebahasaan.
2) Pola
penalaran ta’lili (thariq al-istinbath al-ta’lili) yaitu pola penafsiran nash
yang bertumpu pada illat.
3) Pola
penalaran istislahi (thariq al-istinbath al-istislahi) yaitu pola penafsiran
nash yang berusaha mengehimpun berbagai ayat dan teks hadis yang saling
berkaitan dan kemudian darinya ditarik suatu prinsip utama.
- Macam-Macam
Metodologi Dakwah
Seorang pendakwah harus sungguh-sungguh dalam
memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk memahami kenyataan yang
melingkupinya. Seorang da’i harus memahami persoalan yang sedang dihadapinya,
bukan hanya pada permukaannya tapi sampai kejantung masalah. Dakwah bil hikmah
adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang pasti dan benar yaitu dalil
yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan demikian menurut Imam
Abdullah bin Ahmad Mahmud An Nasafi.
Antara satu dengan lainnya saling
menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran,
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut. Selain
pembagian seperti diatas, terdapat pembagian lain seperti yang di kemukakan
oleh Dr. Moh. Ali Azizi, M.Ag menurut beliau pada garis besarnya, bentuk dakwah
ada tiga, yaitu: Dakwah lisan (dawah bi al-lisan), dakwah dengan tulisan (
dawah bi al-qalam ) dan dakwah dengan tindakan ( dawah bi al-hal).
Berdasarkan bentuk-bentuk dakwah
tersebut maka metode dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Metode Ceramah. Metode ceramah atau
muhadlarah atau pidato merupakan cara yang telah dipakai oleh semua Rasul Allah
dalam menyampaikan ajaran-Nya, sampai sekarangpun metode ini paling sering
digunakan oleh pendakwah sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia.
Umumnya, ceramah diarahkan kepada sebuah publik, lebih dari seorang, sifat
komunikasinya lebih banyak searah (monolog) dari pendakwah kepada audiensi.
Pesan-pesan dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat ringan, informatif
dan tidak mengundang perdebatan dan dialog yang dilakukan juga terbatas pada
pertanyaan,bukan sanggahan.
b) Metode Diskusi, ini dimaksudkan
untuk bertukar pikiran tentang suatu keagamaan sebagai pesan dakwah antara
beberapa orang dalam tempat tertentu. Dibandingkan dengan metode lainnya,
metode diskusi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain:
·
Suasana dakwah akan tampak hidup, sebab semua peserta ikut
mencurahkan perhatiannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
·
Dapat menghilangkan sifat-sifat individualistis dan
diharapkan akan menimbulkan sifat-sifat yang positif pada mitra dakwah seperti
toleransi, demokrasi, berpikir sistematis dan logis.
·
Materi akan dipahami secara mendalam.
·
Metode konseling.
·
Metode karya tulis.
·
Metode pemberdayaan masyarakat.
·
Metode kelembagaan.
Metodologi dakwah merupakan salah
satu unsur yang perlu di pelajari seorang dai dalam berdakwah agar menjadi
lebih tepat dan efisen dalam mencapai tujuan dakwah. Hal ini disebabkan
keanekaragaman objek dakwah yang menuntut variasi cara dan metode yang efektif
dan efisien (www.dakwah-islam.org/metodologi-dakwah.html,
akses tanggal 28 Februari 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Munzier
Suparta dan Harjani Hefni, 2009. Metode Dakwah, Jakarta : Kencana Media
Group
Siti
Muriah, 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta : Mitra Pustaka
www.makalahkuliah.com/2012/05/metode-dakwah-menurut-al-quran-dan.html,
akses tanggal 28 Februari 2013
www.rizkywulandariqywe.blogspot.com/2012/03/metode-dakwah-islam-yang-benar.html, akses
tanggal 28 Februari 2013
www.ahmadarkam.wordpress.com/2012/05/24/hukum-dan-metode-dakwah/,
akses tanggal 28 Februari 2013
www.dakwah-islam.org/metodologi-dakwah.html,
akses tanggal 28 Februari 2013
www.kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2011/10/metodologi-dakwah-metode-dakwah-dalam.html,
akses tanggal 01 Maret 2013
[2]www.makalahkuliah.com/2012/05/metode-dakwah-menurut-al-quran-dan.html,
akses tanggal 28 Februari 2013.
[3]http://ahmadarkam.wordpress.com/2012/05/24/hukum-dan-metode-dakwah/,
akses tanggal 28 Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar