METODOLOGI STUDI ISLAM
PENDEKATAN
TEOLOGI: KEHENDAK MUTLAK TUHAN
DOSEN PENGAMPU :
Abdul Mukti Rouf, MA
Oleh
:
Maryamatul Munawwarah
PROGRAM
STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ( KPI )
JURUSAN
DAKWAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
PENDEKATAN
TEOLOGI: KEHENDAK MUTLAK TUHAN
A.
Pengertian Teologi
Teologi berasal dari kata “ology” dan “theos” dan dijadikan Bahasa Indonesia
maka menjadi teologi, “ology” berakar dari kata Greek yang kemudian menjadi
“logos” berarti “percakapan”, “pengkajian” dan “penelitian”. Tujuan yang
terpenting penelitian adalah logos itu sendiri dari pada benda-benda yang
menjadi subjeknya, sedangkan theos dalam bahasa greek berarti “Tuhan” atau
sesuatu yang berkenaan dengan Tuhan. Jadi Teologi dalam bahasa greek adalah
penelitian secara rasional segala sesuatu yang berkenaan dengan ke-Tuhanan,
maka teologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan
tentang hakekat Tuhan serta keberadaan-Nya.
Oleh sebab itu berbicara tentang teologi maka dengan sendirinya kita
membicarakan tentang Tuhan yang dari dahulu sampai sekarang selalu aktual untuk
dibicarakan, hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan Tuhan dalam menjawab
dan memaknai segala aspek kehidupannya terutama sekali yang berhubungan denan
moral dan ilmu pengetahuan.
Pada hakekatnya, Ilmu Teologi jika kita padankan dengan Pemikiran
Kajian Islam adalah Ilmu Kalam yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas
berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan logika dan filsafat. Akan tetapi
secara teoritis khusus untuk aliran salaf tidak dapat dikelompokkan pada aliran
Ilmu Kalam sebab ia dalam masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi
filsafat dan logika dan ia hanya cukup dikategorikan pada aliran Ilmu Tauhid
atau Ilmu Ushuluddin.
B.
Sejarah Teologi
Para filosof lslam terdahulu menjadikan Tuhan, alam dan Manusia
sebagai alat untuk menganalisa dirinya sendiri yang tidak dimiliki oleh mahluk
lainnya. Sebab dengan metode ini para ahli teologi tidak hanya membicarakan
bagaimana sesungguhnya manusia berbicara tentang Tuhan, teologi juga berbicara
lebih jauh tentang bentuk-bentuk ekpresi yang lebih baik dan ekpresi yang lebih
buruk serta mencari defenisi yang berimbang mengenai pembicaraan khusus tentang
Tuhan.
Adapun periodesasi perkembangan Ilmu Teologi sebagaimana diungkapkan
Juhaya S. Praja terbagi menjadi tiga yaitu: “Dalam sejarahnya teologi mengalami
tiga orde, orde pertama ahli teologi bertugas untuk menggambarkan Tuhan,
manusia dan dunia sebagaimana apa adanya. Ketika muncul kesadaran konsep-konsep
teologis secara fundamental adalah bangunan imajinatif, bukan abtraksi atau
generalisasi, atau deduksi dari persepsi-persepsi. Orde kedua, teologi berupaya
memberi jawaban atas orientasi dalam kehidupan, bagaimana manusia menghadapi
kebutuhan-kebutuhannya dalam menghadapi kehidupan. Dan orde ketiga mendirikan
bangunan untuk melayani kebutuhan manusia kontemporer.”
Berdasarka uraian diatas maka dapat kami simpulkan bahwa : Manusia
adalah mahluk yang berketuhanan yaitu memiliki naluri untuk mencari Tuhannya, dalam
upaya pencarian tersebut mereka melibatkan manusia dan alam sebagi alat untuk
mencari kebenaran yang hakiki.
- Kehendak
Mutlak Tuhan
Dalam menjelaskan kemutlakan kekuasaan dan kehendak
Tuhan, al-Asy’ari menulis dalam Al-Ibanah bahwa Tuhan tidak tunduk kepada
siapapun, diatas Tuhan tidak ada suatu zat lain yang dapat membuat hukum dan
dapat menentukan apa yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh dibuat Tuhan.
Tuhan bersifat absolut dalam kehendak dan kekuasaannya, seperti kata al-Dawwani
Tuhan adalah maha pemilik yang bersifat absolut dan berbuat apa saja yang
dikehendakinya didalam kerajaan-Nya dan tak seorangpun yang dapat mencela
perbuatan-Nya.
Dalam hubungan ini al-Baghdadi mengatakan boleh saja
Tuhan melarang apa yang telah diperintahkan-Nya dan memerintahkan apa yang
telah dilarang-Nya. Al-Ghazali juga mengeluarkan pendapat yang sama Tuhan dapat
berbuat apa saja yang dikehendakinya, dapat memberiakan hukum menurut
kehendak-Nya, dapat menyiksa orang yang berbuat baik jika dikehendakinya dan dapat
memberikan upah kepada orang kafir jika yang demikian dikehendaki-Nya.
Perbedaan
pendapat pada manusia adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Jika
manusia sejak kecilnya memandang alam sekitarnya dengan pandangan filosofis, sementara
pandangan orang berbeda-beda, maka kelanjutan ialah bahwa gambaran dan
imajinasi manusia juga berbeda-beda.
Kehendak mutlak Tuhan yang telah digambarkan diatas
perlu kiranya ditegaskan bahwa yang menentukan batasan-batasan itu bukanlah zat
selain dari Tuhan, karena diatas Tuhan tidak ada suatu zat pun yang lebih
berkuasa. Tuhan adalah diatas segala-galanya dan batasan-batasan itu ditentukan
oleh Tuhan sendiri dan dengan kemauan-Nya sendiri pula.
Maka pendekatan teologi dalam kehendak mutlak Tuhan yang dimaksud disini
adalah pembahasan materi tentang ekisistensi Tuhan dalam sebuah konsep
nilai-nilai ketuhanan yang terkontruksi dengan baik sehingga pada akhirnya
menjadi sebuah agama atau aliran kepercayaan.
REFERENSI
Harun Nasution, 2002. Teologi Islam
Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : Universitass Indonesia
(UI-Press)
A. Hanafi,
2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru
Haji Abdul Rahman Abdullah, 1997. Pemikiran Islam di
Malaysia dalam Sejarah dan Aliran. Jakarta : Gema Insani Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar