METODOLOGI 'AQLIE
A. Jadal atau Berdebat
Berdebat menurut bahasa berarti berdiskusi atau beradu argument, disini berarti
berusaha untuk menaklukan lawan bicara sehingga seakan-akan ada perlawanan yang
sangat kuat terhadap lawan bicara serta usaha untuk mempertahankan argumen
dengan gigih. Secara Epistimologi, berdebat sebagai mana yang didefinisikan
oleh para ulama sebagai berikut:
- Usaha yang dilakukan sesorang
dalam mempertahankan argumen untuk menghadapi lawan bicara
- Cara yang berhubungan dengan pengukuhan
pendapat atau madzhab
- Membandingkan berbagai dalil
atau landasan untuk mencari yang paling tepat. Perdebatan memiliki dua
sifat; dengan cara yang baik dan dengan cara yang tidak baik.
Ø Menurut Islam debat terbagi dua
yaitu :
- Debat yang disyariatkan, yaitu
yang bertujuan mencari dan menjunjung kebenaran, sehingga dapat menjadi sarana
penyampaian dakwah
- Debat yang tercela, yakni yang
bertujuan hanya ingin menang, membela diri atau kelompoknya, tak ada niat
untuk mencari kebenaran.
Ø Adab dalam berdebat yang sesuai
dengan landasan syar’ie adalah sebagai berikut :
- Luruskan niat, mencari redha
Allah dan membela kebenaran
- Jujur, jauhi kedustaan
- Berbekal ilmu
- Mengembalikan perselisihan
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
- Menahan diri dari emosi
- Tampakkan rasa cinta dan
persaudaraan sebelum, ketika, dan setelah dialog
- Jaga lisan, jauhi ucapan kotor
Ø Adab Berdebat dalam Islam
Diantara adab berdebat yang telah diwasiatkan oleh para lama adalah :
- Mengedepankan
ketakwaan kepada Allah, bermaksud taqarrub kepada-Nya dan mencari
ridha-Nya dengan menjalankan perintah-Nya
- Harus
diniatkan untuk memastikan kebenaran sebagai kebenaran dan membatilkan
yang batil. Bukan karena ingin mengalahkan, memaksa dan menang dari lawan
- Tidak
dimaksudkan untuk mencari kebanggaan, kedudukan, meraih dukungan,
berselisih dan ingin dilihat
- Harus
diniatkan untuk memberikan nasihat kepada Allah, agama-Nya dan kepada
lawan debatnya
- Harus
berdebat dengan metode yang baik dan dengan pandangan dan kondisi yang
baik.
Ø Memahami Konsep Perdebatan
Didalam kitab Risalah
al-Mustarsyidin menceritakan perihal seorang lelaki yang datang kepada setengah
daripada hukamak, lelaki tersebut berkata: Aku ingin berjadal (berdebat) dengan
kamu. Hukamak tersebut menjawab : Kamu boleh berdebat dengan aku sekiranya kamu
menepati sepuluh syarat ini yaitu : Jangan marah, tidak mencoba mencari
masalah, jangan kamu berbangga, jangan kamu menghukum, jangan ketawa, jangan menjadikan
dakwaan kamu sebagai dalil, apabila kamu mendatangkan dalil, tujuan daripada
perkara tersebut ialah untuk mencari kebenaran, apabila kamu menggunakan akal,
gunakanlah ia sebagai untuk menerangkan sesuatu, hendaklah kamu menjadikan
kebenaran itu barang yang berharga untuk umat Islam dan janganlah kamu
berpaling kepada orang lain kerana aku sedang bercakap dengan kamu.
- Taklim
Taklim berasal dari suku kata ta’līm
(تعليم) dalam bahasa
Arab merupakan masdar dari kata kerja ‘allama (علم) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi
Ensiklopedi, 1994: 1035).
Ø
Cas Bateri Dakwah dan Ta’lim
Kewajipan menyampaikan ilmu dan menyebarkannya :
·
Dakwah dan ta’lim adalah kerja
para Nabi
الَّذِينَ
يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا
اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
Artinya : “Mereka menyampaikan ilmu Allah dalam keadaan takut kepada-Nya
saja, tidak takut kepada siapapun, dalam menyampaikan kebenaran…” (QS. al-Ahzab
: 39)
·
Pengajar al-Quran adalah
sebaik-baik muslim
·
Menyampaikan al-Quran dan
Hadith adalah wajib, menyembunyikannya adalah dilaknat dan dimasukkan kedalam
Api Neraka Jahannam lalu memakan api
·
Wajib bagi yang mendengar ilmu
menyampaikan kepada yang tidak hadir mendengar ilmu tanpa membedakan ia alim
atau tidak alim. Apalagi sekiranya ia seorang alim
·
Wajib bagi awam menyampaikan
fatwa alim yang dipercayainya
·
Menyebarkan ilmu-ilmu Islam,
mendapat pahala jihad, haji dan menghapuskan dosa-dosa
·
Hidup dengan ilmu dan ta’lim
dan dakwah menyelamatkan dari kekeliruan, kesesatan dan fitnah.
C.
Tafakkur
Tafakkur artinya renungan, perenungan, memikirkan
atau menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh. Didalam Al Qur’an terdapat
ayat-ayat yang menggalakkan tafakkur tentang penciptaan Allah, diantaranya
firman Allah : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.” (Ali Imran : 190). Sebagaimana firman Allah: “Di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya” dari awal Al-Qur’an hingga akhir, maka marilah
kita kaji cara-cara tafakkur tentang sebagian tanda-tanda kekuasaan tersebut.
Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah manusia yang tercipta dari
nuthfah (setetes mani), sesuatu yang paling dekat denganmu adalah dirimu
sendiri, didalam dirimu terdapat berbagai keajaiban yang menunjukkan keagungan
Allah. Sepanjang hidupnya manusia tidak sanggup mengungkap sepersepuluhnya.
Kemudian Dia menyebutkan bagaimana setetes mani itu Dia jadikan
“segumpal darah”, kemudian “segumpal darah” Dia jadikan “segumpal daging”
kemudian “segumpal daging” itu Dia jadikan tulang. Firman Allah: “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ….” (Al
Mu’minun: 12-14)
Setetes mani dan renungkanlah keadaannya pertama kali dan bagaimana
ia telah menjadi makhluk manusia, Renungkanlah seandainya jin dan manusia
bersatu untuk menciptakan setetes mani menjadi pendengaran, penglihatan, akal,
ilmu, ruh, tulang, urat nadi, syaraf, kulit atau rambut. Apakah mereka mampu
melakukannya? Bahkan seandainya mereka ingin mengetahui hakekatnya dan cara
penciptaannya setelah Allah menciptakan hal tersebut niscaya mereka juga tidak
sanggup melakukannya.
Kemudian Dia membuka kedua telinganya dan meletakkan cairan pahit
untuk melindungi pendengarannya dan menolak seranggga darinya dan memagarinya
dengan daun telinga untuk menghimpun suara lalu mengembalikannya kealat
pendengarannya, disamping untuk merasakan rayapan serangga. Di dalam telinga
juga terdapat lekukan-lekukan agar orang yang tengah tertidur segera terbangun
bila ada serangga atau sesuatu yang masuk kedalamnya.
Kemudian Dia memunculkan hidung ditengah wajah dengan bentuk yang
sangat indah, membuka kedua lubangnya dan meletakkan indera penciuman
didalamnya. Kemudian Dia membuka mulut dan meletakkan lidah didalamnya sebagai
juru bicara dan pengungkap apa yang ada didalam hati. Kemudian Dia menciptakan
dua bibir dengan bentuk dan warna yang sangat indah untuk menutup mulut dan
menyempurnakan keluarnya huruf-huruf pembicaraan.
Kemudian Dia menciptakan tenggorokan dan mempersiapkannya sebagai
sarana keluarnya suara. Kemudian Dia menciptakan pangkal tenggorokan dalam
berbagai bentuk dan ukuran sehingga melahirkan perbedaan suara. Kemudian Dia
menghiasi kepala dengan rambut dan pelipis. Kemudian perhatikanlah bagaimana
Allah memberinya kemampuan, akal, dan hidayah secara bertahap hingga baligh dan
sempurna lalu menjadi puber, dewasa, kemudian tua dan kemudian tua renta.
Sekarang perhatikanlah zhahir manusia dan batinnya, perhatikanlah
badan dan sifat-sifatnya niscaya Anda mengetahui berbagai keajaiban dan
penciptaan yang menimbulkan decak kekaguman. Semua itu adalah ciptaan Allah
dalam setetes air mani yang menjijikkan, dari sini kita bisa melihat keagungan
ciptaan-Nya dalam setetes air, bagaimana Mahabijaksana-Nya dalam penciptaan dan
pengaturan semua hal tersebut? Janganlah Anda mengira bahwa satu partikel dari
kerajaan langit terlepas dari kebijaksanaan dan aturan-Nya, bahkan ia merupakan
penciptaan yang paling cermat, akurat dan lebih rumit ketimbang peciptaan tubuh
manusia, bahkan penciptaan benda-benda dibumi tak bisa dibandingkan dengan
berbagai keajaiban kerajaan langit.
Apabila Anda telah mengetahui cara tafakkur tentang diri Anda maka
tafakkurlah tentang bumi yang menjadi tempat tinggal Anda, kemudian tentang
gunung-gunungnya dan tambang-tambangnya. Kemudian meningkatlah kepada kerajaan
langit, sedangkan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya dibumi ialah Dia
menciptakan bumi sebagai hamparan, menjadikan-nya mudah bagi manusia untuk
berjalan disegala penjurunya, memancangkan gunung-gunung didalamnya sebagai
pasak yang mencegah keruntuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar