HADIS
DAKWAH
MEDIA
DAKWAH
DOSEN
PENGAMPU :
Dr.
H. Wajidi Sayadi, M. Ag
DISUSUN OLEH :
Maryamatul Munawwarah
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM (KPI)
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
MEDIA
DAKWAH
Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri katanya aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ
رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرُ هُ بِيَدِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَا نِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَ لِكَ اَضْعَفُ الْلاِ
يْمَا نِ
“Barang siapa diantara kalian yang melihat
kemungkaran, maka rubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan lisan,
jika tidak mampu lagi, maka dengan hatilah. Yang demikian itu merupakan
serendah-rendahnya Iman” (HR. Muslim).
Penjelasan
Kata مَنْ رَاَى مِنْكُمْ(Barang
siapa yang melihat diantara kalian), melihat disini maksudnya harus menyaksikan
atau meyakini kebenaran informasi mengenai kemungkinan itu, tidak boleh hanya
disandarkan pada isu, gossip, dugaan atau asumsi.
مُنْكَرًا
Kemungkinan meliputi semua yang bertentangan dengan
yang diridhoi Allah, melanggar ketentuan agama, melakukan larangan-larangan
dalam agama Islam. Semua kemungkarang sekecil apapun pasti mengandung bahaya,
jangan pernah memandang remeh masalah larangan agama, sebaliknya semua kebaikan
sekecil apapun pasti mengandung manfaat.
فَلْيُغَيِّرُ هُ Rubahlah,
untuk merubah seseorang harus diperhatikan situasi dan kondisi orang yang
bersangkutan. Cara merubah dalam hadis diatas ada tiga macam cara yaitu :
·
Merubah dengan tangan.
Kata tangan disini mengandung makna denotatif tangan yang sebenarnya,
pengertian yang kedua makna konotatif yakni tangan bermakna kekuasaan.
Kekuasaan yang dimaksud bagi para pemimpin adalah pemerintah membuat UUD,
peraturan daerah, intruksi Presiden dan peraturan pemerintah.
·
Merubah dengan lisan.
Ini lebih banyak diarahkan dalam bentuk pesan, ceramah, wasiat dan lain-lain
yang umumnya dilakukan oleh para ustadz.
·
Merubah dengan hati.
Maksudnya dengan berdoa dalam hati, inilah yang banyak dilakukan oleh
masyarakat awam pada umumnya.
A. Pengertian
Media Dakwah
Secara
Bahasa, kata media berasal dari bahasa Latin “Medius” yang berarti tengah,
perantara atau pengantar, dalam
bahasa Arab media diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran islam) kepada mad'u.
Media dakwah merupakan salah satu
unsur yang sangat penting diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Sebab sebagus
apapun metode, materi dan kapasitas seorang dai tanpa didukung dengan sebuah
media yang tepat seringkali hasilnya kurang efektif. Menurut Aminuddin Sanwar
(1986 : 77-78) dalam literatur (www.ruangtirta.blogspot.com/2012/05/harmonisasi-dakwah-dan-media-massa.html,
akses tanggal 20 April 2013), secara rinci menyebutkan media
dakwah ada 3 yaitu:
- Dakwah
melalui saluran lisan, yaitu dakwah secara langsung dimana da’i
menyampaikan ajakan dakwahnya kepada mad’u
- Dakwah
melalui saluran tertulis, yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan melalui
tulisan-tulisan
- Dakwah
melalui alat visual, yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan dengan melalui
alat-alat yang dapat dilihat dan dinikmati oleh mata manusia.
- Peranan
Media Dakwah
Dalam artian sempit media dakwah
dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah atau yang populer didalam proses
belajar mengajar disebut dengan istilah "alat peraga". Alat bantu
berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang
tercapainya tujuan, artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat
mencapai tujuan.
- Alasan
Pentingnya Media Dakwah
Dakwah adalah suatu proses yang
kompleks dan unik, kompleks artinya didalam proses dakwah mengikut sertakan
keseluruhan aspek kepribadian, baik bersifat jasmani maupun rohani. Sedangkan
unik artinya didalam proses dakwah sebagai objek dakwahnya terdiri dari
berbagai macam perbedaan, seperti berbeda dalam kemampuan, kehendak, sifat,
kebudayaan, ideologi, filsafat dan sebagainya. Proses dakwah tersebut agar
mencapai tujuan yang efektif dan efesien, da'i harus mengorganisir
komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat, salah satu komponen
adalah media dakwah.[1]
Hadis tersebut diatas (HR. Muslim) menjelaskan
diantarnya mengenai cara penanganan kasus :
A. Dakwah dengan tulisan
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah ia menyebutkan:
فَجَا
ءَ ٌرَجُلٌ مِنْ اَهْلِ الْيَمَنِ فَقَا لَ ا كْتُبْ لِي يَا رَسُوْلَ اللّهِ.
فَقَا لَ ا كْتُبُوا لاَبِي فُلاَ نٍ
Artinya:
“Seorang laki-laki dari Yaman datang dan meminta kepada Rasulullah, catatkanlah
untukku wahai Rasulullah! Beliau menjawab dan meminta para sahabat, Tuliskanlah
untuk ayah si Fulan” (HR. Bukhari).
Abdullah
Ibn Abbas memberitakan bahwa :
اَنَّ رَ سُوْلَ اللّهِ صَلَّي اللّهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ
بِكِتَا بِهِ رَجُلاً وَاَمَرَهُ اَنْ يَدْفَعَهُ اِلَي عَظِيْمِ ا لْبَحْرَيْنِ
فَدَفَعَهُ عَظِيْمٌ ا لْبَحْرَيْنِ اِلَي كِسْرَي فَلَمَّ قَرَاَهُ مَزَّقَهُ
فَحَسِبْتُ اَنَّ اَبْنَّ الْمُسَيَّبِ قا لَ فَدَعَ عَلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللّهِ
صَلَّي اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ يُمَزَّقُوْا كُلُّ مُمُزَّقِ (البخا ري)
Artinya:
“Rasulullah saw mengutus sesorang (Abdullah Ibn Hudzaifah as-Sahmi)
mengantarkan surat beliau kepada pembesar negeri Bahrain (al-Munzir ibn as-Sawi)
kemudian oleh pembesar Bahrain surat itu dikirimkannya kepada raja Persia
(Ibrawiz ibn Hurmuz ibn Anusyirwan) setelah raja tersebut selesai membaca surat
itu lalu dirobek-robeknya. Saya merasa bahwa ibn Musayyap mengatakan, karena
perbuatan raja Persia itu Rasulullah saw mendo’akan semonga kerajaan mereka
dirobek-robek pula oleh Allah sampai hancur sama sekali” (HR. Buqhari).
Dakwah
Nabi saw dengan tulisan atau surat menyurat sebagian dari media dan dakwah.
Para ahli sejarah telah mencatat tidak kurang dari 105 surat Nabi saw yang
pernah dikirimkan kepada para tokoh atau pembesar suatu Negeri. Dalam
pelaksanaan aktivitas dakwah bi al-qalam, seorang ulama sangat memegang peranan
penting dan menentukan suatu keberhasilan, untuk itulah seorang mubaligh tidak
hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan,
tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan
dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya.
Dakwah bil qolam atau berdakwah lewat tulisan ini jelas memiliki
kelebihan yang
sangat banyak menurut salah satu referensi yang penulis dapatkan dalam sebuah
literatur (http://alqolamupi.blogspot.com/2012/05/jadi-dai-dengan-menulis.html,
akses tanggal 21 April 2013) yaitu :
- Siapapun bisa melakukannya selama
memiliki azzam untuk menjadi
da’i lewat menulis, tulisan kita dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi
orang lain dan menjadi salah satu amal yang tak akan putus-putusnya meski
kita telah meninggal, selama ilmu yang terkandung dalam tulisan kita
mencerahkan dan diamalkan banyak orang. Para da’i yang berjuang lewat
tulisan setara dengan para syahidin, karena diakhirat kelak tinta para
da’i akan ditimbang seberat darah manusia yang syahid.
- Dakwah lewat tulisanpun lebih
membutuhkan kerja cerdas dalam mengolah kata-kata dan menuangkannnya lewat
tulisan,
jadi bukan
hanya menyuguhkan tulisan yang padat akan ilmu tetapi juga bagaimana
caranya mengemas tulisan kita agar disajikan dengan menarik kepada
pembaca. Ini jelas bukan hal yang mudah tetapi seiring dengan proses maka
kita akan menemukan gaya tulisan kita dan dapat membedakan tulisan yang
menarik dan tidak, selain itu kitapun belajar berbahasa dan aturan dalam
membuat tulisan.
- Bagi kita kaum muda, menulispun
bisa menjadi bentuk aktualisasi diri kita dimasyarakat, apalagi
jika kita rajin mengirimkan tulisan kita dimedia, baik berupa opini, kisah
ataupun karya fiksi. Kita tak pernah tahu bahwa ternyata tulisan kita
telah menginspirasi, mencerahkan dan menambah ilmu pengetahuan bagi orang
lain.
Jika berdakwah
dengan tulisan, maka harus dilakukan dengan :[2]
- Keikhlasan
Tulisan akan lebih bermanfaat
berlimpah apabila kita meniatkannya murni dalam berpengabdian kepada Allah swt,
tidak ada yang lebih berharga didunia dan diakhirat nantinya kecuali karya kita
selalu dibaca oleh generasi muslim setelah kita dan tulisan yang didasari
dengan keikhlasan akan mempunyai efek yang signifikan bagi para pembaca. Itulah
amal jariah, pahala kita selalu mengalir walaupun kita telah meninggalkan dunia
fana ini, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw melalui sahabat Abu Hurairah r.hu
“Ada amal baik seorang muslim yang akan tetap mengalir meskipun dia sudah
meninggal dunia, yaitu ilmu yang dia ajarkan, anak yang shalih, karya yang dia
wariskan atau masjid yang dia bangun, rumah yang dibangun untuk musafir,
saluran irigasi yang dia buat dan sedekah yang dia keluarkan ketika dia masih
hidup dan sehat” (Hr.Ibnu Majah). Sehingga dengan hadis di atas kita
termotivasi untuk selalu menulis dan menulis, berkarya dan berkarya dengan
dasar keikhlasan.
- Kesabaran
Ingatlah bahwa menulis adalah tugas
mulia, tetapi tanpa disertai kesabaran menjadi kurang sempurna, sebab kesabaran
adalah instrumen untuk melahirkan karya. Tanpa kesabaran kita akan banyak
mengeluh karena tulisan kita tidak dimuat dimedia, tanpa kesabaran kita akan
mencaci komputer yang tiba-tiba errror ketika kita menulis. Bisa jadi hari ini
kita adalah penulis dengan kategori biasa-biasa saja, tetapi dengan penuh
kesabaran dan penuh ketekunan, kita akan mendapat pertolongan dari Allah swt,
karena hal itu telah menjadi janji Allah bahwa dia akan selalu menolong dan
meyertai orang yang sabar.
- Rendah Hati
Dengan penuh ketawadhu’an, ilmu
dalam bidang penulisan akan mampu kita kerjakan, sadarlah bahwa ilmu bagaikan
air dan air hanya akan mencari tempat yang lebih rendah. Ilmu penulisanpun akan
penuh kesuksesan jika kita mau tawadhu’ dengan mereka yang ahli dibidang
tulisan, ingatlah para penulis yang sukses adalah mereka yang penuh kerendah
hatian terhadap orang yang telah mengajarinya.
- Dakwah dengan Lisan
Pada zaman Rasulullah SAW, proses
penyampaian dakwah banyak dilakukan melalui dakwah bil-lisan (ucapan)
dan dakwah bil-hal (perbuatan). Dakwah bil-lisan yaitu
dakwah yang dilakukan dengan kata-kata, seperti ceramah, pidato dan khutbah.
Sedangkan dakwah bil-hal yaitu dakwah yang dilakukan melalui perilaku
atau perbuatan yang nyata, seperti kepribadian yang baik, pembangunan panti
asuhan, dan lain-lain.[3]
Dakwah bil lisan adalah suatu teknik atau metode
dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seseorang da’i atau
Mubaligh pada waktu aktivitas dakwah menurut (Asmuni Syukir, 1983 :
104) . Dalam buku lain, dakwah bil lisan diartikan sebagai tata cara
pengutaraan dan penyampaian dakwah dimana berdakwah lebih berorientasi pada
berceramah, pidato, tatap muka dan sebagainya (Husein segaf, 1988 : 8).
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dakwah bil lisan adalah metode dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i dengan
menggunakan lisannya pada saat aktivitas dakwah melalui bicara yang biasanya
dilakukan dengan ceramah, pidato, khutbah, dan lain lain.
Pada tahap awal kebudayaan manusia kegiatan membaca
dan menulis belum ada. Maka dari itu, dakwah dilakukan dengan metode dakwah bil
lisan. Mereka mengajarkan dan menjelaskan pada masyarakat tentang
prinsip-prinsip kebenaran. Lalu hal-hal yang telah diajarkan tersebut diamalkan
dan disampaikan pula pada generasi-generasi berikutnya sebagai tradisi hingga
suatu ketika karena suatu hal tertentu, maka prinsip-prinsip tersebut
terlupakan sehingga tidak dilanjutkan.
Seiring perkembangan zaman, metode dakwah semakin
banyak dan semakin beragam apalagi disertai dengan munculnya alat-alat
elektronik. Namun hal tersebut tidak membuat dakwah bil lisan berhenti karena
setiap manusia pasti dikaruniai lisan oleh Allah SWT, beberapa hal yang
termasuk dakwah bil lisan :[4]
·
Qaulan ma’rufan, yaitu
dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari yang disertai misi agama, yaitu
agama Allah, agama Islam, seperti menyebarluaskan salam, mengawali pekerjaan
dengan membaca basmalah, mengakhiri pekerjaan dengan membaca hamdalah, dan
sebagainya
·
Mudzakarah, yaitu
mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam beribadah maupun dalam
perbuatan
·
Nasehatuddin, yaitu
memberi nasehat kepada orang yang sedang dilanda masalah kehidupan agar mampu
melaksanakan agamanya dengan baik, seperti bimbingan penyuluhan agama yang kini
sudah berkembang di radio-radio dan sebagainya
·
Majelis Ta’lim, seperti
pembahasan bab-bab dengan mengunakan buku atau kitab dan disertai dengan dialog
tanya jawab
·
Penyajian Umum, yaitu
menyaji materi dakwah di depan umum. Seperti ceramah atau khutbah, isi dari
materi dakwah tidak terlalu banyak, tetapi menarik perhatian pengunjung. Cara
seperti ini termasuk cara yang efektif dan efisien untuk dilakukan bagi seorang
da’i
·
Mujadalah atau
argumentasi yaitu dakwah dilakukan dengan cara berdebat disertai alasan-alasan,
diakhiri dengan kesepakatan bersama dan menarik suatu kesimpulan.
Dakwah bil lisan dapat dilakukan dengan banyak hal,
bahkan dari hal kecil seperti mengucap salam, membaca basmallah dan lainnya.
Sebenarnya dakwah bil lisan itu mudah dengan demikian diharapkan para umat
muslim dapat mengaplikasikan dakwah bil lisan sebagai bagian dari kebiasaannya
dalam kehidupan sehari-hari dan lebih senang untuk berdakwah kepada semua
orang.
Adapun
Media dakwah melalui lisan menurut (Didin Hafidhuddin, hlm 85) adalah Khutbah
Jum’at. Dalam khutbah jumat, paling tidak bisa dilihat dari dua sisi, sebagai
ibadah khusus yang berhubungan erat dengan shalat jumat dan sebagai media
dakwah yang berkaitan erat dengan pembinaan umat. Sebagai media dakwah dan
media pembinaan umat, materi khutbah dan khotibnya sendiri, harus dipersiapkan
dengan baik. Apalagi jika diperatikan, khutbah jumat merupakan salah satu pembinaan
yang bersifat indroktiner yang harus didengar dengan baik dan tekun oleh para
jamaah, diam dan insat (diam dan mendengarkan) hukumnya wajib.
Sebagai media
dakwah, khutbah jumat bisa menjadi
media terprogram dengan muatan yang berkesinambungan dari minggu ke
minggu,karena shalat jumat dilaksanakan rutin seminggu sekali.isi dari khutbah
pun dapat disesuaikan dengan kebuthan jamaah.Hal ini didukung khotib yang
mempunyai berbagai pengetahuan khususnya pengetahuaan keislaman.Sejarah penting
dalam perkembangan islam,dan masalah-maslah keyakinan, yaitu masalah yang
sedang actual sehingga apa yang disampaikan oleh khotib bisa bisa memberi
inpirasi pada jamaah dalam menyikapi masalah-masalah yang dihadapi.Melalui
khutbah jumat,Pembinaan umat bisa dilaksanakan secara rutin dengan tema yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
C. Dakwah
dengan Audio Visual
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Mas’ud Ra ia berkata:
Artinya:
Nabi saw pernah membuat suatu garis persegi empat (bujur sangkar) dan mengaris
tengah dipersegi empat tersebut dan satu garis diluar garis segi empat tersebut
serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis
tersebut. Lalu Beliau bersabda : “Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya
yang telah menitarinya atau yang mengelilinginya dan yang diluar ini adalah
cita-citanya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintang-rintangnya jika ia
berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka
garis ini akan mengenainnya” (HR.Bukhari).
Media
yang berupa audio visual seperti teater, film dan televisi. Media ini dapat
dipakai untuk menerangkan idea atau pesan dengan metode modern seperti cerita
atau kisah yang dibacakan, bisa juga berupa pagelaran drama, media ini harus
benar-benar mendapat perhatian karena kelebihannya yang dapat menggapai sasaran
sampai kerumah-rumah dan bisa dibawa kemana saja dan kapan saja. Dakwah melalui
alat audio visual, yaitu alat yang dipakai untuk menyampaikan pesan dakwah yang
dapat dinimati dengan mendengar dan melihat diantaranya :
a) Radio
Menurut
Ensiklopedi Indonesia radio yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan
gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi, artinya yaitu
penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah
dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Radio adalah media
elektronik yang paling dini dan sudah dipakai sejak lama serta sudah dikenal
masyarakat, media ini
memiliki kelebihan yaitu :
·
Daya pancar yang luas
hingga bisa mengunjungi pemirsa yang jauh bahkan sampai ke kamar-kamar mereka
·
Berifat mobil dan mudah
dibawa kemana-mana, dimobil, diladang atau pun dihutan
·
Tidak menuntut perhatian
yang besar bagi pendengar dan pesan akan tetap mengalir begitu saja sehingga
menemani pendengarnya tanpa harus berhenti dari pekerjaan
·
Mudah dimiliki, harga
terjangkau, biaya produksi murah
·
Tidak akan ditinggal
orang karena sifatnya yang bisa menjadi sahabat dalam berbagai kegiatan.
Melihat
kelebihan ini, nampaknya radio patut mendapat perhatian untuk dijadikan media
dakwah, berbagai format dakwah bisa digarap dengan pesan-pesan yang menarik dan
edukatif.
Radio
merupakan salah satu sarana berdakwah yang efektif, apalagi disegala penjuru
bisa menjangkau dakwah dengan adanya radio, bagi masyarakat pada umumnya yang
kurang mampu, pasti mengerti dan memahami radio dan fungsinya. Salah satu
fungsi radio itu jika dimasukan untuk berdakwahpun sangat bermanfaat dan
efektif, radio pada zaman sekarang ini sudah hampir tertinggal dengan media
lain, namun radio masih sangat efektif dan tepat untuk berdakwah bagi
masyarakat yang kurang mampu karena radio bisa dijangkau oleh segala kalangan.
Dakwah melalui radiopun bisa dilakukan pada zaman sekarang ini, karena semodern
apapun zaman sekarang ini masih ada masyarakat yang terbelakang dan belum
menjangkau media-media elektronik yang canggih.
b) Televisi
Televisi
merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama
suara melalui kabel atau ruang, sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah
cahaya dan suara kedalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali kedalam
cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar. TV sebagai media dakwah,
sangatlah efektif dengan kelebihannya sebagai sebagai audio visual yaitu selain
bersuara, juga dapat dilihat, penggunaan TV sebagai media tentu saja bisa
dilakukan dengan membuat program-program tayangan bermuatan pesan dakwah, baik
berupa drama, ceramah, film-film ataupun kata-kata hikmah. Kelebihan televisi sebagai media
dakwah sebagai berikut :
·
Media televisi memiliki
jangkauan yang sangat luas sehingga ekspansi dakwah dapat menjangkau tempat
yang lebih jauh
·
Media televisi mampu
menyentuh mad’u yang heterogen dan dalam jumlah yang besar
·
Media televisi mampu
menampung berbagai varian metode dakwah sehingga membuka peluang bagi para da’i
memacu kreatifitas dalam mengembangkan metode dakwah yang paling efektif.
c) Internet
Internet
adalah jaringan computer luas yang menghubungkan pemakai komputer satu komputer dengan komputer lainnya dan dapat berhubungan
dengan komputer dari
suatu Negara ke Negara diseluruh dunia. Dakwah via internet merupakan barang baru yang secara langsung
berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal, media ini dapat menghubungkan antar individu penduduk dunia tanpa mengenal
batas media ini akan sangat baik jika digunakan sebagai sarana dakwah. Berbagai kemungkinan bisa
dibuat untuk dakwah
dengan media ini :
·
Mailing list. Membuat mail langanan buat siapa
saja yang hendak mendapatkan brosur atau artikel-artikel dakwah
·
Membuat layanan website dengan memberikan informasi
dan ilmu-ilmu keagamaan
·
E-book. Penyediaan
buku elektronik yang bisa dibaca, dicopy atau pun diprint
·
Layanan Tanya jawab masalah-masalah agama dan
berbagai persoalan kehidupan dengan pendekatan agama
·
Chating room. Menyediakan layanan untuk
mengobrol via internet yang berhubungan dengan dengan masalah agama
·
Forum diskusi. Membuat forum diskusi jarak jauh,
dimana seseorang bisa mengajukan sesuatu permasalahan yang ditanggapi oleh
anggota lainnya.
d) Media
Cetak
Media dakwah
dalam Islam sangat banyak dan beraneka ragam bentuknya. Pada media cetak
misalnya, penggunaannya dalam berdakwah berupa
tulisan-tulisan yang mengarah kepada perbaikan maasyarakat. Adapun bentuk media
cetak yang dapat digunakan dalam berdakwah adalah buku-buku, surat kabar, bulletin, tabloid, majalah dan
lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmuni Syukir, 1983. Dasar-Dasar
dan Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas
Husein segaf, 1988. Pedoman
Pembinaan Dakwah Bil Hal, Jakarta : Ditjen Bimas urusan Haji
Mohjamal dalam artikel onlinenya Metode
Dakwah, 21 Februari 2010 dengan alamat http://zonta.blogdetik.com/2010/02/21/metode-dakwah/,
akses tanggal 21 April 2013
Asep
Muhyidin, 2002. Metode Pengembangan Dakwah Bandung : Pustaka Setia
Didin Hafidhuddin. Dakwah Aktual, Jakarta : Gema Insani
www.ruangtirta.blogspot.com/2012/05/harmonisasi-dakwah-dan-media-massa.html,
akses tanggal 20 April 2013
akses tanggal 21 April 2013
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/26/kemuliaan-ajakan-melalui-tulisan-daripada-lisan-442165.html,
akses tanggal 20 April 2013
Syairil Fadli, “Ragam Bahasa
Buletin Jum’at Himmah STAIN Palangka Raya Dalam Perspektif Filsafat Bahasa
Biasa Wittgenstein” pada Jurnal
Kajian Islam Volume 2 Nomor 2, 2010, h. 125
[2]http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/26/kemuliaan-ajakan-melalui-tulisan-daripada-lisan-442165.html,
akses tanggal 20 April 2013
[3] Syairil
Fadli, “Ragam Bahasa Buletin Jum’at Himmah STAIN Palangka Raya Dalam
Perspektif Filsafat Bahasa Biasa Wittgenstein” pada Jurnal Kajian Islam Volume 2 Nomor
2, 2010, h. 125.
[4]
Mohjamal dalam artikel onlinenya Metode Dakwah, 21 Februari 2010 dengan
alamat http://zonta.blogdetik.com/2010/02/21/metode-dakwah/,
akses tanggal 21 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar