Minggu, 21 Februari 2016

HATI (QALBU)


Kata Pengantar


            Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, kami mohon perlindungannya dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan segala kekhilafan yang kami lakukan. Apa bila Allah berkenan member petunjuk kerpada hamba-Nya, maka tidak seorangpun dapat menyesatkan dan menghalanginya, dan barang siapa yang dijadikan sesat oleh-Nya, tidak seorangpun dapat meluruskannya.
            Dimensi ruhani seorang muslim, yakni Qalbu, ruh dan jiwanya adalah eksistensi terdalam yang senantiasa membutuhkan kecerdasan spiritual, ia sekaligus merupakan wahana bagi pembinaan iman, islam dan ihsan setiap pribadi muslim. Oleh sebab itu penulis berusaha mendorong kita untuk kembali mengkritisi aspek psikis, melalui penyucian jiwa dari segala bentuk kecenderungan nafsu dan atribut syaithaniah yang memalingkan kita dari segala hal selain Allah swt.







Pontianak, Juli 2012
                                                                                     
Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………….,,,…..…...........1
Daftar isi……………………………………………………….……….…….2
BAB I Pendahuluan…………………………………………..………………3
A.    Latar belakang………………………………………………………...3
B.     Rumusan Masalah…………………………………………….………3
BAB II Hati…………………………………………………………….……..4
A.    Berbagai Macam Hati dan Kreterianya………………………………4
B.     Ciri-ciri Hati yang Sakit………………………………………………4
C.     Ciri-ciri hati yang Sehat………………………………………………5
D.    Faktor Penyebab Sakitnya Hati………………………………………5
E.     Empat Macam Racun Hati……………………………………………5
F.      Kiat Menjadikan Hati Tetap Hidup…………………………………..6
G.    Bahaya Hati yang Keras…………………………………….………..8
BAB III Penutup……………………………………………………………...11
A.    Kesimpulan………………………………………………….………..11
B.     Saran……………………………………………………….…………11
Daftar Pustaka……………………………………………………………….12







BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Sesungguhnya bila hati itu telah menjadi keras, maka dunia akan menjadi paling banyak menyita perhatiaan baginya, mungkin sebagian orang islam merasakan fenomena yang sangat berbahaya ini, ia pun telah berusaha untuk mengobatinya dan kembali pada satu kehidupan yang islami. Akan tetapi hal itu dirasakan sangat sulit baginya, kalaupun bisa kembali pada kehidupan yang islami, ia pun susah untuk bersikap istiqomah, hal ini disebabkan kerena hatinya telah menjadi keras, hitam, dan lemah. Inilah yang juga menjadi penyebab mengapa seorang muslim tidak tergugah hatinya ketika dibacakan ayat-ayat al-qur’an atau hadis Rasulullah saw.

B.     Rumusan Masalah

Ø  Apa sebab-sebab hati menjadi keras?
Ø  Bagaimana mengobati hati yang keras?










BAB II
HATI

A.    Berbagai macam hati dan kreterianya
            Hati manusia juga memiliki komponen sifat hidup dan mati, dalam konteks ini ada tiga klasifikasi hati manusia :
1.      Qalbun Shahih, yaitu hati yang sehat dan bersih dari setiap nafsu yang menentang perintah dan larangan Allah, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Karenanya hati ini murni penganbdian ubudiahnya kepada Allah swt, baik pengabdian secara karsa, cinta, berserah diri, taubat, maupun takut akan siksaaannya.
2.      Qalbun Mayyit, ini kebalikan dari qalbun shahih, hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak menyembah-Nya apalagi mencintainya, akan tetapi ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan memperturut keinginannya, walaupun hal ini menjadikan Allah murka dan marah ia tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadapnya, sebab ia telah mengabdi kepada selain Allah.
3.      Qalbun Maridh, yaitu hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun didalamnya tersimpan benih-benih penyakit. Kadang-kadang ia “Berpenyakit” dan kadang-kadang pula hidup secara normal bergantung ketahanan “Kekebalan” hatinya.
            Jadi, hati yang pertama adalah hati yang hidup, merendahkan diri, lemah-lembut dan memiliki dasar-dasar pemahaman yang dalam, hati yang kedua adalah hati yang beku dan telah mati dan tipe hati yang ketiga merupakan tipe hati yang sakit, boleh jadi ia dekat pada jalan keselamatan atau mungkin pada kehancuran dan kerusakan.

B.     Ciri-ciri Hati yang Sakit
            Tanda-tanda spesifik hati yang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit atau pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan, dan diantara tanda-tanda hati yang sedang sakit yaitu berpaling dari “Menu-menu utama hati” yang brguna demikebaikannya, namun yang dipilihnya justru menu-menu yang kotor dan meracuni.
C.    Ciri-ciri hati yang sehat

·         Apa bila hati pergi meninggalkan dunia ini dan berdomisili dialam akhirat, sehingga seakan dia termasuk penduduknya.
·         Jika dia tertinggal wiridnya dari al-qur’an atau dzikir, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi melebihi sakitnya orang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangannya.
·         Dia senantiasa merindukan untuk mengabdikan diri dijalan Allah seperti rindunya seseorang kepada orang yang sangat ia sayangi.
·         Apa bila tujuan hidupnya hanya satu, yaaitu taat kepada Allah swt.
·         Bila sedang melakukan sholat, maka sirnalah semua kegundahannya pada kenikmatan dunia yang semu itu.
·         Sangat menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakannya melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil menjaga hartanya.
·         Tidak pernah terputus dan malas untuk mengingat Allah.
·         Lebih mengutamakan pada pencapaian kualitas dari satu amal perbuatan dari pada kuantitasnya.
D.    Faktor Penyebab Sakitnya Hati
            Penyebab timbulnya penyakit dihati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati, fitnah-fitnah tersebut dapat berupa : Fitnah syahwat, dimana reaksinya sangat keras sampai dapat merancukan tujuan hidup dan iradah seseorang dan yang lainnya adalah fitnah keragu-raguan yang menyebabkan kacaunya persepsi dan ‘iktikad.
            Disini Rasulullah membagi hati manusiamenjadi dua kelompok berdasarkan fitnahnya:
v  Hati yang ketika melihat fitnah langsung menyerapnya sebagaimana tanah kering menyerap air, maka ia ternoda oleh jelaga hitam.
v  Hati yang putih bersih, terpancar dari benderangnya cahaya iman, jika dilihatkan padanya fitnah, maka sesegera mungkin ia berpaling dan menhindarinya, sehingga cahayanya kian terang-benderang.
E.     Empat Macam Racun Hati
v  Berlebihan dalam berbicara
            Disebutkan dalam musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda yang atrinya : “Tidak akan lurus keimanan seseorang berbicarahamba sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lidahnya.
v  Berlebihan dalam memandang sesuatu
Berlebih-lebihan dalam memandang sesuatu bisa menimbulkan angan-angan indah dan menggoreskan kenangan yang sulit terlupakan dan pada gilirannya akan merusak kesucian hati.
v  Berlebihan dalam makan
            Sedikit makan akan melunakkan hati, menguatkan pemahaman, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah, sedangkan banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat sebaliknya.
v  Berlebihan dalam bergaul
            Itulah penyakit akut yang membawa bencana berbagai keburukan, betapa tragisnya suatu pergaulan justru merampas kenikmatan yang telah ada, karenanya pula timbul benih-benih permusuhan dan kebencian yang terpendam hingga menyesakkan rongga-rongga dada. Namun rasa itu sulit dihindari terutama oleh hati yang sudah terluka, sebab memang berlebih-lebihan dalam pergaulan dapat mendatangkan kerugian didunia dan diakhirat.
F.     Kiat Menjadikan Hati Tetap Hidup
Ø  Dzikrullah dan tilawah qur’an
            Al-imam Syamsuddin Ibnul Qayyim menyebutkan dalam kitabnya al-wabilus shayyib, beliau mengatakan “Sesungguhnya dzikir adalah makan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah dia bagaikan tubuh yang terhalang untuk memperoleh makan pokok. Dan diantara faedah dzikrullah ialah :
·         Dapat mengusir pengaruh dan mematahkan serta menundukkan syaithan.
·         Membebaskan diri dari belenggu kelalaian dan kesalahan.
·         Sebagai obat bagi kekerasan hati
§  Macam-macam dzikir
            Ada bermacam-macam cara berdzikir, diantaranya dengan menyebut asma’, sifat-sifat atau dengan memuji kebesaran-Nya, seperti mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, dan la ilaha illallah, juga dapat berupa pemberian penjelasan tentang hokum, asma’ dan sifat-Nya misalnya berkata “Allah swt selalu mendengar suara hambanya dan memantau gerak-geriknya” atau dengan cara menyebut perintah dan larangannya, misalnya “Sesungguhnya Allah memerintahkan ini dan melarang itu”.
            Pada umumnya, penyakit hati terdiri dari syubhat (ajaran yang samar-samar, meragukan) dan syahwat, dan dalam al-qur’an terdapat obat penawar penyakit ini. Adapun manfaat dari al-qur’an yang dapat digunakan sebagai penyembuh penyakit akibat syahwat dikarenakan dalam al-qur’an sendiri telah mengandung hikmah dan petunjuk yang baik dengan mengajak berzuhud didunia dan memberikan motifasi untuk akhirat.
Ø  Beristigfar
            Hakikat beristigfar adalah untuk memohon ampunan dan penjagaan dari keburukan yang diakibatkan oleh dosa –dosa dan sering kali penyebutan kata istigfar diserai dengan penyampaian tobat, jika demikian adanya maka kata istigfar memiliki makna memohon ampunan dengan lisan.
            Aisyah ra berkata :” Beruntunglah orang yang mendapatkan buku catatan amal perbuatannya memuat istigfar yang banyak”. Qatadah berkata “Sesungguhnya al-qur’an ini member petunjuk kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya, adapun penyakit-penyakitmu adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istigfar”.
            Dengan kata lain, bahwa terapi bagi hati yang sakit adalah dengan memperbanyak istigfar.
Ø  Do’a
            Allah berfirman dalam qs. Al-mukmin :60 yang artinya : “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan do’amu. Dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada kita agar berdo’a kepada-Nya dan Dia akan mengabulkan permohonan hamba-Nya. Betapa Dia menjadokan permohonan hamba-Nya untuk segala hajat dan keperluannya sebagai ibadah kepada-Nya, Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk meminta kepada-Nya dan Allah akan mencela orang yang mengabaikan do’a, orang-orang seperti itu dikatakan oleh Allah sebagai orang yang sombong.
§  Tata Cara Berdo’a
            Hendaklah dipilih waktu-waktu yang makbul dan paling utama untuk memanjatkan do’a, seperti hati ‘arofah, pada bulan ramadhan, hari jum’at dan waktu sahur, atau pada kondisi-kondisi yang istimewa bagi Allah, misalnya pada saat turun hujan, waktu berijtihad dijalan Allah dimedan pertempuran dan tatkala bersujud dalam sholat.
Ø  Bershalawat Kepada Nabi saw
            Rasulullah bersabda yang diriwayatkan Abu Hurairah artinya :”Barang siapa tyang bershalawat untukku satu kali, maka Allah akan memberinya rahmad sepuluh kali lipat”. Al-Iraki berkata : Tidak hanya sebatas itu saja, tetapi Allah akan menambahkannya dengan menulis sepuluh kebaikan dan menghapus darinya sepuluh keburukan dan mengangkat sepuluh derajat”.
Ø  Qiyamullail
            Diantara nash-nash Qur’ani yang menjelaskan tentang qiyamullail adalah qs. Al-muzammil : 20 yang artinya :” Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam atau sperdua malam atau sepertiganya……….”.
            Selain itu juga dikuatkan oleh hadis yang berasal dari Aisyah yang berkata :” Adalah Rasulullah saw melakukan diantara sholat isya dan shalat fajar sebanyak sebelas rakaat, yang setiap dua rakaat diakhiri dengan salam kemudian berwitir pada satu rakaat terakhir”. Ibnu Munkadir berkata :” Bagiki kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara yaitu : Qiyamullail, bersilaturrahmi dengan ikhwan dan shalat berjamaah.
G.    Bahaya Hati yang Keras
            Sesungguhnya bila hati itu telah menjadi keras, maka dunia akan menjadi paling banyak menyita perhatiaan baginya, mungkin sebagian orang islam merasakan fenomena yang sangat berbahaya ini, ia pun telah berusaha untuk mengobatinya dan kembali pada satu kehidupan yang islami. Akan tetapi hal itu dirasakan sangat sulit baginya, kalaupun bisa kembali pada kehidupan yang islami, ia pun susah untuk bersikap istiqomah, hal ini disebabkan kerena hatinya telah menjadi keras, hitam, dan lemah. Inilah yang juga menjadi penyebab mengapa seorang muslim tidak tergugah hatinya ketika dibacakan ayat-ayat al-qur’an atau hadis Rasulullah saw.
v  Sebab-sebab hati menjadi keras
§  Melupakan kematian, sakaratul maut, alam kubur, dan kerepotam didalamnya, siksa dan nikmat kubur, padahal alam kubur tempat akhirat pertama kali.
§  Terlalu mencintai dunia dan tenggelam didalamnya, serta menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya.
§  Lupa dari dzikrullah dan lupa membaca kitab-kitabnya, seolah-olah ia hanya membaca majalah karena tidak pernah memikirkan ancaman, dan berita-berita yang ada didalamnya.
§  Suka bergaul dan duduk-duduk dengan orang-orang yang banya bergurau dan tertawa dan orang-orang yang lupa akan kematian.
§  Terlalu banyak dosa dan maksiat, sehingga kemaksiatan itu sudah menjadi terbiasa baginya.
v  Ciri-ciri hati yang keras
§  Tidak terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya seperti kematian, ayat-ayat kauniah, keajaiban-keajaiban yang terjadi didepan matanya setiap saat.
§  Rasa cintanya terhadap kenikmatan dunia semakin bertambah, kesuksesan duniawinya dianggap sebagai ukuran dalam hal dicintai dan dibeenci oleh orang lain dan pada akhirnya ia terjebak pada sikap hasud, egoistis dan bakhil.
§  Berlambat-lambat untuk melakukan amal kebaikan terutama dalam hal ibadah, bahkan mungkin ia bersikap sembrono dalam melaksanakan sebagian ibadahnya.
§  Sesumgguhnya kemaksiatan-kemaksiatan baginya akan menumbuhkan kemaksiatan yang semisal dengannya dan melahirkan kemaksiatan yang lain.
§  Lemahnya keinginan untuk melakukan amal shalih dan bertaubat, hingga hal itu nyaris tidak ada didalam dirinya.
§  Lemahnya sikap penganggungan kepada Allah dan rasa takut kepada-Nya serta tidak peduli terhadap kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukannya.
§  Kesedihan yang dialami oleh orang yang hatinya keras hampir-hampir tidak dapat menenangkan kehidupannya.
§  Kewajiban dan kefardhuan yang ditetapkan Allah kepadanya terasa sangat berat dipunggungnya.

v  Bagaimana Mengobati Hati yang Keras
            Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila kita berada dalam kondisi sakit, ini artinya kita sedang berada dalam keadaan bahaya, baik didunia maupun nanti diakhirat, berikut ini sarana untuk mengobati hati yang sakit sebagaimana yang telah dijelaskan olh para ulama, antara lain :
§  Mau mengambil pelajaran dari peristiwa kematian dan hal-hal yang menyusahkan ketika sudah mati, dalam hal ini Rasulullah saw bersabda :”Perbanyaklah kalian mengingat mati”. Kematian itu dapat memutuskan kenikmatan dan memisahkan dari kekasih. Oleh sebab itu hendaknya kita semua sibuk untuk mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menemuinya, sebab kematian itu adalh akhir dari tempat kehidupan dunia dan awal dari kehidupan akhirat.
§  Menyaksikan orang yang sedang sakaratul maut. Sesungguhnya sakaratul maut itu kondisi yang sangat kritis sehingga para sahabat, tabiin, waliyullah dan orang-orang shalih pun merasa tersentak karena takut, sebab disaat detik-detik tyerakhir ini para syaitan akan mengumpulkan segala kekuatan dan tipu dayanya untuk menggoda manusia. Sesungguhnya menyaksikan orang-prang yang sedang sakaratul maut dan melayani mereka ketika ruh mau keluar itu sangat besar artinya sebagai pelajaran bagi kita, sebab semua manusia tidak lama lagi akan mengalami seperti itu.
§  Ziarah Kubur. Sesungguhnya ziarah kubur itu sangat penting bagi orang muslim, terutama bagi orang-orang yang hatinya keras, sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan kematian. Dengan begitu seseorang akan memikirkan bagaimana keadaan orang-orang yang sudah meninggal dialam kubur.
§  Membayangkan terjadinya hari kiamat dan huru-haranya. Jika ada seseorang ingin kembali kedunia dan mau menghabiskan seluruh umurnya untuk ketaatan kepada Allah, maka katakanlah bahwa dulu ada orang yang saleh yang pernah menggali liang kubur didekat rumahnya setiap kali hatinya merasa keras.
§  Memikirkan bahwa dunia itu sekedar rumah singgah bagi orang asing dan orang yang sedang melakukan perjalanan, sedangkan tempat tinggal yang hakiki adalah akhirat, surge atau neraka.
§  Selalu ingat Allah dengan lidah dan hatinya. Supaya orang hatinya tidak keras maka hendaknya ia selalu memikirkan ayat-ayat Allah, keagungan kekuasaan-Nya dan perasaan selalu butuh kepada Allah.
§  Memperbanyak membaca al-qur’an. Agar hati seseorang tidak sampai keras, maka hendaklah ia membaca al-qur’an, memikirkan janji-janji dan ancaman Allah, perintah dan larangannya.
§  Selalu mengerjakan sholat tepat pada waktunya. Sebaiknya ia mengerjakan sholat secara berjamaah dimasjid.
§  Menghadiri majlis para ulama dan pemberi nasehat. Untuk mengobati hati yang keras seseorang perlu menghadiri majelis para ulama, orang-orang shalih serta mau mengkaji sejarah Nabi Muhammad, para sahabat, tabiin, dan para mujtahidin.
§  Berhati-hati untuk tidak banyak berbicara. Untuk mengobati hati yang keras seseorang harus berhati-hati agar jangan sampai banyak berbicara, bergurau, tertawa terbahak-bahak yang tidak ada gunanya.
§  Memperbanyak istigfar. Untuk mengobati hati yang keras seseorang hendaknya memperbanyak istighfar, terutama membaca sayyidul istughfar sebagaimana yang diajarkan Nabi saw.
§  Memperbanyak berdo’a dan bertadharru’ (memohon sungguh-sungguh) dan merendahkan diri kepada Allah.

BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
            Hubungan hati dengan organ-organ tubuh lainnya laksana raja yang bertahta diatas singgasana yang dikelilingi oleh para penggawanya, seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya. Dengan kata lain, bahwa hati itu bahwa hati itu adalah reaktror pengendali atau remote control sekaligus komando terdepan. Oleh sebab itu, semua anggota tubuh berada dibawah komando dan dominasinya, dihati inilah anggota badan lainnya mengambil keteladanannya dalam ketaatan dan penyimpangan, organ-organ tubuh lainnya selalu mengikuti dan patuh dalam setiap keputusannya.

B.     Saran
            Mengenai hati ini, saran saya ialah jangan sampai hati kita menjadi keras dan sulit untuk mendapatkan hidayah Allah, karena menurut saya hati adalah segala-galanya, meskipun zaman terus berkembang dan hal-hal baru akan bermunculan yang dan dapat mengakibatkan hati sulit untuk istiqomah. Jadi, semoga apa pun yang terjadi dialam dunia ini tidak menggentarkan hati kita untuk tetap teguh berpegang pada syariat.






DAFTAR PUSTAKA


Amir Said Az-Zaibari, 2002. Manajemen Kalbu, Yogyakarta : Mitra Pustaka.
Ahmad Faried, 2004. Menyucikan Jiwa, Surabaya : Risalah Gusti.
H. M. Amir Syukur, Ma dan Dra. Hj. Fathimah Usman, M. Si, 2008. Terapi Hati. Semarang : Pustaka Nuun
Mahjuddin, 2000. Pendidikan Hati, Jakarta : Kalam Mulia.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, 2004. Amalan Hati, Jakarta : Maktabah Abiyyu





Tidak ada komentar:

Posting Komentar