Senin, 22 Februari 2016

Metode dan Metodologi Dakwah (Maryamatul Munawwarah 1113111006)



  1. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan, cara), dengan demikian kita dapat mengartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa mertode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode, sedangkan dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud (Munzir Suparta dan Harjani Hefni, 2009 : 6).
Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau ilmuan yaitu :
  1. Pendapat Bakhial Khaudi, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.
  2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian didunia dan diakhiat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amr ma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penegak dalam dinamika masyarakat Islam.
Dari pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan seorang dai kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.[1]
Jadi menurut penulis, dakwah adalah suatu aktifitas yang dilakukan dengan sadar menyeru kepada kebaikan  untuk mengubah perilaku seseorang dalam bentuk lisan tulisan maupun tingkah lakunya.
Dakwah tidak sekedar menyampaikan sesuatu kepada orang lain, tapi sesungguhnya dakwah itu mempunyai metode dan tatacara  tersendiri yang harus diketahui dan dimengerti oleh setiap orang, agar dakwah itu sendiri bisa tertata dengan rapi sehingga apa yang disampaikan oleh dai dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain dan untuk selanjutnya agar dakwah itu sendiri bisa berhasil secara maksimal menurut (www.makalahkuliah.com/2012/05/metode-dakwah-menurut-al-quran-dan.html, akses tanggal 28 Februari 2013).
      Diantara sekian metode dan tatacara berdakwah, Al-Qur’an dan As-Sunnah sendiri telah mengajarkan diantaranya :
a.       Dakwah Bil Hikmah
           Artinya dengan kebijaksanaan. Oleh karena itu bagi  para da’i, setiap ucapan dan perkataan yang dilontarkan haruslah berlandaskan al-qur’an dan sunnah, terlebih pada sikap dan tingkah lakunya haruslah sesuai dan cocok dengan ajaran-ajaran al-quran dan sunnah, karena setiap ucapan, perkataan, sikap, dan tingkah laku seorang dai itu akan selalu dilihat dan dipantau oleh orang lain untuk kemudian dijadikan teladan bagi mereka.
b.      Dakwah Bil Khasanah
            Artinya nasehat yang baik. Keterangan ini memberikan pelajaran bagi setiap da’i bahwa dalam menyampaikan dan memberi nasehat hendaklah dengan cara yang baik dan yang sesuai dengan keadaan mereka, tidak semata-mata hanya keinginan sendiri dan disukai.
c.       Dakwah Bil Lisan
Dakwah bi al-lisan yaitu penyampaian infoermasi atas dasar dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subjek dan objek dakwah) yang dimaksud dengan efektifitas dakwah bi al-lisan disini adalah apakah ceramah-ceramah agama yang dilakukan para da’I itu mempunyai manfaat nyata atau hanya sekedar informasi verbal yang kurang member pengaruh terhadap objek dakwah (Siti Muriah, 2000 : 72).
      Karena seorang  da’i identik dengan ceramah, maka seorang dai harus bisa mengolah kata-kata sehingga menarik dan dapat dipahami, apalagi seorang da’i melihat kemungkaran haruslah segera bertindak, akan tetapi jangan gegabah dalam mengambil tindakan, hendaklah mengingatkan dengan ucapan yang lembut dan halus terlebih dahulu.
d.      Dakwah Bil Yadd
      Maksudnya disini adalah kekuasaan atau jabatan. Artinya seorang dai yang mempunyai kedudukan dimasyarakat bahkan berpendidikan tinggi itu lebih disegani dan dihormati oleh masyarakat, sehingga nantinya dakwah akan lebih mudah dan gampang.
e.       Dakwah Bil Qolbi
      Hal lain yang tidak kalah pentingnya bagi seorang da’i adalah senantiasa berdoa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain agar di berikan kemudahan dalam berdakwah dan bagi orang lain semoga senantiasa diberikan keteguhan dan petunjuk kejalan yang lurus dan untuk selanjutnya meninggalkan kemaksiatan dan bertaubat.[2]
      Selain dari pada itu, ada pula metode yang ditempuh Ulama dalam berdakwah yaitu:
  1. Dakwah Fardiah, merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh.
  2. Dakwah Ammah, merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato), ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.
  3. Dakwah bit-Tadwin, memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang da’i sudah wafat. [3]
Dalam dua buah literatur yang penulis temukan pemaparannyapun sama persis yakni aplikasi metode dakwah rasulullah menurut (Munzier Suparta dan Harjani Hefni, 2009 : 6 dan www.rizkywulandariqywe.blogspot.com/2012/03/metode-dakwah-islam-yang-benar.html, akses tanggal 28 Februari 2013). Metode-metode dakwah itu dapat  diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya :
·         Pendekatan Personal, pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui.
·         Pendekatan Pendidikan, pada masa Nabi dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
·         Pendekatan Diskusi, pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai audience.
·         Pendekatan Penawaran, cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
·         Pendekatan Misi, maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tenaga para da‟i kedaerah-daerah diluar tempat domisili.

  1. Metodologi Dakwah
Pengertian metodologi dakwah menurut ibu Cucu Nurjamilah, M. Ag pada mata kuliah Ilmu dakwah ialah : Metodologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari method (cara atau jalan) dan logos (teori atau pengertahuan sistematis), ia semula dianggap bagian dari cabang logika, kemudian dewasa ini dikenal sebagai bagian baru dalam bidang filsafat sistematis. Secara sederhana metodologi dapat diartikan studi tentang metode pada umumnya, baik metode ilmiah maupun bukan, metode yang dikaji dalam metodologi mengandung arti sesuatu tata cara, tekhnik atau jalan yang telah dirancang atau dipakai dalam proses intelektual guna memperoloh pengetahuan jenis apapun, baik pengetahuan akal sehat, humanistik dan historis atau pengetahuan filsafati dan ilmiah.
Namun, menurut penulis metodologi dakwah adalah cara yang dilalui seorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah keislamannya atau cara seorang da’i dalam penerapan pendekatan dakwah.
Aktualitas dari NSQ yang memadukan berbagai aliran teori pengetahuan itu disebut metode ilmu dakwah yang meliputi :
a)      Metode (manhaj) istinbath yaitu proses penularan (istidlal) dalam memahami dan menjelaskan hakikat dakwah dari al-qur’an dan al-hadis yang produknya berupa teori utama ilmu dakwah.
b)      Metode (manhaj) iqtibas yaitu proses penalaran (istidlal) dalam memahami dan menjelaskan hakikat dakwah atau realitas dakwah atau donotasi dakwah dari islam actual, empiris, historis atau islam yang secara empiris hidup dalam masyarakat.
c)      Metode (manhaj) istiqra yaitu proses penalaran (istidlal) dalam memahami dan menjelaskan hakikat dakwah melalui penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan mengacu kepada teori utama dakwah (istinbath) dan teori turunan dari teori utama (iqtibas).
Jika ditelaah lebih mendalam, ketiga metode tersebut nampaknya hendak mengakomodasi ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu sosial modern. Dalam disiplin ilmu fiqh, pola pemahaman dan pemaknaan itu dibedakan kedalam tiga kelompok utama yaitu :
1)      Pola penalaran bayani (thariq al-istinbath al-bayani) yaitu pola penafsiran nash yang bertumpu pada arti kata (dilalat) dan kaidah kebahasaan.
2)      Pola penalaran ta’lili (thariq al-istinbath al-ta’lili) yaitu pola penafsiran nash yang bertumpu pada illat.
3)      Pola penalaran istislahi (thariq al-istinbath al-istislahi) yaitu pola penafsiran nash yang berusaha mengehimpun berbagai ayat dan teks hadis yang saling berkaitan dan kemudian darinya ditarik suatu prinsip utama.
  1. Macam-Macam Metodologi Dakwah
Seorang  pendakwah harus sungguh-sungguh dalam memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk memahami kenyataan yang melingkupinya. Seorang da’i harus memahami persoalan yang sedang dihadapinya, bukan hanya pada permukaannya tapi sampai kejantung masalah. Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang pasti dan benar yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan demikian menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An Nasafi.
Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut. Selain pembagian seperti diatas, terdapat pembagian lain seperti yang di kemukakan oleh Dr. Moh. Ali Azizi, M.Ag menurut beliau pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga, yaitu: Dakwah lisan (dawah bi al-lisan), dakwah dengan tulisan ( dawah bi al-qalam ) dan dakwah dengan tindakan ( dawah bi al-hal).
Berdasarkan bentuk-bentuk dakwah tersebut maka metode dakwah dapat  diklasifikasikan sebagai berikut:
a)      Metode Ceramah. Metode ceramah atau muhadlarah atau pidato merupakan cara yang telah dipakai oleh semua Rasul Allah dalam menyampaikan ajaran-Nya, sampai sekarangpun metode ini paling sering digunakan oleh pendakwah sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia. Umumnya, ceramah diarahkan kepada sebuah publik, lebih dari seorang, sifat komunikasinya lebih banyak searah (monolog) dari pendakwah kepada audiensi. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat ringan, informatif dan tidak mengundang perdebatan dan dialog yang dilakukan juga terbatas pada pertanyaan,bukan sanggahan.
b)      Metode Diskusi, ini dimaksudkan untuk bertukar pikiran tentang suatu keagamaan sebagai pesan dakwah antara beberapa orang dalam tempat tertentu. Dibandingkan dengan metode lainnya, metode diskusi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain:
·         Suasana dakwah akan tampak hidup, sebab semua peserta ikut mencurahkan perhatiannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
·         Dapat menghilangkan sifat-sifat individualistis dan diharapkan akan menimbulkan sifat-sifat yang positif pada mitra dakwah seperti toleransi, demokrasi, berpikir sistematis dan logis.
·         Materi akan dipahami secara mendalam.
·         Metode konseling.
·         Metode karya tulis.
·         Metode pemberdayaan masyarakat.
·         Metode kelembagaan.
Metodologi dakwah merupakan salah satu unsur yang perlu di pelajari seorang dai dalam berdakwah agar menjadi lebih tepat dan efisen dalam mencapai tujuan dakwah. Hal ini disebabkan keanekaragaman objek dakwah yang menuntut variasi cara dan metode yang efektif dan efisien (www.dakwah-islam.org/metodologi-dakwah.html, akses tanggal 28 Februari 2013).

DAFTAR PUSTAKA
Munzier Suparta dan Harjani Hefni, 2009. Metode Dakwah, Jakarta : Kencana Media Group
Siti Muriah, 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta : Mitra Pustaka
www.dakwah-islam.org/metodologi-dakwah.html, akses tanggal 28 Februari 2013



[1] Munzier Suparta dan Harjani Hefni. Metode Dakwah (Jakarta : Kencana Media Group, 2009 Hal 6-7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar