Sabtu, 20 Februari 2016

Rangkuman dari Kunjungan di Pura Mulawarman Pontianak

HINDU (PURA MULA WARMAN)
Oleh: Maryamatul Munawwarah



A.    Asal-Usul  dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu
Pendiri Hindui tidak diketahui dan titik awalnya merujuk pada masa pra-sejarah. Hinduisme juga merupakan tradisi religious utama yang tertua. Menurut Yong Choon Kim, Hindu juga seringkali disebut sebagai agama ahistoris dan nonhistoris, karena tidak memiliki awal sejarah dan tidak ada pendiri tunggal. Menurut tradisi, seseorang tidak dapat menjadi seorang Hindu kecuali ia dilahirkan dalam keluarga Hindu. Sebelum kata “Hindu” dan “Hinduisme” diterima, ada istilah-istilah yang diperkenalkan oleh orang asing, yakni: orang Persia, Yunani dan Inggris. Umat Hindu menyebut tradisi mereka sebagai Vaidika Dharma, Artinya Dharmanya weda.
Agama ini timbul dari bekas–bekas runtuhan ajaran–ajaran Weda dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk–bentuk rupa India purbakala dan berbagai kisah dongeng yang bersifat rohani yang telah tumbuh disemenanjung itu sebelum kedatangan bangsa Arya. Dengan sebab ini para peneliti menganggap Agama Hindu sebagai kelanjutan dari ajaran – ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses evolusinya. Menurut para sarjana, agama hindu terbentuk dari campuran antara agama India asli dengan agama atau kepercayaan bangsa Arya. Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah keIndia dan menundukkan penduduk aslinya serta membentuk suatu masyarakat sendiri diluar pengaruh penduduk asli itu.
B.     Kitab Suci Agama Hindu
      Ada beberapa kitab yang dianggap suci oleh umat Hindu, sebagai berikut:
a)      Veda (baca : Weda), merupakan sastra tertua dalam sejarah peradaban manusia, disusun kembali oleh Byasa (Vyasa – hidup di sekitar abad 18 SM hingga abad 15 SM). Veda dibagi menjadi 4 bagian : Rigweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Keempat weda tersebut juga disebut sebagai Sruti (Yang Didengar). Weda juga dibagi menjadi 4 lagi yaitu Samhita, Brahmana, Aranyaka dan Upanishad.
b)      Vedanga (baca : Wedangga), merupakan alat bantu untuk memahami Weda. Wedangga terbagi 4 pula yaitu :
Siksha (śikṣā): fonetika dan fonologi (sandhi).
Chanda (chandas): irama.
Vyakarana (vyākaraṇa): tata bahasa.
Nirukta (nirukta): etimologi.
Jyotisha (jyotiṣa): astrologi dan astronomi.
Kalpa (kalpa): ilmu mengenai upacara keagamaan.
c)      Ittihasa (Kisah-kisah, Kejadian Nyata), terdiri dari Ramayana ( disusun oleh Resi Walmiki) dan Mahabarata (disusun oleh Resi Vyasa).
a.       Smrti, bukan “wahyu”, melainkan sastra utama. Termasuk kedalamnya adalah: Dharmasastra, atau sastra hukum dan perundang-undangan.
b.      Itihasa, atau sejarah.
c.       Purana, sastra keagamaan.
d.      Sutra.
e.       Agama
f.       Darshana, filsafat Hindu. Yang termasuk didalamnya adalah apa yang disebut Sad Darshana, enam ajaran filsafat Hindu, yaitu:Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, Nyaya dan Vedanta.
d)     Purana (Cerita Kuno), berisi mitologi dan legenda kuno.
e)      Bagavad Gita (Nyanyian Tuhan), bagian dari kisah Mahabarata.
f)       Sutra (Benang), berisi pepatah.

C.    Konsep Ketuhanan
1)      Wujud Tuhan Penjelasan tentang pelukisan Tuhan dalam bentuk patung adalah suatu cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda jatuh cinta pada kekasihnya, sampai tingkat madness (tergila-gila) maka bantal gulingpun dipeluknya erat-erat, diumpamakan kekasihnya., diapun ingin mengambarkan kekasihnya itu dengan sajak-sajak yang penuh dengan perumpamaan. Begitu pula dalam peribadatan membawa sajen (yang berisi makanan yang lezat dan buah-buahan) ke Pura, berarti Tuhan umat Hindu seperti manusia, suka makan yang enak-enak Pura dihias dan diukir sedemikian indah, apakah Tuhan umat Hindu suka dengan seni. Semua sajen dan kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan rasa bhakti kepada Tuhan.
2)      Brahman/ Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain:
a)      Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya
b)      Purushottama atau Maha Purusha
c)      Iswara (dalam Weda)
d)     Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
e)      Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
f)       Dhata: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
g)      Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai
h)      Druhina: yang membunuh raksasa
i)        Viranci: yang menciptakan
j)         Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai
k)      Srsta: yang menciptakan
l)        Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat;
m)    Vedha: ia yang menciptakan
n)      Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu
o)      Visvasrt: ia yang menciptakan dunia
p)       Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.
                  Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:
1.      Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
2.      Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
3.      Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan
4.      Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hidup
5.      Maha suci tidak ternoda
6.      Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada duanya.
7.      Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya (swayambhu).

D.    Ajaran Tentang Atman
   Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/ Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarwa prani (makhluk) di alam semesta ini “Angusthamatrah Purusa ntaratman Sada Jananam hrdaya samnivish thah Hrada mnisi manasbhiklrto Yaetad, viduramrtaste bhavanti. Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.
a)      Percaya Adanya Tuhan ( Brahman/ Hyang Widhi) Tuhan Yang Maha Esa,Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan berbagai nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun Ia hanya satu, Tunggal adanya.
“Ekam eva adwityam Brahma”
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.
“Eko Narayanad na dityo ‘sti kascit”
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya
“Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa”
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Shiwa sebagai pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia Maha Tahu, berada di mana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar dia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.

E.     Hindu Dharma
               Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. Dalam zaman edan saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain2 dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar