Minggu, 21 Februari 2016

ORGANISASI dan PRODUKSI MEDIA MASSA & CITIZEN JURNALISME

Nama   : Maryamatul Munawwarah
Nim     : 1113111006
MK      : Komunikasi Massa
Jurusan : KPI

ORGANISASI dan PRODUKSI MEDIA MASSA & CITIZEN JURNALISME
  1. Organisasi dan Produksi Media Massa
Sejak 10 tahun terakhir, struktur organisasi media massa di Indonesia, baik di bidang redaksi maupun perusahaan tidak lagi seperti media massa cetak pada zaman Orde Baru atau sebelumnya yang begitu sederhana, yang terdiri dari dua bagian besar: bidang redaksi dan bidang usaha.
            Sebagaimana ditulis AM Hoeta Soehoet dalam bukunya Manajemen Media Massa, ada dua bidang didalam manajemen organisasi pers, yaitu bidang redaksi yang dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi, dan bidang usaha dikomandani pemimpin perusahaan, dan diatas mereka ada pemimpin umum atau pemegang saham.
Bidang redaksi dalam organisasi pers mengurusi soal-soal idealism, dalam hal ini adalah mengelola berita dan opini sedangkan bidang usaha mengurusi soal-soal komersial, seperti iklan dan distribusi/sirkulasi penerbitan. Kedua bidang sama-sama penting dan hal ini berlaku hingga sekarang.
            Namun seiring dengan tuntutan pasar yang terus tergerus oleh derasnya teknologi informasi komunikasi, organisasi didalam manajemen media massa, khususnya cetak kini berubah. Organisasi di dalam manajemen media massa memang terkesan lebih besar, namun fungsional dan lebih terukur. Organisasi bidang redaksi pun telah berkembang sedemikian rupa menyesuaikan tuntutan pasar, peluang dan tantangan. Ada organisasi di redaksi yang menangani majalah, tabloid dan buku, juga online, bahkan media digital.


  1. CITIZEN JURNALISME
Jurnalisme Warga atau Citizen Journalism merupakan aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga atau masyarakat awam, oleh masyarakat yang tidak memiliki latar belakang keahlian atau pekerjaan didunia jurnalistik. Aktivitas-aktivitas jurnalistik yang dilakukan adalah aktivitas-aktivitas yang serupa dalam kegiatan jurnalistik, seperti mengumpulkan, reportase, menganalisa, dan mempublikasikan berita maupun informasi.
Berita-berita maupun informasi pada citizen journalism ini cenderung tidak disensor, sehingga kebebasan jurnalis sangat dijunjung tinggi, berita dan informasi ini ditulis berdasarkan apa yang dilihat, dirasakan, dan disaksikan oleh penulisnya sendiri tanpa rekayasa. Seperti kita ketahui kegiatan jurnalistik umumnya dilakukan oleh para pekerja jurnalistik yang berada dibawah atap nama perusahaan media.
Seiring dengan reformasi pada bidang media maka bermunculan para penulis ataupun penggiat jurnalistik yang tidak bekerja untuk kepentingan bisnis media dan umumnya dilakukan oleh masyarakat awam atau warga biasa, inilah yang dimaksud dengan Jurnalisme Warga atau dalam bahasa Inggris disebut Citizen Journalism.
Didukung oleh kemudahan akses dan perkembangan teknologi di Indonesia, hal itu memberikan stimulus pada masyarakat biasa untuk bisa bersuara dan berbagi informasi secara lebih cepat lewat melalui jurnalisme model ini. Berkembangnya jurnalisme warga membuat masyarakat mempunyai banyak alternatif berita dan perspektif tentang sebuah hal dari berbagai pihak. Namun begitu, kegiatan jurnalistik oleh warga ini ada baiknya menerapkan kode etik jurnalistik, yang mana telah menjadi acuan setiap kegiatan jurnalistik.
Kegiatan jurnalisme warga patut disyukuri telah berkembang secara siginifikan kearah lebih luas dalam skala dan lebih membaik, dalam kualitas yang tentu saja berproses menjadi bentuk pelaporan yang lebih baik. Persatuan Pewarta Warga Indonesia adalah sebuah wadah bagi Citizen Journalist diseluruh Indonesia bahkan warga Indonesia diberbagai belahan Dunia manapun.
PPWI sedang megembangkan apa yang dinamakan simpul-simpul Pewarta Warga, simpul-simpul pewarta artinya adalah seorang atau lebih pewarta warga yang telah memiilki kemampuan dan kemauan menulis, memotret, membuat auvi, dalam bentuk pelaporan yang cukup baik. Kemauan serta kemampuan menulis ini dalam lingkup Jurnalisme Warga tentu sedikit berbeda dengan skill dalam lingkup jurnalisme konvensional reguler.
Sebenarnya pemerintah, misalnya saja Kementrian Daerah Tertinggal dapat bersama PPWI untuk lebih mengaktifkan kegatan jurnalisme warga ini, untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal. Kementrian Daerah Tertinggal misalnya saja memiliki sumber daya sarana dan prasarana hingga ke daerah-daerah terpencil, maka bersama PPWI bisa sama-sama mengembangkan simpul-simpul pewarta warga.  
Pewarta warga yang tinggal di kawasan tertinggal dijaring, diseleksi, untuk dibentuk simpul, difasilitasi skill komunikasi, dan PPWI memberikan wahana berupa media citizen jurnalisme dan wahana penting keorganisasian secara Nasional yang memayungi kegiatan pelaporan oleh pewarta itu. Tentu saja simpul pewarta ini adalah bersifat jurnalisme warga artinya warga yang terpilih tersebut telah mengerti bahwa dia bisa melaporkan apa saja kegiatan komunitas di daerahnya yang terpencil, dengan training kit yang PPWI berikan.
Paradigma ilmu menulis nantinya akan berubah, bahwa orang-orang yang tinggal didaerah terpencil pasti akan menuliskan apa yang terjadi didaerahnya dengan satu atau lain jalan dan warta dari pewarta warga didaerah tertinggal ini nantinya akan sampai pula diberbagai media situs web.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar