Senin, 22 Februari 2016

METODOLOGI HISSI (Maryamatul Munawwarah 1113111006)


  1. Qudwah
Qudwah didalam dakwah dan tarbiyah merupakan cara yang paling berkesan, yang paling dekat dengan kejayaan. Sesungguhnya prinsip-prinsip Islam akan lebih mudah diterima apabila para da’i lebih dahulu melaksanakannya berbanding mad’u. Rasulullah saw merupakan suatu gambaran yang hidup bagi mempelajari Islam didalam setiap perkara, manusia melihat Islam itu sendiri pada diri Baginda s.a.w. Beliau merupakan qudwah yang paling agung didalam sejarah insan seluruhnya, jiwa-jiwa manusia bergerak mengikut kadar usaha melaksanakannya dan beramal dengannya.
Al-qudwah al-hasanah yang terbingkai oleh sifat-sifat keutamaan yang tinggi ini mampu memberi motivasi pihak lain bahwa untuk mencapai sifat-sifat yang mulia ini merupakan hal yang dimungkinkan oleh siapapun dan bahwa amal (ketauladanan) ini masih dalam kapasitas yang dapat dijangkau manusia umumnya. Dan yang terpenting adalah bukti perilaku jauh lebih menghujam daripada bukti ucapan.
Diantara contoh qudwah pada peribadi Rasulullah saw yang paling jelas adalah akhlak Baginda sebelum diutuskan sebagai Rasul, beliau dikenali sebelum risalah dengan gelaran al-amin (yang sentiasa berkata benar) dan beliau tidak pernah berbohong. Ketika Saidatina Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah beliau menjawab : “Kana khuluquhul quran (Akhlaknya adalah Al-Quran)” dan “Kana sollahahualaiwasallam quranan yamsyi alal ard (Rasulullah saw adalah Al-Quran yang berjalan diatas muka bumi ini)”.
Faktor yang memberi kesan yang paling besar kepada perkembangan Islam pada zaman Rasulullah saw, para sahabat dan salafussoleh adalah qudwah yang baik dan akhlak yang mulia yang menyentuh hati  para mad’u. Maka qudwah merupakan uslub dakwah yang paling praktikal, ia merupakan dakwah yang bisu yang mampu untuk membuka pintu-pintu hati dan akal manusia dan kesannya kepada jiwa juga lebih hebat berbanding kesan khutbah atau pengajian.
Diantara faedah qudwah yang baik didalam medan dakwah adalah ia lebih mudah untuk diterima oleh jiwa dan contoh atau qudwah yang ditunjukkan lebih memudahkan mad’u untuk memahami perkara tersebut. Qudwah tersebut secara tidak langsung akan mengajak manusia untuk mengikut apa yang didengar dan dipelajari dengan kata-kata.
Sesungguhnya dakwah Islam pada masa kini memerlukan para duat yang cemerlang didalam ilmu, akhlak dan amal kerana ia merupakan misi yang sukar, beban yang  berat, jalan yang panjang, musuh lebih ramai. Kita akan merasakan kesukaran untuk melaksanakan misi ini, manusia akan menerima berdasarkan kepada apa yang kita lakukan, mintalah bantuan daripada Allah untuk membantu kita menang atas diri kita sendiri.
Ø  Prinsip-prinsip ketauladanan yang baik (al-qudwah al-hasanah) :[1]
  • Keiklashan, yaitu seorang muslim meniatkan seluruh tutur kata dan tindakannya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan untuk mengantarkannya kepada surga-Nya. Dan ini merupakan faktor pendorong yang besar dari sekian aspek pendorong lahirnya ketauladanan yang baik, setidaknya ia merupakan pondasi dan esensi keteladanan, dengan demikian seluruh faktor pendorong lainnya dibangun diatasnya
  • Amal shaleh yang selaras dengan prinsip al-ittiba’. Dan bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya bagi orang yang tindakannya menyelisihi Sunnah Nabi saw dan bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya bagi orang yang berbuat bid’ah didalam agama Allah yang sebenarnya bukanlah termasuk yang disyariatkan dan bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya bagi orang yang terang-terangan berbuat kemaksiatan dan amalan buruk lainnya
  • Keselarasan sikap atas ucapan. Bahwa keduanya selalu bergandengan dan selama-lamanya bukanlah al-qudwah al-hasanah namanya, bagi orang yang sikapnya berlawanan dengan penuturannya dan tindakannya dengan perkataannya
  • Tingginya kemauan, maka tingginya kemauan merupakan instrumen pendorong dalam menguatkan ketauladan yang baik dan al-qudwah al-hasanah adalah satu bentuk keistimewaan seseorang. Karenanya bagi sang empunya, hendaknya ia memiliki kemauan yang tinggi dan tekad yang kuat
  • Menghiasi diri dengan akhlaq-akhlaq terpuji dan khususnya untuk pokok-pokok akhlaq seperti kesantunan, kesabaran, kejujuran, keberanian, komitmen, kebijaksanaan, keadilan dan lain sebagainya.

REFERENSI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar