Senin, 22 Februari 2016

METODOLOGI HISSI II (Maryamatul Munawwarah 1113111006)

Merubah Kemunkaran, Mu’jizat Para Nabi dan Drama
A.    Merubah Kemungkaran
Ubah dengan tangan atau ubah dengan hati?
"Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu cegahlah dengan lisannya, dan apabila tidak mampu maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman."  (Hadits riwayat Imam Muslim).
Hadits diatas bukanlah alasan untuk mencegah kemungkaran dengan cara yang kasar, yang tidak mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang menyeru kepada kedamaian, serulah kedamaian dengan cara yang damai “berperang” itu hanyalah keterpaksaan yang harus dilakukan, bukan sebuah pilihan yang utama, itu sebabnya barangkali mengapa perintah perang tidak turun kecuali setelah saat 15 tahun dakwah Nabi saw.[1]
a)      Pelajaran yang terdapat dalam hadith diatas adalah  :[2]
·         Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya
·         Ridha terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa besar
·         Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar
·         Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya keimanan
·         Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya
Selain itu menurut salah satu referensi yang penulis dapatkan yakni dalam (www.amininoorm.wordpress.com/2010/12/04/kewajiban-mengubah-kemungkaran/, akses tanggal 09 Mai 2013) pelajaran yang dapat dipetik dari hadis diatas adalah :
·         Wajibnya beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Sesungguhnya dengan hal itulah kondisi umat manusia dan masyarakat suatu negeri akan menjadi baik
·         Melarang kemungkaran itu bertingkat-tingkat. Barang siapa yang sanggup melakukan salah satunya maka wajib bagi dirinya untuk menempuh cara itu
·         Iman itu bertingkat-tingkat. Ada yang kuat, ada yang lemah dan ada yang lebih lemah lagi.
b)     Fiqh Dakwi dan Tarbawi menurut (www.dakwah.info/quran-hadis/hadis-34-merubah-kemungkaran/, akses tanggal 09 Mai 2013) adalah :
·         Kewajipan berdakwah dituntut keatas setiap individu yang mukalaf dan berdaya
·         Walaupun begitu, bukti iman adalah membenci maksiat dengan hati dan hukumnya adalah wajib keatas setiap individu dan sesiapa yang menyetujui suatu kemungkaran bererti dia bersekongkol dengannya
·         Kemungkaran itu wajib dirubah walau apa-pun keadaannya
·         Saksi tidak boleh diam kerana dia akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah ta’ala atas kesaksiannya terhadap kemungkaran, ketidakadilan, kezaliman dan penyelewengan terhadap agama Allah
·         Wajib belajar cara untuk merubah kemungkaran berdasarkan sunnah Nabi saw
·         Mungkar al-Akbar, al-Ma’ruf al-Akbar. Titik tolak dakwah Islamiyyah ialah memerangi mungkar terbesar (al-munkar al-akbar) sekaligus menegakkan ma’ruf terbesar (al-ma’ruf al-akbar). Dengan kata lain peranan dakwah Islamiyah yang utama ialah meruntuhkan jahiliyyah daripada memimpin alam dan menggantikannya dengan pimpinan Allah SWT
·         Syarat pelaksanaan nahyi munkar ada tiga yaitu :
§  Pertama, ada atau terjadinya kemungkaran. Kemungkaran adalah segala kemaksiatan yang diharamkan atau dilarang oleh Islam
§  Kedua, kemungkaran yang dimaksud hadits diatas dan wajib diperangi adalah perbuatan yang secara qath’i (tegas, eksplisit) dinyatakan sebagai kemungkaran dalam Al-Qur’an atau Sunnah, atau berdasarkan ijma’ dan bukan yang diperselisihkan
§  Ketiga, kemungkaran itu tampak kerana dilakukan secara terbuka dan bukan hasil dari tajassus (mencari-cari kesalahan)
·         Tahapan dalam merubah kemungkaran :
§  Pertama, memberikan kesadaran dan pemahaman
§  Kedua, menyampaikan nasihat dan pengarahan
§  Ketiga, peringatan keras atau kecaman
§  Keempat, dengan tangan atau kekuatan
§  Kelima, menggunakan ancaman pemukulan.



  1. Mu’jizat Para Nabi
Kisah Islamiah kali ini akan menceritakan tentang Mukjizat Tasbih Nabi Yunus.[3]
Nabi Yunus a.s pernah mendapatkan peringatan dari Allah SWT karena telah meninggalkan umatnya. Tubuh beliau dimakan oleh seekor ikan Paus, namun akhirnya Nabi Yunus dimuntahkan kembali dalam keadaan selamat berkat bertobat dan membaca kalimat tasbih.
·         Kalimat Tasbih
Kalimat tasbih yang diucapkan oleh Nabi Yunus a.s terjadi didalam perut ikan paus, Nabi Yunus diuji oleh Allah SWT karena kurang sabar dan telah meninggalkan kaumnya. Dikisahkan bahwa Nabi Yunus a.s diperintah oleh Allah SWT untuk berdakwah pada kaum Ninawa. Negeri Ninawa tersebut adalah negeri yang paling kaya dan besar dimasa itu. Namun sayang, kelapangan rejeki dan kekayaannya yang luar biasa itu justru menyebabkan penduduknya sesat dan tidak beriman kepada Allah SWT, mereka melakukan berbagai perbuatan yang dilarang Allah SWT, diantaranya kemaksiatan menyembah berhala dan tidak mau beriman kepada AllahSWT. Selama bertahun-tahun, Nabi Yunus mengajak umatnya untuk beriman kepada Allah, namun tak ada kaumnya yang mengikuti seruannya, bahkan mendustakan Nabi Yunus.
·         Dimakan Ikan Paus
Karena tak ada kaumnya yang mau beriman kepada Allah, Nabi Yunus akhirnya merasa putus asa dan akhirnya meninggalkan kaumnya disaat ancaman dan azab sudah mulai tampak dilangit. Tak Mau dirinya mendapatkan siksa dan azab Allah akibat perbuatan kaumnya yang tak beriman itu, Nabi Yunus pun segera meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, sepeninggal Nabi Yunus, penduduk Ninawa sedang menyaksikan tanda-tanda siksa akan segera turun sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Yunus, yakni langit tampak menghitam, awan mendung dan hujan lebat tampaknya akan segera turun, merekapun kemudian menyatakan beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang disampaikan Nabi Yunus.
Namun, keimanan dan kesaksian kaum Ninawa tak disaksikan oleh Nabi Yunus yang sudah terlanjur pergi, sebaliknya Nabi Yunus yang meninggalkan umatnya justru mendapatkan kesulitan. Sesaat setelah tiba ditepi pantai, nabi Yunus menumpang sebuah kapal, dalam pelayarannya, tiba-tiba laut bergelombang hebat, bahkan angin bertiup kencang. Karena khawatir akan keselamatan seluruh penumpang, nahkodapun melakukan pengundian agar salah seorang penumpang keluar dari kapal.
Saat pengundian dilangsungkan, nama yang muncul adalah Nabi Yunus, ketika sampai tiga kali dilakukan dan nama yang muncul adalah nama Nabi Yunus terus, akhirnya Nabi Yunus pun harus keluar dari kapal yang ketika itu berada ditengah-tengah lautan. Menyadari semua itu sudah takdir Allah, maka Nabi Yunus pun merelakan dirinya terapung-apung dilaut lepas, atas kehendak Allah, Nabi Yunus pun dimakan seekor ikan paus.
·         Mendapat Ampunan Allah
Dalam perut ikan paus tersebut, Nabi Yunus menyadari akan kesalahannya karena meninggalkan umatnya. Ia pun senantiasa berdoa dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahannya dengan mengucapkan, "Laa ilaha illa Anta, Subhanaka ini kuntu minadh dhaalimin." Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang dholim."
Demikian doa Nabi Yunus dalam perut ikan paus sebagaimana yang menjadi asbabun nuzul surat Al-Anbiyaa' ayat 87. Allah SWT mendengar doa Nabi yunus dan mengampuninya. "Kalau ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit (kiamat)." (QS. Al-Shaafaat: 143-144). Nabi Yunus pun akhirnya dapat keluar dari perut ikan paus setelah ia dimuntahkan kedaratan. Setelah beberapa saat, akhirnya ia kembali ke Ninawa dan mendapat kaum yang beriman, ia pun disambut umatnya yang berjumlah mencapai 100 ribu orang dan umatnya mendapatkan kenikmatan yang luar biasa diwaktu yang telah ditentukan.


REFERENSI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar