Senin, 22 Februari 2016

TEKNIK-TEKNIK DALAM PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 1
TEKNIK-TEKNIK DALAM PENELITIAN
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ibrahim MS, MA



                                      DISUSUN OLEH :
  Maryamatul Munawwarah
1113111006


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
JURUSAN  DAKWAH
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
TEKNIK-TEKNIK DALAM PENELITIAN
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian, teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif maupun kuantitatif, sebab kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Mengumpulkan data memang pekerjaan yang melelahkan dan sulit. Dalam penelitian sosial, bisa jadi petugas pengumpul data berjalan dari sekolah ke sekolah atau dari rumah ke rumah mengadakan interviu atau membagi angket. Suatu saat terkadang sangat mudah menemukan responden atau informan, tetapi pada saat yang lain sangat sulit sehingga menimbulkan keputus asaan. Adapun beberapa cara teknik pengumpulan data yang sering dilakukan ada lima yaitu :
A.    Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden (Sutopo, 2006 : 87) dan angket ini berlaku untuk penelitian kuantitatif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran dalam (Sugiyono, 2011 : 142-144) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
  • Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban
  • Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden
  • Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup, jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan
  • Pertanyaan tidak mendua, jangan memberikan pertanyaan yang mendua sehingga responden sulit menjawabnya
  • Tidak menanyakan yang sudah lupa, jangan menanyakan sesuatu yang membuat responden berfikir berat untuk mengingat-ingatnya
  • Pertanyaan tidak menggiring, jangan sampai membuat jawaban responden menggiring kejawaban yang baik atau jelek saja
  • Panjang pertanyaan, panjangnya pertanyaan akan membuat jenuh responden dalam mengisinya
  • Urutan pertanyaan, sebaiknya membuat pertanyaan dari umum kespesifik
  • Prinsip pengukuran, instrument angket yang diberikan pada responden harus valid dan reabilitas
  • Penampilan fisik angket, usahakan menggunakan kertas yang bagus dan berwarna.
Ø  Prosedur Penyusunan Kuesioner :[1]
  • Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
  • Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner
  • Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal
  • Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

Ø  Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data Angket
Kelebihan dari teknik angket menurut  (Soehartono Irawan : 1995) adalah :
  • Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirimkan melalui pos
  • Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah
  • Angket tidak terlalu menggangu respoden karena pengisiannya ditentukan oleh respoden sendiri sesuai dengan kesedian waktunya.
Kekurangan teknik angket menurut  (Soehartono Irawan : 1995) adalah :
  • Jika angket dikirimkan melalui pos, maka persentase yang dikembalikan relatif rendah
  • Angket tidak dapat digunakan untuk respoden yang kurang bisa membaca dan menulis
  • Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah dan tidak ada kesempatan untuk mendapat penjelasan.
B.     Observasi

Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Supardi, 2006 : 88). Sedangkan menurut (Nan Lin, 1976 : 205) dalam (W. Gulo, 2003 : 116) observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi yang mereka saksikan selama penelitian.

Obrservasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
  • Observasi Partisipan adalah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservas” (Supardi, 2006 : 91)
  • Observasi Non Partisipan adalah proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat” (Margono, 2005 : 161-162).
Burhan Bungin (2007 : 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi yaitu :
  • Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana peneliti terlibat dalam keseharian informan
  • Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi dilapangan
  • Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observaasi juga dibedakan menjadi dua bagian :[2]
·         Observasi berstruktur : Peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tetang tingkah laku apa saja yang harus diamati
  • Observasi tidak berstruktur : Peneliti tidak membawa catatan tingkah laku apa saja yang secara khusus akan diamati.
Fungsi Observasi antara lain :[3]
  • Deskripsi, observasi berguna untuk menjelaskan dan merincikan gejala yang terjadi
  • Mengisi Data, sering kali observasi dilakukan untuk memperoleh data yang dapat diperoleh dengan teknik-teknik penelitian lainnya
  • Memberikan Data yang Lebih Dapat Digeneralisasikan (disederhanakan).
Ø  Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.
Kelebihan observasi adalah :
  • Data yang diperoleh adalah data yang segar
  • Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung
Kekurangan observasi adalah :
  • Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi
  • Beberapa tingkah laku, bahkan bisa membahayakan jika diamati
C.    Wawancara
Metode wawancara adalah “Proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan” (Supardi, 2006 : 99). Wawancara harus diperoleh dalam waktu yang sangat singkat serta bahasa yang digunakan harus jelas dan teratur. Dilihat dari prosedur wawancara, metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
  • Wawancara bebas adalah “Proses wawancara dimana interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer orang yang diwawancarai” (Supardi, 2006 : 100)
  • Wawancara terpimpin, wawancara ini juga disebut dengan interview guide. Ciri pokok wawancara terpimpin adalah bahwa “pewawancara terikat oleh suatu fungsi, bukan saja sebagai pengumpul data tetapi relevan dengan maksud penelitian yang telah dipersiapkan, serta data pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab” (Supardi, 2006 : 100)
  • Wawancara bebas terpimpin adalah “kombinasi antara wawancara bebas dengan terpimpin” (Supardi, 2006 :100). Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang. Pada penelitian ini akan digunakan teknik wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara, dimana sebelum bertemu dengan informan, peneliti akan mempersiapkan berbagai hal yang akan ditanyakan sehingga berbagai hal yang ingin diketahui dapat lebih terfokus. Adapun data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan wawancara tersebut diatas adalah seperti : pelaksanaan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan nilai UAN.
Wawancara dilihat dari bentuk pertanyaannya ada dua yaitu :[4]
  • Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara
  • Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
Ø  Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data Wawancara
Menurut (Mohammad Ali, 1987 : 83) dalam (W. Gulo, 2003 : 119) kelebihan dan kekurangan wawancara sebagai alat penelitian adalah :
Kelebihan wawancara adalah :
·         Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu tanpa dibatasi usia dan kemampuan membaca
·         Data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektifitasnya karena tatap muka
·         Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden (dibanding dengan angket yang kemungkinan diisi oleh orang lain)
·         Pelaksanaan wawancaranya lebih fleksibel dan dinamis, jika responden kurang mengerti pertanyaan maka dapat dijelaskan oleh peneliti

Kelemahan wawancara adalah :
·         Dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang banyak
·         Wawancara sering dilakukan secara bertele-tele
·         Wawancara menuntut kerelaan dan kesediaan responden untuk diwawancarai
·         Wawancara menuntut penyesuaian diri secara mental antara peneliti dan responden
·         Hasil wawancara tergantung kemampuan pewawancara
Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni :[5]
  • Mengenalkan diri
  • Menjelaskan maksud kedatangan
  • Menjelaskan materi wawancara
  • Mengajukan pertanyaan
Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut sebagi inteview schedule, sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide). Untuk mendapatkan penerimaan dan kerja sama dengan responden ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan :[6]
  • Penampilan fisik, termasuk cara berpakaian pewawancara. Penampilan yang baik akan menciptakan kesan yang baik dimata responden
  • Sikap dan tingkah laku pewawancara. Sikap yang baik dan sopan akan menyenangkan responden
  • Identitas. Pewawancara harus mengenalkan dirinya, bila perlu beserta kartu pengenal dan surat tugas
  • Persiapan. Pewawancara harus menguasai apa saja yang akan ditanyakan pada responden
  • Pewawancara harus bersikap netral, tidak mengarahkan jawaban responden. Bila pewawancara merasa kesulitan dalam menggolongkan jawaban responden, tanyakan kepada reponden kategori mana yang menurut responden paling sesuai untuk jawaban itu.
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, terdapat beberapa kiat yang meski dilakukan sebagai berikut :
  • Ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang
  • Cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan
  • Mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius
  • Bersikap hormat dan ramah terhadap informan
  • Tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan  masalah atau tema penelitian
  • Tidak bersifat menggurui terhadap informan
  • Tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung
  • Ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
  1. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadikan dokumen primer (dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatau peristiwa) dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini) contohnya otobiografi.
Menurut (Sugiyono, 2008 : 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan atau menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya.
Ø  Contoh Dokumentasi dalam Penelitian[7]
Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.
Disamping itu dalam penelitian pendidikan, dokumentasi yang ada juga dapat dibedakan menjadi dokumen primer, sekunder, dan tersier yang mempunyai nilai keaslian atau autentisitas berbeda-beda. Dokumen primer biasanya mempunyai nilai dan bobot lebih jika dibanding dokumen sekunder, sebaliknya dokumen sekunder juga mempunyai nilai dan bobot lebih jika dibandingkan dengan dokumen tersier dan seterusnya.
Ø  Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data Dokumentasi
Kelebihan studi dokumentasi menurut (Soehartono Irawan :  2005) ialah :
  • Untuk subjek penelitian yang sukar, studi dokumentasi dapat memberikan jalan untuk melakukan penelitian
  • Tak kreatif. Karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpulan data
  • Analisis longitudinal, menjangkau jauh kemasa lalu
  • Besar sampel. Dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik ini memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar karena biaya yang diperlukan relatif kecil.
Kekurangan studi dokumentasi menurut (Soehartono Irawan :  2005) ialah:
  • Bias, karena dokumen yang dibuat tidak untuk keperluan penelitian, maka data yang tersedia mungkin bias
  • Tersedia secara selektif. Tidak semua dokumen dipelihara untuk dapat dibaca ulang oleh orang lain
  • Tidak lengkap. Karena tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian
  • Format yang tidak baku. Sejalan dengan maksud dan tujuan penulisan dokumen yang berbeda dengan tujuan penelitian, maka formatnya juga dapat bermacam-macam sehingga bisa mempersulit pengumpulan data.
  1. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006 : 73).
Kegunaan FGD ini bagi peneliti adalah dapat mengembangkan data, memahami dan memecahkan topik yang diteliti. Dan dalam FGD biasanya hanya menggunakan 7-11 orang sebagai informannya, selain itu keberhasilan FGD tergantung dari moderatornya.
FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan, ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam  atau observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu mengkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD.
Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok.  Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dan seterusnya. Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali.














REFERENSI
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung : ALFABETA
M.d Supardi, 2006. Metodologi Penelitian, Mataram : Yayasan Cerdas Press
HB Sutopo, 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta : UNS Press
Margono, 2005. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
M. Burhan Bungin, 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Soehartono Irawan, 1995. Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Uma Sekaran, 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Jakarta : Salemba Empat
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung : ALFABETA
Jalaluddin Rakhmat, 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
W. Gulo, 2003. Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Gramedia
Hadi Sabari Yunus, 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer,  Yogyakarta : Pustaka Pelajar



[2] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : ALFABETA, 2011) hlm 146
[3] Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm 84-85
[4] Sugiono, Ibid, hlm 138-140
[5] Hadi Sabari Yunus, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) hlm 358
[6] Soehartono Irawan, Metode Penelitian social, (Bandung : Rosdakarya, 1995)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar