Senin, 22 Februari 2016

Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Maryamatul Munawwarah 1113111006)


Harus diakui bahwa penulisan sejarah Indonesia diawali oleh golongan orientalis yang sering ada usaha untuk meminimalisasi peran Islam, disamping itu usaha para sarjana Muslim yang ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.
Sutau kenyataan bahwa, Islam datang di Indonesia dilakukan dengan cara yang damai. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam dakwah pertama itu tidak bertendensi apapun kecuali menunaikan tanggung jawab untuk kebaikan yang tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu saja. Tidak ada catatan sejarah atau prasasti yang sengaja dibuat mereka untuk mengabadikan peran mereka, ditambah lagi wilayah Indonesia yang sangat luas dengan perbedaan kondisi dan situasi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, darimana, dan dimana pertama kali Islam datang ke Nusantara.
Ada tiga pendapat yang saling berbeda secara garis besar, yaitu:
1.   Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab langsung) dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama Islam pertama, Malik As Sholeh. Raja pertama kerajaan Samudera Pasai yang dikatakan berasal dari gujarat. Pendapat ini berasal dari sarjana-sarjana orientalis Belanda seperti Snouck Hurgonje.
2.   Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (lebih kurang abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah sejak abad ke-7 M) melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Pendapat ini datang dari Prof. Hamka dan teman-temannya pada saat Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia.
3.   Menurut sarjana Muslim Kontemporer seperti Taufik Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya, memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau abad ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudera Pasai. Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran Baghdad ibukota Abbasiyah oleh Hulagu. Kehancuran baghdad menyebabkan pedagang Muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara.
Tersebarnya Islam di Indonesia adalah melalui saluran-saluran sebagai berikut :
1.      Perdagangan, yang merupakan sarana pelayaran
2.      Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para pedagang. Para mubalig itu bisa jadi juga para sufi pengembara
3.      Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat Muslim. Dengan perkawinan itu, secara tidak langsung orang Muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih apabila pedagang besar kawin dengan putri raja, maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan, syahbandar, qadi dan lain-lain.
4.      Pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik.
5.      Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’i dan sufi pengembara. Para ulama atau sufi itu ada yang kemudian diangkat menjadi penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar Raniri, Abd. Rouf Singkel. Demikian juga kerajaan-kerajaan di Jawa, mempunyai penasihat yang bergelar Wali, yang terkenal dengan Walisongo.
6.      Kesenian. Saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Melalui saluran-saluran itu Islam secara berangsur-angsur menyebar. Penyebaran Islam di Indonesia secara kasar dapat dibagi dalam tiga tahap. Pertama, kedatangan Islam yang diikuti oleh kemerosotan dan kemunduran kerajaan Majapahit pada abad ke 14 sampai ke 15. Kedua, sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia sampai pada abad ke-19. Ketiga, bermula pada awal abad ke-20 dengan terjadinya “Liberalisasi” kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.
Islam di Indonesia merupakan salah satu dari tujuh cabang peradaban Islam yang berpusat di Baghdad tahun 1258. Ketujuh cabang peradaban Islam itu secara lengkap adalah peradaban Islam Arab, Islam Persi, Islam Turki, Islam Afrika Hitam, Islam anak benua India, Islam Arab Melayu dan Islam Cina. Kebudayaan (peradaban) yang disebut Arab Melayu tersebar di wilayah Asia Tenggara memilkiki ciri-ciri universal yang menyebabkan peradaban itu tetap mempertahankan bentuk integralitasnya, tetapi pada saat yang sama tetap mempunyai unsur-unsur yang khas kawasan itu.
Kemunculan dan perkembangan Islam di kawasan itu menimbulkan transformasi kebudayaan (peradaban) lokal. Transformasi melalui pergantian agama dimungkinkan karena Islam selain menekankan keimanan yang benar, juga mementingkan tingkah laku dan pengalaman yang baik, yang diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Terjadinya transformasi kebudayaan dari sistem keagamaan lokal kepada sistem keagamaan Islam bisa disebut revolusi agama. Transformasi masyarakat Melayu kepada Islam terjadi berbarengan dengan “masa perdagangan,” masa ketika Asia Tenggara mengalami peningkatan posisi dalam perdagangan Timur-Barat. Kota-kota wilayah pesisir muncul dan berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan, kekayaan dan kekuasaan. Masa ini mengantarkan wilayah Nusantara ke dalam internasionalisasi perdagangan dan kosmopolitanisme kebudayaan yang tidak pernah dialami masyarakat di kawasan ini pada masa-masa sebelumnya.
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut : portabilitas (siap pakai) sistem keimanan Islam; asosiasi Islam dengan kekayaan; kejayaan militer; memperkenalkan tulisan; mengajarkan penghapalan; kepandaian dalam penyembuhan; dan pengajaran tentang moral. Melalui sebab-sebab itu, Islam cepat mendapat pengikut yang banyak.
Sejak abad ke-7 M (ke-1 H) diperkirakan pedagang Muslim asal Arab, Persi dan India sudah sampai di Indonesia. Dengan cara perlahan dan bertahap, tanpa menolak dengan keras, terhadap sosial kultural masyarakat sekitar, Islam memperkenalkan toleransi dan persamaan derajat. Dalam masyarakat Hindu-Jawa yang menekankan perbedaan derajat, ajaran Islam menarik perhatian. Ditambah lagi kalangan pedagang yang mempunyai orientasi kosmopolitan, panggilan Islam ini kemudian menjadi dorongan untuk mengambil alih kekuasaan politik dari tangan penguasa yang kafir.
Pengaruh Islam ke Indonesia bagian Timur, terutama Maluku juga tidak lepas dari jalan perdagangan internasional denga Malaka dan Jawa. Sejak abad ke-14 M, Islam telah datang ke Maluku. Islamisasi kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan berasal dari Demak. Rajanya yang pertama, Raden Samudera, masuk Islam dengan gelar Suryanullah atau Suryansyah. Sementara itu, Kalimantan Timur diislamkan oleh Datok Ri Bandang dan Tunggang Parangan.
Sejarah Peradaban Islam di Asia Tenggara
1.      Islam di Malaysia
Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebabkerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagangGujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan.
 Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebihdahulu pada abad ketujuh.
Berdasarkan keterangan ini, maka asal usulmasuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab danIndia dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting.
Maka tidak heranlah jika wilayah ini jugamenjadi pusat bertemunya pelbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks.
Menurut ahli sejarah Malaysia, Islam masuk ke semenanjung ini sebelumabad ke-12 berbeda pendapat penulis barat yang mengatakan sekitar abad ke-13 atau 14. Penulis Malaysia didasarkan pada mata uang dinar emas yangditemukan di Klantang tahun 1914, bagian pertama mata uang itu bertuliskan al-julus kelatan dan angka arab 577 H, yang bersamaan dengan tahu 1161 M, bagian kedua bertuliskan äl-Mutawakkil , gelar pemerintahan Kelantang. Dan jika kita lihat batu nisan tua tertulis arab ditemukan ke Kedah tahun 1963 pada makam Syekh Abdul Kadir bin Syekh Husen Shah Alam (w. 291 H), abad ke-9merupakan awal perkembangan Islam di kawasan selat Malaka dan kawasan-kawasan yang menghadap ke laut Cina Selatan, sebagaimana diakui DinastiSung (960-1279), bahwa masyarakat Islam telah tumbuh di sepanjang pantailaut Cina Selatan.
2.      Islam di Thailand
Kedatangan Islam di Thailand telah terasa pada masa pemerintahankerajaan Sukhotai di abad XIII M. perdagangan merupakan faktor-faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayutthaya. Peran orang-orang muslim sebagai menteri dan saudagar yang dekat dengan rajamenjadikan mereka kelompok yang berpengaruh di istana.Kaum muslim tidak hanya mampu mengontrol jalur perdaganganyang melintasi semenanjung, namun juga mampu mengamankan kunci perjanjian administratif di seluruh kerajaan ayutthaya.
Kerajaan Thailand bukan negara skular, tetapi sepanjang abad XXuu negeri ini termasuk semua konstitusi sejak tahun 1934 mengizinkankebebasan beragama di kebanyakan negara demokrasi skular. Rajamerupakan kepala kehormatan agama Budha di Muangthai.Di Thailand kaum minoritas Muslim dipandang dengan sikap negatif sebagai orang khaek yang berarti “tamu”. Secara resmi mereka disebut“orang-orang muslim Thai” yang menyinggung perasaan karena Thai berartiorang Siam. . mereka menuduh bahwa kebijakan pemerintah yang menyebutmereka “muslim Thai” merupakan upaya yang disengaja untuk mengaburkan jati diri mereka sebagai orang-orang yang sama sekali berbedadari orang-orang Thai lainnya.Pemerintah menyediakan dana untuk kegiatan keagamaan. Kaummuslim diperbolehkan melaksanakan dakwah, membentuk organisasi danmengelola penerbitan literatur keagamaan yang sekarang sedang tumbuh.Meskipun demikian, kaum muslimin sendiri tidak bebas dari perpecahan.Ada empat kelompok yang mengklaim dirinya sebagai pihak yang mewakilikepentingan masyarakat muslim, yaitu Chularatmontri, sebuah kelompok yang didukung negara, kelompok ortodoks yang menerbitkan Al-Rabitahdan kelompok muslim melayu tradisional di daerah selatan yang menentangkepemimpinan Chularatmontri, namun menolak disebut sebagai Rival Al-Jihad Al-Rabitah. Lepas dari itu semua, secara keseluruhan, komitmenterhadap Islam sedang tumbuh di kalangan muslim Thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar