Senin, 22 Februari 2016

MEDIA DAKWAH

HADIS DAKWAH
MEDIA DAKWAH

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Wajidi Sayadi, M. Ag





                                      DISUSUN OLEH :
  Maryamatul Munawwarah
        

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
JURUSAN  DAKWAH
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013
MEDIA DAKWAH
Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri katanya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرُ هُ بِيَدِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَا نِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَ لِكَ اَضْعَفُ الْلاِ يْمَا نِ                                                                                            
“Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan lisan, jika tidak mampu lagi, maka dengan hatilah. Yang demikian itu merupakan serendah-rendahnya Iman” (HR. Muslim).
Penjelasan
Kata   مَنْ رَاَى مِنْكُمْ(Barang siapa yang melihat diantara kalian), melihat disini maksudnya harus menyaksikan atau meyakini kebenaran informasi mengenai kemungkinan itu, tidak boleh hanya disandarkan pada isu, gossip, dugaan atau asumsi.
 مُنْكَرًا Kemungkinan meliputi semua yang bertentangan dengan yang diridhoi Allah, melanggar ketentuan agama, melakukan larangan-larangan dalam agama Islam. Semua kemungkarang sekecil apapun pasti mengandung bahaya, jangan pernah memandang remeh masalah larangan agama, sebaliknya semua kebaikan sekecil apapun pasti mengandung manfaat.
 فَلْيُغَيِّرُ هُ Rubahlah, untuk merubah seseorang harus diperhatikan situasi dan kondisi orang yang bersangkutan. Cara merubah dalam hadis diatas ada tiga macam cara yaitu :
·         Merubah dengan tangan. Kata tangan disini mengandung makna denotatif tangan yang sebenarnya, pengertian yang kedua makna konotatif yakni tangan bermakna kekuasaan. Kekuasaan yang dimaksud bagi para pemimpin adalah pemerintah membuat UUD, peraturan daerah, intruksi Presiden dan peraturan pemerintah.
·         Merubah dengan lisan. Ini lebih banyak diarahkan dalam bentuk pesan, ceramah, wasiat dan lain-lain yang umumnya dilakukan oleh para ustadz.
·         Merubah dengan hati. Maksudnya dengan berdoa dalam hati, inilah yang banyak dilakukan oleh masyarakat awam pada umumnya.

A.    Pengertian Media Dakwah
Secara Bahasa, kata media berasal dari bahasa Latin “Medius” yang berarti tengah, perantara atau pengantar, dalam bahasa Arab media diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad'u.
Media dakwah merupakan salah satu unsur yang sangat penting diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Sebab sebagus apapun metode, materi dan kapasitas seorang dai tanpa didukung dengan sebuah media yang tepat seringkali hasilnya kurang efektif. Menurut Aminuddin Sanwar (1986 : 77-78) dalam literatur (www.ruangtirta.blogspot.com/2012/05/harmonisasi-dakwah-dan-media-massa.html, akses tanggal 20 April 2013), secara rinci menyebutkan media dakwah ada 3 yaitu:
  • Dakwah melalui saluran lisan, yaitu dakwah secara langsung dimana da’i menyampaikan ajakan dakwahnya kepada mad’u
  • Dakwah melalui saluran tertulis, yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan melalui tulisan-tulisan
  • Dakwah melalui alat visual, yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan dengan melalui alat-alat yang dapat dilihat dan dinikmati oleh mata manusia.




  1. Peranan Media Dakwah
Dalam artian sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah atau yang populer didalam proses belajar mengajar disebut dengan istilah "alat peraga". Alat bantu berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan, artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan.

  1. Alasan Pentingnya Media Dakwah
Dakwah adalah suatu proses yang kompleks dan unik, kompleks artinya didalam proses dakwah mengikut sertakan keseluruhan aspek kepribadian, baik bersifat jasmani maupun rohani. Sedangkan unik artinya didalam proses dakwah sebagai objek dakwahnya terdiri dari berbagai macam perbedaan, seperti berbeda dalam kemampuan, kehendak, sifat, kebudayaan, ideologi, filsafat dan sebagainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efesien, da'i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat, salah satu komponen adalah media dakwah.[1]
Hadis tersebut diatas (HR. Muslim) menjelaskan diantarnya mengenai cara penanganan kasus :
A.    Dakwah dengan tulisan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia menyebutkan:

فَجَا ءَ ٌرَجُلٌ مِنْ اَهْلِ الْيَمَنِ فَقَا لَ ا كْتُبْ لِي يَا رَسُوْلَ اللّهِ. فَقَا لَ ا كْتُبُوا لاَبِي فُلاَ نٍ 
             
Artinya: “Seorang laki-laki dari Yaman datang dan meminta kepada Rasulullah, catatkanlah untukku wahai Rasulullah! Beliau menjawab dan meminta para sahabat, Tuliskanlah untuk ayah si Fulan” (HR. Bukhari).
Abdullah Ibn Abbas memberitakan bahwa :

اَنَّ رَ سُوْلَ اللّهِ صَلَّي اللّهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ بِكِتَا بِهِ رَجُلاً وَاَمَرَهُ اَنْ يَدْفَعَهُ اِلَي عَظِيْمِ ا لْبَحْرَيْنِ فَدَفَعَهُ عَظِيْمٌ ا لْبَحْرَيْنِ اِلَي كِسْرَي فَلَمَّ قَرَاَهُ مَزَّقَهُ فَحَسِبْتُ اَنَّ اَبْنَّ الْمُسَيَّبِ قا لَ فَدَعَ عَلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّي اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ يُمَزَّقُوْا كُلُّ مُمُزَّقِ (البخا ري)                                                              
                  
Artinya: “Rasulullah saw mengutus sesorang (Abdullah Ibn Hudzaifah as-Sahmi) mengantarkan surat beliau kepada pembesar negeri Bahrain (al-Munzir ibn as-Sawi) kemudian oleh pembesar Bahrain surat itu dikirimkannya kepada raja Persia (Ibrawiz ibn Hurmuz ibn Anusyirwan) setelah raja tersebut selesai membaca surat itu lalu dirobek-robeknya. Saya merasa bahwa ibn Musayyap mengatakan, karena perbuatan raja Persia itu Rasulullah saw mendo’akan semonga kerajaan mereka dirobek-robek pula oleh Allah sampai hancur sama sekali” (HR. Buqhari).
Dakwah Nabi saw dengan tulisan atau surat menyurat sebagian dari media dan dakwah. Para ahli sejarah telah mencatat tidak kurang dari 105 surat Nabi saw yang pernah dikirimkan kepada para tokoh atau pembesar suatu Negeri. Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah bi al-qalam, seorang ulama sangat memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan, untuk itulah seorang mubaligh tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya.
Dakwah bil qolam atau berdakwah lewat tulisan ini jelas memiliki kelebihan yang sangat banyak menurut salah satu referensi yang penulis dapatkan dalam sebuah literatur  (http://alqolamupi.blogspot.com/2012/05/jadi-dai-dengan-menulis.html, akses tanggal 21 April 2013) yaitu :
  • Siapapun bisa melakukannya selama memiliki azzam untuk menjadi da’i lewat menulis, tulisan kita dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi orang lain dan menjadi salah satu amal yang tak akan putus-putusnya meski kita telah meninggal, selama ilmu yang terkandung dalam tulisan kita mencerahkan dan diamalkan banyak orang. Para da’i yang berjuang lewat tulisan setara dengan para syahidin, karena diakhirat kelak tinta para da’i akan ditimbang seberat darah manusia yang syahid.
  • Dakwah lewat tulisanpun lebih membutuhkan kerja cerdas dalam mengolah kata-kata dan menuangkannnya lewat tulisan, jadi bukan hanya menyuguhkan tulisan yang padat akan ilmu tetapi juga bagaimana caranya mengemas tulisan kita agar disajikan dengan menarik kepada pembaca. Ini jelas bukan hal yang mudah tetapi seiring dengan proses maka kita akan menemukan gaya tulisan kita dan dapat membedakan tulisan yang menarik dan tidak, selain itu kitapun belajar berbahasa dan aturan dalam membuat tulisan.
  • Bagi kita kaum muda, menulispun bisa menjadi bentuk aktualisasi diri kita dimasyarakat, apalagi jika kita rajin mengirimkan tulisan kita dimedia, baik berupa opini, kisah ataupun karya fiksi. Kita tak pernah tahu bahwa ternyata tulisan kita telah menginspirasi, mencerahkan dan menambah ilmu pengetahuan bagi orang lain.

Jika berdakwah dengan tulisan, maka harus dilakukan dengan :[2]
  • Keikhlasan
Tulisan akan lebih bermanfaat berlimpah apabila kita meniatkannya murni dalam berpengabdian kepada Allah swt, tidak ada yang lebih berharga didunia dan diakhirat nantinya kecuali karya kita selalu dibaca oleh generasi muslim setelah kita dan tulisan yang didasari dengan keikhlasan akan mempunyai efek yang signifikan bagi para pembaca. Itulah amal jariah, pahala kita selalu mengalir walaupun kita telah meninggalkan dunia fana ini, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw melalui sahabat Abu Hurairah r.hu “Ada amal baik seorang muslim yang akan tetap mengalir meskipun dia sudah meninggal dunia, yaitu ilmu yang dia ajarkan, anak yang shalih, karya yang dia wariskan atau masjid yang dia bangun, rumah yang dibangun untuk musafir, saluran irigasi yang dia buat dan sedekah yang dia keluarkan ketika dia masih hidup dan sehat” (Hr.Ibnu Majah). Sehingga dengan hadis di atas kita termotivasi untuk selalu menulis dan menulis, berkarya dan berkarya dengan dasar keikhlasan.
  • Kesabaran
Ingatlah bahwa menulis adalah tugas mulia, tetapi tanpa disertai kesabaran menjadi kurang sempurna, sebab kesabaran adalah instrumen untuk melahirkan karya. Tanpa kesabaran kita akan banyak mengeluh karena tulisan kita tidak dimuat dimedia, tanpa kesabaran kita akan mencaci komputer yang tiba-tiba errror ketika kita menulis. Bisa jadi hari ini kita adalah penulis dengan kategori biasa-biasa saja, tetapi dengan penuh kesabaran dan penuh ketekunan, kita akan mendapat pertolongan dari Allah swt, karena hal itu telah menjadi janji Allah bahwa dia akan selalu menolong dan meyertai orang yang sabar.
  • Rendah Hati
Dengan penuh ketawadhu’an, ilmu dalam bidang penulisan akan mampu kita kerjakan, sadarlah bahwa ilmu bagaikan air dan air hanya akan mencari tempat yang lebih rendah. Ilmu penulisanpun akan penuh kesuksesan jika kita mau tawadhu’ dengan mereka yang ahli dibidang tulisan, ingatlah para penulis yang sukses adalah mereka yang penuh kerendah hatian terhadap orang yang telah mengajarinya.
  1. Dakwah dengan Lisan
Pada zaman Rasulullah SAW, proses penyampaian dakwah banyak dilakukan melalui dakwah bil-lisan (ucapan) dan dakwah bil-hal (perbuatan). Dakwah bil-lisan yaitu dakwah yang dilakukan dengan kata-kata, seperti ceramah, pidato dan khutbah. Sedangkan dakwah bil-hal yaitu dakwah yang dilakukan melalui perilaku atau perbuatan yang nyata, seperti kepribadian yang baik, pembangunan panti asuhan, dan lain-lain.[3]
Dakwah bil lisan adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seseorang da’i atau Mubaligh pada waktu aktivitas dakwah menurut (Asmuni Syukir, 1983 : 104) . Dalam buku lain, dakwah bil lisan diartikan sebagai tata cara pengutaraan dan penyampaian dakwah dimana berdakwah lebih berorientasi pada berceramah, pidato, tatap muka dan sebagainya (Husein segaf, 1988 : 8).
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah bil lisan adalah metode dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i dengan menggunakan lisannya pada saat aktivitas dakwah melalui bicara yang biasanya dilakukan dengan ceramah, pidato, khutbah, dan lain lain.
Pada tahap awal kebudayaan manusia kegiatan membaca dan menulis belum ada. Maka dari itu, dakwah dilakukan dengan metode dakwah bil lisan. Mereka mengajarkan dan menjelaskan pada masyarakat tentang prinsip-prinsip kebenaran. Lalu hal-hal yang telah diajarkan tersebut diamalkan dan disampaikan pula pada generasi-generasi berikutnya sebagai tradisi hingga suatu ketika karena suatu hal tertentu, maka prinsip-prinsip tersebut terlupakan sehingga tidak dilanjutkan.
Seiring perkembangan zaman, metode dakwah semakin banyak dan semakin beragam apalagi disertai dengan munculnya alat-alat elektronik. Namun hal tersebut tidak membuat dakwah bil lisan berhenti karena setiap manusia pasti dikaruniai lisan oleh Allah SWT, beberapa hal yang termasuk dakwah bil lisan :[4]
·         Qaulan ma’rufan, yaitu dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari yang disertai misi agama, yaitu agama Allah, agama Islam, seperti menyebarluaskan salam, mengawali pekerjaan dengan membaca basmalah, mengakhiri pekerjaan dengan membaca hamdalah, dan sebagainya
·         Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam beribadah maupun dalam perbuatan
·         Nasehatuddin, yaitu memberi nasehat kepada orang yang sedang dilanda masalah kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik, seperti bimbingan penyuluhan agama yang kini sudah berkembang di radio-radio dan sebagainya
·         Majelis Ta’lim, seperti pembahasan bab-bab dengan mengunakan buku atau kitab dan disertai dengan dialog tanya jawab
·         Penyajian Umum, yaitu menyaji materi dakwah di depan umum. Seperti ceramah atau khutbah, isi dari materi dakwah tidak terlalu banyak, tetapi menarik perhatian pengunjung. Cara seperti ini termasuk cara yang efektif dan efisien untuk dilakukan bagi seorang da’i
·         Mujadalah atau argumentasi yaitu dakwah dilakukan dengan cara berdebat disertai alasan-alasan, diakhiri dengan kesepakatan bersama dan menarik suatu kesimpulan.
Dakwah bil lisan dapat dilakukan dengan banyak hal, bahkan dari hal kecil seperti mengucap salam, membaca basmallah dan lainnya. Sebenarnya dakwah bil lisan itu mudah dengan demikian diharapkan para umat muslim dapat mengaplikasikan dakwah bil lisan sebagai bagian dari kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari dan lebih senang untuk berdakwah kepada semua orang.
Adapun Media dakwah melalui lisan menurut (Didin Hafidhuddin, hlm 85) adalah Khutbah Jum’at. Dalam khutbah jumat, paling tidak bisa dilihat dari dua sisi, sebagai ibadah khusus yang berhubungan erat dengan shalat jumat dan sebagai media dakwah yang berkaitan erat dengan pembinaan umat. Sebagai media dakwah dan media pembinaan umat, materi khutbah dan khotibnya sendiri, harus dipersiapkan dengan baik. Apalagi jika diperatikan, khutbah jumat merupakan salah satu pembinaan yang bersifat indroktiner yang harus didengar dengan baik dan tekun oleh para jamaah, diam dan insat (diam dan mendengarkan) hukumnya wajib.
Sebagai media dakwah, khutbah jumat bisa menjadi media terprogram dengan muatan yang berkesinambungan dari minggu ke minggu,karena shalat jumat dilaksanakan rutin seminggu sekali.isi dari khutbah pun dapat disesuaikan dengan kebuthan jamaah.Hal ini didukung khotib yang mempunyai berbagai pengetahuan khususnya pengetahuaan keislaman.Sejarah penting dalam perkembangan islam,dan masalah-maslah keyakinan, yaitu masalah yang sedang actual sehingga apa yang disampaikan oleh khotib bisa bisa memberi inpirasi pada jamaah dalam menyikapi masalah-masalah yang dihadapi.Melalui khutbah jumat,Pembinaan umat bisa dilaksanakan secara rutin dengan tema yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

C.    Dakwah dengan Audio Visual
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Ra ia berkata:





Artinya: Nabi saw pernah membuat suatu garis persegi empat (bujur sangkar) dan mengaris tengah dipersegi empat tersebut dan satu garis diluar garis segi empat tersebut serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut. Lalu Beliau bersabda : “Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah menitarinya atau yang mengelilinginya dan yang diluar ini adalah cita-citanya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintang-rintangnya jika ia berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka garis ini akan mengenainnya” (HR.Bukhari).
Media yang berupa audio visual seperti teater, film dan televisi. Media ini dapat dipakai untuk menerangkan idea atau pesan dengan metode modern seperti cerita atau kisah yang dibacakan, bisa juga berupa pagelaran drama, media ini harus benar-benar mendapat perhatian karena kelebihannya yang dapat menggapai sasaran sampai kerumah-rumah dan bisa dibawa kemana saja dan kapan saja. Dakwah melalui alat audio visual, yaitu alat yang dipakai untuk menyampaikan pesan dakwah yang dapat dinimati dengan mendengar dan melihat diantaranya :
a)      Radio
Menurut Ensiklopedi Indonesia radio yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi, artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Radio adalah media elektronik yang paling dini dan sudah dipakai sejak lama serta sudah dikenal masyarakat, media ini memiliki kelebihan yaitu :
·         Daya pancar yang luas hingga bisa mengunjungi pemirsa yang jauh bahkan sampai ke kamar-kamar mereka
·         Berifat mobil dan mudah dibawa kemana-mana, dimobil, diladang atau pun dihutan
·         Tidak menuntut perhatian yang besar bagi pendengar dan pesan akan tetap mengalir begitu saja sehingga menemani pendengarnya tanpa harus berhenti dari pekerjaan
·         Mudah dimiliki, harga terjangkau, biaya produksi murah
·         Tidak akan ditinggal orang karena sifatnya yang bisa menjadi sahabat dalam berbagai kegiatan.
Melihat kelebihan ini, nampaknya radio patut mendapat perhatian untuk dijadikan media dakwah, berbagai format dakwah bisa digarap dengan pesan-pesan yang menarik dan edukatif.
Radio merupakan salah satu sarana berdakwah yang efektif, apalagi disegala penjuru bisa menjangkau dakwah dengan adanya radio, bagi masyarakat pada umumnya yang kurang mampu, pasti mengerti dan memahami radio dan fungsinya. Salah satu fungsi radio itu jika dimasukan untuk berdakwahpun sangat bermanfaat dan efektif, radio pada zaman sekarang ini sudah hampir tertinggal dengan media lain, namun radio masih sangat efektif dan tepat untuk berdakwah bagi masyarakat yang kurang mampu karena radio bisa dijangkau oleh segala kalangan. Dakwah melalui radiopun bisa dilakukan pada zaman sekarang ini, karena semodern apapun zaman sekarang ini masih ada masyarakat yang terbelakang dan belum menjangkau media-media elektronik yang canggih.
b)      Televisi
Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang, sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar. TV sebagai media dakwah, sangatlah efektif dengan kelebihannya sebagai sebagai audio visual yaitu selain bersuara, juga dapat dilihat, penggunaan TV sebagai media tentu saja bisa dilakukan dengan membuat program-program tayangan bermuatan pesan dakwah, baik berupa drama, ceramah, film-film ataupun kata-kata hikmah. Kelebihan televisi sebagai media dakwah sebagai berikut :
·         Media televisi memiliki jangkauan yang sangat luas sehingga ekspansi dakwah dapat menjangkau tempat yang lebih jauh
·         Media televisi mampu menyentuh mad’u yang heterogen dan dalam jumlah yang besar
·         Media televisi mampu menampung berbagai varian metode dakwah sehingga membuka peluang bagi para da’i memacu kreatifitas dalam mengembangkan metode dakwah yang paling efektif.

c)      Internet
Internet adalah jaringan computer luas yang menghubungkan pemakai komputer satu komputer dengan komputer lainnya dan dapat berhubungan dengan komputer dari suatu Negara ke Negara diseluruh dunia. Dakwah via internet merupakan barang baru yang secara langsung berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal, media ini dapat menghubungkan antar individu penduduk dunia tanpa mengenal batas media ini akan sangat baik jika digunakan sebagai sarana dakwah. Berbagai kemungkinan bisa dibuat untuk dakwah dengan media ini :
·         Mailing list. Membuat mail langanan buat siapa saja yang hendak mendapatkan brosur atau artikel-artikel dakwah
·         Membuat layanan website dengan memberikan informasi dan ilmu-ilmu keagamaan
·         E-book. Penyediaan buku elektronik yang bisa dibaca, dicopy atau pun diprint
·         Layanan Tanya jawab masalah-masalah agama dan berbagai persoalan kehidupan dengan pendekatan agama
·         Chating room. Menyediakan layanan untuk mengobrol via internet yang berhubungan dengan dengan masalah agama
·         Forum diskusi. Membuat forum diskusi jarak jauh, dimana seseorang bisa mengajukan sesuatu permasalahan yang ditanggapi oleh anggota lainnya.
d)     Media Cetak
Media dakwah dalam Islam sangat banyak dan beraneka ragam bentuknya. Pada media cetak misalnya, penggunaannya dalam berdakwah berupa tulisan-tulisan yang mengarah kepada perbaikan maasyarakat. Adapun bentuk media cetak yang dapat digunakan dalam berdakwah adalah buku-buku, surat kabar, bulletin, tabloid, majalah dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Asmuni Syukir, 1983. Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas
Husein segaf, 1988. Pedoman Pembinaan Dakwah Bil Hal, Jakarta : Ditjen Bimas urusan Haji
Mohjamal dalam artikel onlinenya Metode Dakwah, 21 Februari 2010 dengan alamat http://zonta.blogdetik.com/2010/02/21/metode-dakwah/, akses tanggal 21 April 2013
Asep Muhyidin, 2002. Metode Pengembangan Dakwah  Bandung : Pustaka Setia
Didin Hafidhuddin. Dakwah Aktual, Jakarta : Gema Insani
akses tanggal 21 April 2013
Syairil Fadli, “Ragam Bahasa Buletin Jum’at Himmah STAIN Palangka Raya Dalam Perspektif Filsafat Bahasa Biasa Wittgenstein”  pada Jurnal Kajian Islam Volume 2 Nomor 2, 2010, h. 125




[1]Asmuni syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm 163-165
[3] Syairil Fadli, “Ragam Bahasa Buletin Jum’at Himmah STAIN Palangka Raya Dalam Perspektif Filsafat Bahasa Biasa Wittgenstein”  pada Jurnal Kajian Islam Volume 2 Nomor 2, 2010, h. 125.
[4] Mohjamal dalam artikel onlinenya Metode Dakwah, 21 Februari 2010 dengan alamat http://zonta.blogdetik.com/2010/02/21/metode-dakwah/, akses tanggal 21 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar