Senin, 22 Februari 2016

KEHENDAK MUTLAK TUHAN

METODOLOGI STUDI ISLAM

PENDEKATAN TEOLOGI: KEHENDAK MUTLAK TUHAN

DOSEN PENGAMPU :

Abdul Mukti Rouf, MA




Oleh :
Maryamatul Munawwarah


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ( KPI )
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
 PONTIANAK
2013

PENDEKATAN TEOLOGI: KEHENDAK MUTLAK TUHAN
A.    Pengertian Teologi
Teologi berasal dari kata “ology” dan “theos” dan dijadikan Bahasa Indonesia maka menjadi teologi, “ology” berakar dari kata Greek yang kemudian menjadi “logos” berarti “percakapan”, “pengkajian” dan “penelitian”. Tujuan yang terpenting penelitian adalah logos itu sendiri dari pada benda-benda yang menjadi subjeknya, sedangkan theos dalam bahasa greek berarti “Tuhan” atau sesuatu yang berkenaan dengan Tuhan. Jadi Teologi dalam bahasa greek adalah penelitian secara rasional segala sesuatu yang berkenaan dengan ke-Tuhanan, maka teologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan tentang hakekat Tuhan serta keberadaan-Nya.
Oleh sebab itu berbicara tentang teologi maka dengan sendirinya kita membicarakan tentang Tuhan yang dari dahulu sampai sekarang selalu aktual untuk dibicarakan, hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan Tuhan dalam menjawab dan memaknai segala aspek kehidupannya terutama sekali yang berhubungan denan moral dan ilmu pengetahuan.
Pada hakekatnya, Ilmu Teologi jika kita padankan dengan Pemikiran Kajian Islam adalah Ilmu Kalam yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan logika dan filsafat. Akan tetapi secara teoritis khusus untuk aliran salaf tidak dapat dikelompokkan pada aliran Ilmu Kalam sebab ia dalam masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi filsafat dan logika dan ia hanya cukup dikategorikan pada aliran Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushuluddin.
B.     Sejarah Teologi
Para filosof lslam terdahulu menjadikan Tuhan, alam dan Manusia sebagai alat untuk menganalisa dirinya sendiri yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Sebab dengan metode ini para ahli teologi tidak hanya membicarakan bagaimana sesungguhnya manusia berbicara tentang Tuhan, teologi juga berbicara lebih jauh tentang bentuk-bentuk ekpresi yang lebih baik dan ekpresi yang lebih buruk serta mencari defenisi yang berimbang mengenai pembicaraan khusus tentang Tuhan.
Adapun periodesasi perkembangan Ilmu Teologi sebagaimana diungkapkan Juhaya S. Praja terbagi menjadi tiga yaitu: “Dalam sejarahnya teologi mengalami tiga orde, orde pertama ahli teologi bertugas untuk menggambarkan Tuhan, manusia dan dunia sebagaimana apa adanya. Ketika muncul kesadaran konsep-konsep teologis secara fundamental adalah bangunan imajinatif, bukan abtraksi atau generalisasi, atau deduksi dari persepsi-persepsi. Orde kedua, teologi berupaya memberi jawaban atas orientasi dalam kehidupan, bagaimana manusia menghadapi kebutuhan-kebutuhannya dalam menghadapi kehidupan. Dan orde ketiga mendirikan bangunan untuk melayani kebutuhan manusia kontemporer.”
Berdasarka uraian diatas maka dapat kami simpulkan bahwa : Manusia adalah mahluk yang berketuhanan yaitu memiliki naluri untuk mencari Tuhannya, dalam upaya pencarian tersebut mereka melibatkan manusia dan alam sebagi alat untuk mencari kebenaran yang hakiki.
  1. Kehendak Mutlak Tuhan
Dalam menjelaskan kemutlakan kekuasaan dan kehendak Tuhan, al-Asy’ari menulis dalam Al-Ibanah bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun, diatas Tuhan tidak ada suatu zat lain yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh dibuat Tuhan. Tuhan bersifat absolut dalam kehendak dan kekuasaannya, seperti kata al-Dawwani Tuhan adalah maha pemilik yang bersifat absolut dan berbuat apa saja yang dikehendakinya didalam kerajaan-Nya dan tak seorangpun yang dapat mencela perbuatan-Nya.
Dalam hubungan ini al-Baghdadi mengatakan boleh saja Tuhan melarang apa yang telah diperintahkan-Nya dan memerintahkan apa yang telah dilarang-Nya. Al-Ghazali juga mengeluarkan pendapat yang sama Tuhan dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya, dapat memberiakan hukum menurut kehendak-Nya, dapat menyiksa orang yang berbuat baik jika dikehendakinya dan dapat memberikan upah kepada orang kafir jika yang demikian dikehendaki-Nya.
Perbedaan pendapat pada manusia adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Jika manusia sejak kecilnya memandang alam sekitarnya dengan pandangan filosofis, sementara pandangan orang berbeda-beda, maka kelanjutan ialah bahwa gambaran dan imajinasi manusia juga berbeda-beda.
Kehendak mutlak Tuhan yang telah digambarkan diatas perlu kiranya ditegaskan bahwa yang menentukan batasan-batasan itu bukanlah zat selain dari Tuhan, karena diatas Tuhan tidak ada suatu zat pun yang lebih berkuasa. Tuhan adalah diatas segala-galanya dan batasan-batasan itu ditentukan oleh Tuhan sendiri dan dengan kemauan-Nya sendiri pula.
Maka pendekatan teologi dalam kehendak mutlak Tuhan yang dimaksud disini adalah pembahasan materi tentang ekisistensi Tuhan dalam sebuah konsep nilai-nilai ketuhanan yang terkontruksi dengan baik sehingga pada akhirnya menjadi sebuah agama atau aliran kepercayaan.

REFERENSI
Harun Nasution, 2002. Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : Universitass Indonesia (UI-Press)
A. Hanafi, 2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru
Haji Abdul Rahman Abdullah, 1997. Pemikiran Islam di Malaysia dalam Sejarah dan Aliran. Jakarta : Gema Insani Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar