Senin, 22 Februari 2016

PENYARINGAN INFORMASI

PENYARINGAN INFORMASI
Oleh: Maryamatul Munawwarah
A.    BERHATI-HATI DALAM MEMBERI INFORMASI



Artinya : A’isyah r.a berkata: Biasa Nabi saw. Jika menerangkan haditsnya satu persatu sehingga andaikan orang menghitung niscaya akan terhitung. ( HR. Sepakat Bukhari, Muslim).
Penjelasan hadits diatas yakni apabila kalimat yang diucapkan akan dihitung oleh pendengar maka akan dapat mudah menghitungnya pula. Dan Dakwah tidak lepas dari penyampaian informasi. Sebelum bisa menyampaikan informasi, tentu kita harus mendapatkan informasi tersebut terlebih dahulu. Tak jarang mereka kemudian menyebarkan informasi tersebut dengan niat dakwah padahal mereka tidak memiliki ilmu tentangnya. Banyak kaum muslim sekarang percaya begitu saja apabila terdapat hal-hal berbau Islam, seperti jika disinggung tentang hadits atau tulisan dalam bahasa Arab.
Menyebarkan provokasi atau informasi yang tidak benar menjadi sangat mudah, karena mereka yang mendapatkan informasi akan percaya begitu saja akan kebenarannya, bahkan menyebarluaskan dengan meyakini bahwa itu adalah perbuatan yang baik. Tentu niat yang baik akan mendapatkan balasan pahala, namun perbuatan menyebarkan informasi yang salah akan membawa kesesatan dan kerusakan.
Allah SWT mendidik hamba-hambanya dalam suatu kesopanan terutama dalam hal berkomunikasi yang berguna mereka dalam soal agama maupun dunia. Bahwasanya apabila mereka didatangi oleh seorang fasik yang terang-terangan meninggalkan syiar-syiar agama dengan membawa suatu berita, maka yang pertama kali yang harus dilakukan adalah jangan mudah membenarkan sehingga dapat suatu kebenaran yang sebenarnya dan jangan bersandar kepada perkataannya. Disinilah pentingnya suatu penyaringan dan sikap terhadap informasi yang akan diberikan kepada seseorang. Hal ini diperlukan agar jangan sampai seorang mukmin menimpakan suatu bencana pada suatu kaum yang mereka tidak ketahui hal ihwalnya yang menyebabkan mereka menyesal terhadap perbuatan yang terlanjur mereka lakukan.
Allah SWT menerangkan bahwa para sahabat nabi menghendaki agar pendapat mereka mengenai beberapa peristiwa diikuti. Tetapi sekiranya melakukan hal itu, niscaya mereka terjerumus dalam kesulitan dan kebinasaan. Akan tetapi Allah SWT menjadikan sebagia mereka mencintai iman dan menjadikan iman itu indah di hati mereka serta menjadikan mereka membenci kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan maka mereka itulah orang-orang yang benar dan yang menempuh jalan lurus.
            Sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Hujurat : 6



‘’Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan. (Al-Hujurat:6)’’.
            Di dalam surat al-hujarat ayat 6 Allah SWT memberikan peringatan kepada kaum mukminin bahwa apabila datang kepada mereka seorang fasik membawa berita apa saja, supaya mereka jangan segera menerima berita itu sebelum diperiksa dan diteliti dahulu kebenarannya sebelum diadakan penelitian yang sekasama, jangan lekas percaya kepada berita dari orang-orang fasik itu, karena seorang yang tidak memperdulikan kefasikannya tentu tidak akan memperdulikan pula kedustaan berita yang disampaikannya. Perlunya berhati-hati dengan menerima sembarangan berita; ialah tindakan yang timbul karena berita bohong itu. Penyesalan yang akan timbul sebenarnya dapat dihindari jika bersikap lebih hati-hati.
Diriwayatkan oleh ibnu Abbas ra: bahwa ayat ke-6 ini diturunkan karena peristawa al-walid bin Ubbah bin Abi muid yang diutus oleh Rosulullah SAW kepada qobilah bani mustalib untuk memungut zakat dari mereka. Takkala berita itu disampaikan kepada bani mustalib, akan datang seorang utusan dari Rosulullah SWA untuk memungut zakat dari mereka, mereka gembira sekali sehingga mereka ber-ramai-ramai keluar dari kampung halaman mereka untuk menjemput kedatangan utusan itu, ada seorang munafik memberitahukan kepada al-walid yang sedang perjalanan menuju bani mustalib itu bahwa mereka telah murtad, menolak dan tidak mau membayar zakat bahkan mereka itu telah mengadakan demonstrasi dan berhimpum diluar kota untuk mencegat kedatangannya.
Setelah al-walid menerima berita itu dari seorang munafik tersebut, maka segera ia kembali ke madinah dan melaporkan keadaan bani mustalib kepada Rosulullah SAW beliau sangat marah mendengar berita yang buruk itu dan menyiapkan pasukan tentara untuk menghadapi orang-orang dari qobilah bani mustalib yang membangkan itu. Maka dari itu turunlah ayat ini yang memberikan pedoman kepada sekalian kaum mukminin supaya berhati-hati dalam menerima berita, terutama jika bersumber dari orang yang fasik supaya diadakan penelitian dahulu menurut maksud dari berita itu.
B.     SELALU BERSIKAP WASPADA




Artinya : Abi Hurairah berkata : Nabi saw: bersabda ‘’Seorang muslim tidak boleh (akan) tergigit dari satu lobang dua kali. (Bukhari, Muslim).
Dengan kata lain yakni harus waspada, jangan sampai dipermainkan orang. Apabila mendapat berita yang belum jelas beritanya tiada salahnya berita atau informasi tersebut diteliti terlebih dahulu.
a.       Penyaringan Informasi
Apa yang ada datang pada kita seharusnya kita harus meneliti terlebih dahulu, dan penyaringan informasi sangat penting dalam semua kaitan hal baru. Dalam tanpa menutup kemungkinan menerima atuapun menolak suatu yang disampaikan, tetapi halnya kita diawal hendak menyaringnya. Agar tidak muncul kecurigaan yang nantinya menjadi kesalahan dan halnya kita tidak boleh langsung menolaknya.
Hendaknya kita tidak mudah percaya kepada seorang yang fasik, dan suka mengerjakan kemasiatan. Lain dari apa yang mereka bawa pemeriksaan ulang sangat dianjurkan atas kebenaranya. Maka dari itu penyaringan informasi sangat penting dalam berdakwah.
b.      Sikap Terhadap Informasi
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.(Al-Hujurat: 6).
Ayat ini seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir- termasuk ayat yang agung karena mengandung sebuah pelajaran yang penting agar umat tidak mudah terpancing, atau mudah menerima begitu saja berita yang tidak jelas sumbernya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal sebagai media penyebar berita palsu, isu murahan atau berita yang menebar fitnah.
Berdasarkan hukumnya, As-Sa’di membagikan sumber (media) berita kepada tiga klasifikasi:
Pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima.
Kedua, berita dari seorang pendusta yang harus ditolak.
Ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi, cek dan ricek akan kebenarannya.
Disini, yang harus diwaspadai adalah berita dari seorang yang fasik,
seorang yang masih suka melakukan kemaksiatan, tidak komit dengan nilai-nilai Islam dan cenderung mengabaikan aturannya. Selain sikap waspada dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi yang datang dari seorang fasik, Allah juga mengingatkan agar tidak menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya tersebut sebelum jelas kedudukannya. Allah swt berfirman, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Qaaf: 18)
Sehingga sikap yang terbaik dari seorang mukmin seperti yang pernah dicontohkan oleh para sahabat yang dipelihara oleh Allah saat tersebarnya isu yang mencemarkan nama baik Aisyah ra adalah mereka tetap berbaik sangka terhadap sesama mukmin dan senantiasa berwaspada terhadap orang yang fasik, apalagi terhadap musuh Allah yang jelas memang menginginkan perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam.
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” (An-Nur: 16).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar