Minggu, 21 Februari 2016

KONSEP BERITA

BERITA
KONSEP BERITA
DOSEN PENGAMPU :
ACAN MAHDI, M. Si




DISUSUN OLEH :
   Maryamatul Munawwarah


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM  (KPI)
JURUSAN  DAKWAH
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2013


KONSEP BERITA
A.    PENGERTIAN KONSEP
Ada banyak pengertian dari kata konsep ini. Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk meng­gambarkan secara abstrak suatu objek.  Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhana­kan pemikir­an dengan menggunakan satu istilah.  Seperti yang diungkapkan Nasution (2008:161) yang mengungkapkan bahwa ”Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep.” Dipertegas oleh Soedjadi (2000:14) yang menyatakan bahwa “Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasi­fikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 588), pengertian konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu.  Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga.  Konsep sendiri pun dapat dilambang­kan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Dari pengertian konsep yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam contoh dan bukan contoh, sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep dengan jelas.  Dengan menguasai konsep seseorang dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu.
B.     PENGERTIAN BERITA
Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksikan realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.
Lalu, bagaimana mendefinisikan berita? Menurut Nancy Nasution, berita adalah laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, dan akibat peristiwa tersebut berpengaruh terhadap pembaca.
Menurut W.J.S. Purwadarminta, yang mengatakan bahwa berita adalah laporan tentang satu kejadian yang terbaru. Kedua pengertian ini menimbulkan pendapat bahwa tidak semua yang tertulis dalam surat kabar atau majalah bisa disebut sebagai berita. Iklan dan resep masakan tidak bisa disebut berita. Yang disebut berita adalah laporan tentang sebuah peristiwa. Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa tidak akan pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan.
Memang berita, baik berita surat kabar, majalah, radio dan televisi adalah laporan wartawan. Banyak peristiwa yang terjadi, apakah itu kecelakaan, pemerkosaan, korupsi atau pernyataan seseorang yang terkenal, tetapi jika tidak dilaporkan oleh wartawan, tidak menjadi berita. Ciri hakiki berita sebagai laporan dibandingkan dengan laporan lainnya, umpamanya laporan hasil survei, laporan komisi DPR, atau laporan petugas kepada atasannya ialah bahwa berita merupakan laporan yang sangat cepat (timely) dan mengenai kepentingan umum (public interest).

Definisi berita selanjutnya dikemukakan oleh Prof. Mitchel V Charnley dalam bukunya Reporting. Menurutnya, " News is the timely report of facts or opinion of either interest or importance, or both to a consideable number of people.” (Berita adalah laporan yang hadir secara berkala pada waktunya mengenai fakta atau opini, baik berupa minat atau kepentingan atau kedua hal tersebut bagi sejumlah besar orang).

Banyak definisi berita atau news yang dapat diketahui dari berbagai literatur yang satu sama yang lain tentunya berbeda, hal ini disebabkan padangannya dari sudut yang berlainan. Pada mulanya, para ahli mendefinisikan berita dengan pandangan dari sudut surat kabar saja. Kini media elektronik yang juga menyiarkan berita harus diperhitungkan. Dan kenyataan menunjukkan bahwa penyiaaran berita oleh stasiun radio dan televisi sangat berpengaruh terhadap jurnalistik surat kabar, antara lain dalam kecepatan sampainya berita kepada khalayak.
Kalau suatu peristiwa baru dapat disiarkan surat kabar keesokan harinya, radio dan televisi hanya dalam hitungan jam saja, bahkan suatu peristiwa nasional dapat disiarkan radion dan televisi pada saat kejadian itu sendiri sedang berlansgung. Akan tetapi, karena ketiga media massa itu (surat kabar, radio dan televisi) masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka pada akhirnya terjadilah upaya saling mengisi.
Dikalangan wartawan ada yang mengartikan news sebagai singkatan dari : N (north), E (east), W (west), dan S (south). Yang artinya berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin, laporan dari mana-mana, dari berbagai tempat di dunia ini. Pendapat itu tidaklah salah, tetapi hanya merupakan salah satu aspek saja dari keseluruhan arti berita yang sebenarnya. Ada yang mengatakan bahwa news adalah jamaknya (plural) dari new, jadi penyiaran hal-hal yang baru dalam jumlah yang banyak. Inipun tidak salah, tetapi juga hanya merupakan satu aspek saja dari keseluruhan pengertian berita yang sesungguhnya. Jika menurut Lord Northcliffe, seorang penulis dan  penerbit dari Inggris. If a dog bites a man it is not news, but if a man bites a dog it is news Terhadap definisi ini banyak yang tidak setuju. Definisi Northcliffe tersebut ada yang mengritik sebagai definisi yang seolah-olah menganggap bahwa yang disebut berita itu hanyalah apa yang nyata terjadi, padahal berita bisa juga mengenai hal yang akan terjadi atau apa yang menjadi pemikiran orang.
C.    KONSEP BERITA

George Fox Mott dalam New Survey of Journalism mengingatkan, paling tidak terdapat delapan konsep berita yang harus diperhatikan oleh para praktisi dan pengamat media massa. Kedelapan konsep itu meliputi:

  1. Berita Sebagai Laporan Tercepat
Lebih cepat suatu berita disiarkan, lebih baik. Karena faktor kecepatan itu pula, mengapa berita dibuat dalam pola atau rumusan baku piramida terbalik. Prinsip kecepatan dalam melaporkan berita, mengharuskan para reporter dan editor mampu bekerja dengan cepat, namun prinsip ini tetap harus diimbangi pula dengan kelengkapan dan ketelitian, kecermatan dan ketepatan, sehingga berita apapun yang dilaporkan tetap faktual, benar, akurat dan tidak malah membingungkan khalayak pembaca.


  1. Berita Sebagai Rekaman
Rekaman peristiwa dalam pengertian “dokumentasi” dapat disajikan dalam berita dengan menyisipkan rekaman suara narasumber dan peristiwa atau penyiaran proses peristiwa detik demi detik secara utuh melalui reportase dan siaran langsung sebagai rekaman gambaran peristiwa. Menurut pakar linguistik, tulisan lebih menekankan struktur dan makna, sedangakan lisan atau ujaran lebih mengutamakan perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Dalam perspektif teori jurnalistik, berita sebagai rekaman peristiwa yang terdokumentasikan itu telah membuka luas ladang penelitian bagi media massa, antara lain dengan berpijak pada paradigama Harold D. Lasswell. Dulu, dikenal dengan teori analisis isi media walaupun di Fakultas dan Jurusan-jurusan Komunikasi kurang diminati. Menurut Barelson, analisis isi adalah teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik dan kuantitatif. Kini, berkembang sejumlah teori, pendekatan, dan model “baru” dalam penelitian analisis teks media yakni analisis wacana, analisis semiotik dan analisis bingkai (framing).
  1. Berita Sebagai Fakta Objektif
Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das Sein) dan bukan laporan tentang fakta yang seharusnya (das Sollen). Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.
  1. Berita Sebagai Interpretasi 
Teori jurnalistik mengingatkan, tidak semua berita dapat berbicara sendiri. Sering terjadi, berita yang diliput dan dilaporkan media hanya serpihan-serpihan fakta yang belum berbicara. Tugas media adalah membuat fakta yang seolah membisu itu menjadi dapat berbicara sendiri kepada khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa dalam bahasa yang enak dibaca dan mudah dicerna. Untuk itu, redaksi menyajikan analisis berita, menyelenggarakan wawancara dengan para ahli, menggelar diskusi dan memberikan interpretasi terhadap berbagai fenomena dan fakta yang muncul, antara lain melalui artikel dan tajuk rencana.
  1. Berita Sebagai Sensasi
Sensasi berasal dari kata sense, artinya alat pengindraan. Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekalli berhubungan dengan kegiatan alat indra. Sensasi itu sendiri merupkan bagian dari persepsi, persepsi adalah pengalaman tentang obejk, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi, hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi motivasi, dan memori. Sensasi atau sensasional dianggap lebih mendekati alam mistikal dan irasional, daripada mengikuti alur logika serta mengembangkan pendekatan rasional.
  1. Berita sebagai minat insani atau pemicu bangkitanya emosional dan bangkitnya faktor-faktor interaksi sosial.
Dengan laporan berita emosional seperti bencana dan konflik, media massa bermaksud menggalang dan membangkitkan atensi serta motivasi untuk tetap bersatu, tetap bersaudara, tetap saling berkomunikasi dan saling mencintai. Media merasa terpanggil untuk senantiasa menumbuhkan kepekaan individual dan kepekaan sosial masyarakat.
  1. Berita Sebagai Ramalan/Perkiraan-Prakiraan
Berita sanggup memberikan interpretasi, prediksi, dan konklusi. Pandangan semacam ini mewajibkan siapapun yang kerap berhubungan dengan media massa, untuk tidak lari ke “dunia uji nyali” melalui “berbagai penampakan” yang mungkin menyesatkan.
  1. Berita Sebagai Gambar
Dalam dunia jurnalistik dikenal aksioma: satu gambar seribu kata (one picture one thousand word). Jadi, betapa dahsyatnya efek sebuah gambar dibandingkan dengan kata-kata. Sekarang dalam dunia persuratkabaran, gambar karikatur merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memengaruhi khalayak setelah kolom editorial dan artikel. Sikap dan bahkan perilaku publik dapat digerakkan dengan bantuan gambar karikatur. Sebab gambar, foto, dan karikatur merupakan pesan-pesan yang hidup sekaligus menghidupkan deskripsi verbal lainnya. Karena itu, surat kabar dan majalah hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa foto dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan, menyampaikan pesan secara visual melaui media seperti surat kabar, buku, atau poster, jauh lebih cepat menimbulakn atensi serta lebih mudah dipahami maksud serta isinya oleh khalayak dibandingkan apabila pesan itu hanya disampaikan melalui rangkaian kata-kata secara verbal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar