Senin, 22 Februari 2016

Perang Salib (Maryamatul Munawwarah 1113111006)



Perang salib secara khusus menggambarkan reaksi orang Kristen di  Eropa terhadap muslim di Asia, yang telah menyerang dan menguasai wilayah Kristen sejak 632, tidak hanya di suriah dan Asia kecil tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Di sebelah Timur dan Barat mengalami penghancuran oleh Hulago dan Spanyol kristen, ummat Islam sebelah tengah mengalami serangan dari kefanatikan Kristen yang dikoordinir oleh Paus. Suatu serangan yang kemudian yang dikenal dengan sebutan perang salib, yang mempunyai tujuan untuk merebut kota suci Palestina, tempat tapak Tuhan berpijak, dari tangan kaum muslimin. Terjadilah peristiwa yang sangat menyedihkan di pantai Timur Laut Tengah, peristiwa yang merusak hubungan antara dunia Timur dan dunia Barat. Dengan menggunakan semboyan “begitulah kehendak tuhan” kaum Kristen Eropa menyerbu.
            a. Sebab-sebab Terjadinya Perang Salib
Ada beberapa hal yang menjadi sebab terjadinya perang salib, sebagian diantaranya, yaitu kecenderungan gaya hidup nomanden dan militeristik suku-suku Teotonik-Jerman yang telah mengubah peta Eropa sejak mereka memasuki babak sejarah, dan perusakan makam suci milik gereja, tempat ziarah ribuan orang Eropa yang kunci-kuncinya telah diserahkan pada 800 M kepada Charlemagne dengan berkah dari Uskup Yerussalem oleh al-hakim. Keadaan itu semakin parah karena parah peziarah merasa keberatan untuk melewati wilayah muslim di Asia kecil. Meski demikian, sebab utama perang salib adalah perang kaisar Alexius Comnesus kepada Paus Urban II pada 1095 untuk membantunya, karena kekuasaanya di Asia telah diserang oleh bani saljuk di sepanjang pesisir Marmora. Serangan umat islam tersebut mengancam kekuasaan konstatinopel. Mungkin, paus memandang permohonan itu sebagai kesempatan untuk menyatukan kembali gereja Yunani dan gereja Roma, yang sejak 1009 hingga 1054 mengalami pepecahan.
Pada 26 November 1095 Paus Urban menyampaikan pidatonya di Clermont, bagian tenggara prancis, dan memerintah orang-orang Kristen agar “memasuki lingkungan makam suci, merebutnya dari orang-orang jahat dan menyerahkan kembali kepada mereka”. Mungkin, inilah pidato paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh paus sepanjang catatan sejarah. Orang-orang yang hadir disana hadir meneriakkan slogan deus vult  (tuhan menghendaki) sambil mengancung-acungkan tangan. Pada musim semi 1097, 150.000 manusia, sebagian besar orang Frangka, Norman, dan sebagian lagi rakyat biasa menyambut seruan untuk berkumpul di konstantinopel. Pada saat itulah gendering perang salib disebut begitu karena salib dijadikan lencana pertama di Tabuh.
Tentu saja, tidak semua orang yang membawa salib untuk mengikuti peperangan digerakkan oleh dorongan spritual. Beberapa pemimpin mereka, termasuk Bohemond, ingin mendapatkan kembali kekuasaan demi kepentingan mereka sendiri. para saudagar dari pisa, Venesia, dan Genoa tertarik untuk ikut serta dalam perang itu karena motif komersial. Orang-orang romantis, orang yang selalu gelisah, dan para pemberani, termasuk orang –orang kristen saleh menjadikan perang itu sebagai sandaran  baru bagi kehidupan mereka, sedangkan para pendosa menginginkan penebusan dosa. Bagi kebanyakan rakyat Prancis, Lorraine, Italia,dan sisilia, yang tengah berada di bawah tekana ekonomi dan sosial,membawa salib lebih menjadi salah satu bentuk pembebasan ketimbang hanya  sebentuk pengorbanan.
b.    Proses terjadinya perang Salib
Ada beberapa proses/periode terjadinya Perang Salib dsiantaranya :
1.                       Periode pertama
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian bangsa prancis dan Norman, berangkat menuju Konstatinopel, kemudian ke plestina. Tentara salib yang di pimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond, ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 juni 1097mereka berhasil menaklukan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa) . disini mereka mendirikan kerajaann I Dengan Baldawin sebagai raja pada tahun yang sama mereka dapat meguasai antiochea dan mendirikan keajaan latin II di timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka itu berhasil menduduki Bait Al-Maqdis  (15 juli 1099 M). Dan mendirikan kerajaan latin III dengan rajany, Godfrey, setelah penaklukan Bait Al-Maqdis itu, tentara salib menunjukan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M. Tripoli (1109 M). Dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan IV, Rajanya adalah Raymond.
Perang salib ini semula digerakkan oleh seorang pendeta Peter dari Prancis, tetapi kemudian di dukung oleh Paus Vatikan, oleh raja Kristen di Eropa dan oleh kepala Kristen Ortodox yang berkedudukan di Konstantinopel. Paus Urbanus II mengadakan pidato yang berapi-api di Clermont Perancis pada tanggal 26 November 1095 yang menurut penilaan Prof. Philip K. Hitti “ kemungkinan sekali pidato yang paling berkesan di dalam sejarah.
Kumandang pidato paus  menggema di seluruh Eropa, disegala negara Kristen, mempersiapkan antara yang lengkap persenjataannya untuk pergi berperang merebut Palestina. Dari sinilah bermula suatu penyerbuan Barat Kristen kedunia islam yang berjalan selama 200 tahun lamanya dari mulai 1095-1293 M dengan 8 kali penyerbuan.
   Pada permulaan peperangan, orang-orang kristen Eropa mencapai maksudnya merebut palestina. Selanjutnya mereka menduduki daerah sekitarnya, sehinnga dapat mendirikan 4 kerajaan di timur ialah kerajaan  di Baitul Maqdis , di Antiochia, di Tripolisia dan di Edessa. Ketika tentara salib menduduki Palestina terjadilah pembunuhan massal dan penyembelihan secara besar-besaran. Kepala, tangan dan kaki manusia yang mati dibunuh berserakan  disepanjang jalan di kota suci itu. Menurut sejarawan Ibn Atsur tidak kurang dari 70.000 manusia yang menjadi korban. Suatu pembunuhan massal yang korbannya hampir sebanding dengan pembunuhan massal di Bagdhad ketika penyerbuan Hulago yang diperkirakan 750.000 orang. Hampir bersamaan pula dengan korban di Andalusia oleh tindakan ratu Esabella dan raja Ferdinand yang diperkirakan, baik yang dibakar hidup-hidup ataupun di siksa, sebanyak 340.000 orang lebih.
Demikian kejahatan-kejahatan yang merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dibantah. Dengan perasaan cemas dan ketakutan  kaum muslimin memandang drama sejarah yang sangat mengerikan. Bertahun-tahun lamanya mereka menuggu saat yang baik untuk membalas. Barulah pada tahn 521 H/1127 M muncul seorang pahlawan Islam termansyur bernama Imaduddin Zanki, gebernur dari Mousul, yang dapat mengalahkan tentara salib di kota Aleppo dan Humah.
Kemenangan itu merupakan kemenangan yang pertama kali disusul dengan kemenangan selanjutnya sehinnga tentara salib merasakan pahitnya kekalahan demi kekalahan. Namun, ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. Kemahirannya tidak kalah dengan ayahandanya sehingga tentara salib II ini praktis tidak dapat berbuat banyak, bahkan dimana-mana dapat dikalahkan.   
2.                       Periode kedua
Dengan adanya kekalahan tentara salib, tentara salib mengirim utusan kepada paus meminta bantuan. tentara salib mengirim Imanuddin zanki, penguasa moshul  dan  berhasil menaklukan kembali Aleppo, Hamimah, Edessa pada tahun 1144, namun ia wafat pada tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan ole putranya, Nuruddudin Zanki, Nurrudin berhasil maka datanglah serbuan kedua (1147-1179 M) dipimpin oleh raja Louis VII dari Prancis kaisar Kourad dari Jerman, dan putra Roger dari Sisilia. Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang kristen mengorbarkan perang salib ke II. Paus Eugenius III menyerukan  perang suci yang disambut positif oleh raja prancis louis  VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan pasukan salib untuk merebut wilayah kristen di Syiria, akan tetapi gerak maju mereka dihambat oleh nuddin Zanki.  Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang kenegrinya.
Kemudian Nuruddin wafat pada tahun 1174 M. Pimpinan perang akhirnya dipegang oleh shalah Al-Din Al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti ayubbiah di Mesir tahun 1175 M.dikarenakan daerah sekitar pantai Timur laut Tengah ada kekuatan seorang pemimpin islam yang tangguh, maka tentara salib mengarahkan perhatiannya kearah Mesir. Di mesir peperangan salib ini melahirkan pahlawan yang termansyhur yang namanya ialah sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Dengan pimpinan Shalahuddin ini bahkan tentara islam dapat merebut kembali Baitul Muqaddas, kota yang menjadi tujuan tentara salib.
Jatuhnya yerussalem ketangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh frederick Babarossa raja jerman, Richart the lion hart, raja Inggrs dan fhilip Augustus raja prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalah Al-Din namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan latin.
3.                       Periode ketiga
Karena permintaan  inilah Eropa mengirimkan tentara Salibnya yang ke III. Mula-mula datang raja Austria dan Jerman bernama Frederick membawa sebanyak 200.000 orang. Kemudian pada tahun 1190 datang lagi tentara Eropa dengan pimpinan Richard Hati Singa sehingga tentara salibiyah ini sangat kuat dan dapat merebut kota Akka, yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan latin. Peristiwa ini sangat menyedihkan  hati kaum muslimin. Apalagi setelah mendengar bahwa Richard ini sangat kejam, membunuh sebanyak 3000 orang tawanan islam
Kelaialaian inilah yang sangat disesalkan oleh sultan Shalahuddin. Kenapa ia membiarkan musuh memperkuat diri pada pelabuhab Shour ini yang memudahkan mereka berhubungan dengan Eropa untuk meminta bantuan. Karena menyadari akan kelaialaian ini sultan secepat kilat mengirimkan utusan ke Maghribi untuk meminta bantuan kepada sultan ya’kub bin yusuf bin Abdul Mu’min, raja terbesar dari daulah Muwahiddin yang menguasa daerah Maghribi (Maroko) dan Andalusia selatan. Dimintanya sultan ya’kub ini untuk memotong dan menghalang-halangi jalannya tentara Eropa yang hendak datang ke Timur untuk membantu tentara salib. Sayang sang sultan kawatir kalau nanti tentara Eropa ini berbalik menghantam negeri mereka sehinnga sang sultan tidak memenuhi permintaan Shalahuddin dan tentara salib dapat lewat dengan bebasnya di selat Gibraltar.
   Berulang kali tentara salib mencoba hendak merebut kembali kota yerussalem yang sudah dua abad di tangan mereka, tetapi semuanya gagal. Sebab itu mereka merencanakan untuk mengalihkan penyerbuan menuju Mesir, pusat pemerintahan Shalahuddin, dan meninggalkan kota-kota yang telah mereka kuasai: Kaisariyah, Yaffa, dan Asqalan, terbuka tanpa perlindungan. Kesempatan ini dipergunakan oleh Shalahuddin untuk memukul musuh dari belakang sehinnga shalahuddin dapat merebut kota Yaffa dan merampas semua perbekalan tentara salib yang ada di sana. Tentara salib kalang kabut. Pada saat itu Richard jatuh sakit dan meminta damai kepada sultan Shalahuddin.
Secara diam-diam Shalahuddin kemudian menjadi seorang dokter arab dan datang ke kemah Richard untuk mengobati. Shalahuddin merawat dan mengobati luka-lukanya sehingga sembuh. Saat itulah sultan Shalahuddin mempertunjukkan siapa dirinya. Menghadapi kenyataan ini Richard mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan mengakui dari lubuk hatinya yang paling dalam akan kebaikan hatinya serta keberanian luar biasa musuhnya ini. Maka keduanya sepakat untuk mengadakan perdamaian yang terjadi tahun 1192 M. Setahun kemudian wafatlah sultan Shalahuddin dalam usia 75 tahun pada tahun 589 H/1193 M.
Tentara salib pada priode ini dipimpin oleh raja Jerman, frederick II. Kali ini mereka lebih dahulu berhasil merebut mesir dari palestina. Dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang kristen Qhibti. pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja mesir darI  Ayyubiah waktu itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick. Isinya Frederick bersedia melepaskan dimyat, sementara Al-Malik dan Al-Kamil bersedia melepaskan plestina. Frederick menjamin keamanan kaum muslimin disana dan frederick tidak mengirim bantuan kepada kristen di Syiria. Dalam perkembangan berikutnya palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M. Dimasa pemerintahan Al-Malik Al-Shalih  penguasa Mesir selanjutnya. Ketika mesir dikuasai oleh dinasi Mamalik dan mengantikan dinasti ayubbiah pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan  Qalawun. Pada masa mereka Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1291M.
4.                       Perang salib keempat dan seterusnya.
Berita meninggalnya pahlawan besar ini dipergunakan oleh Paus Cylensius III untuk menggerakkan tentara salib ke IV. Namun tentara salib ke IV dan selanjutnya sampai yang ke VIII tidak sedasyatnya serangan tentara salib sebelumnya sehingga nanti pada tahun 1292 M tentara salib dapat terusir dari timur.
 Penyerbuan-penyerbuan tentara salib dari Eropa melawan islam dan ummatnya. Mereka tidak dapat merebut apapun dari tangan kaum muslimin dan tidak  dapat menurunkan  bendera islam dari Palestina.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar