Senin, 22 Februari 2016

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (Maryamatul Munawwarah 1113111006)



v Sumatra
Wilayah Sumatra seperti Aceh dan Minangkabau merupakan daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu Buudha. Sehingga, di daerah-daerah tersebut, agama Islam dapat menunjukkan diri dalam bentuk yang lebih murni. Di kerajaan-kerajaan tersebut agama Islam tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya adalah banyaknya nama-nama Islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai keislaman.
Wilayah Nusantara yang mula-mula di masuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah pasai yang terletak di Aceh Utara yang kemudian masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai. Masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dimulai pada tahun 1978. Dan kerajaan islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah lain mengatakan bahwa kerajaan samudra Pasai lah kerajaan islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh memerintah dari tahun 1261 M sampai 1297 M. Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Meurah Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam setelah pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Pada tahun 1521 Kerajaan Pasai ditaklukkan oleh Portugis dan berhasil diduduki selama tiga tahun. Pada tahun 1524 Pasai di Aneksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh  terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam tahun 1607 sampai 1636. Kerajaan Aceh ini mempunyai peranan penting dalam penyebaran dalam agama islam keseluruh wilyah Nusantara. Para da’i baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran islam keseluruh wilayah Nusantara.
Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan kerajaan Timut Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia tetapi orang-orang indonesia banyak pula yang hendak mendalami islam datang langsung ke sumbernya yaitu Mekkah dan Madinah. Pada tahun 1974 H dilaporkan ada lima kapal dari kerajaan Aceh yang berlabuh di Bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah membuat aceh mendapat sebutan Serambi Mekkah
v Jawa
Kedatangan Islam di tanah Jawa dimulai pada abad pertama hijriah abad ketujuh Masehi. Pada tahun 674 M sampai 675 M, sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah jawa di kerajaan Kalingga menyamar sebagai pedagang. Dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai. Adapun gerakan dakwah islam di pulai Jawa dilakukan oleh para Wali songo. Yaitu :
a.    Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Ia dikenal dengan sebutan Syekh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli dalam bidang pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga Islam pendidikan pesantren. Maulana Malik Ibrahim ini wafat tahun 1419 M dimakamkan di grapura Weten Gresik.
b.    Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahikan di Aceh tahun 1401 M. Beliau juga terkenal dengan ajaran Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi, dan madat. Yang pada saat itu marak di masa kerajaan Majapahit, beliau wafat di desa Ampel pada tahun 1481 M. Adapun jasa-jasa Sunan Ampel:
·      Mendirikan pesantren di ampel delta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para Mubalig keenam seperti :Sunan Paku (sunan giri),Raden Patah (sultan demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (sunan drajat) dan Maulana Ishaq yang pernah diutus menyebarkan islam ke Blambanagan.
·      Berperan aktif dalam membangun Mesjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M).
·      Mempelopori berdirinya kerajaan islam Demak dan ikut menobatkan raden patah sebagai sultan pertama.
c.    Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin atau Raden Paku)
Ia adalah putra syeikh Yaqub Bin Maulana Ishaq. Ia ahli dalam bidang ilmu fikih dan meguasai ilmu falak. Di masa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai Raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi sebagai Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia mengantikannya sebagai mufti tanah jawa.
d.   Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra sunan Ampel ini lahir pada tahun 1465. Sunan Bonang juga pernah menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Untuk kemudian Sunan Bonang ini mendidik Raden Patah. Ia wafat pada tahun 1515 M.
e.    Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Suanan Kalijaga adalah salah satu Sunan yang paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan, Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijjtihad di bidang fikih yang dilakukannya dalam rangka dakwah islam.
f.     Sunan Drajat
bernama asli Syaifuddin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon
g.    Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki kesultanan sendiri di Cireron yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat Sokoguru Masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan  Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi islam sekaligus kontrol politik para wali.
h.    Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq.ir pada pertengahan abad ke-15 dan wafat tahun 1550 M (960 H). Beliau berjasa menyebarkan islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid Menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i.      Sunan Muria
Nama aslinya adalah Raden Prawoto atau Raden Umar Said Putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarang gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya, beliau dimakamkan  di Gunung Muria, disebelah utara bukit Kudus. Di awal abad 16 M, pulau Jawa berada dalam gengaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman kesultanan demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha seta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syariat islam “salokantara” dan “jugul muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syariat islam.
Untuk memacu penyebaran Islam, didirikanlah sebuah organisasi yang bernama Bayangkare Islah (pengawal usaha perbaiakan). Itulah organisasi pertama yang menjalankan program secara sistematis sebagai berikut :
1.    Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi beberapa wilayah kerja para wali
2.    Guna memadi penyebaran agama Islam, hendaklah diusahakan agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan lainnya
3.    Hendaklah dibangun sebuah masjid yang menjadi pusat pendidikan Islam
v Sulawesi
Dari berbagai pulau yang ada di Indonesia, sebenarnya telah sejak lama menjalin hubungan. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan kompeni dagang Portugis, pada tahun 1540 saat Portugis datang ke Sulawesi, tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim dibeberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i dariSumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makassar, yang terletak di semenanjung barat daya Pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate di bawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima islam lebih dahulu. Melalui dai bernama Datuk  Ri Bandang agama islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September1605 karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama masuk islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al-Awwal (1591-1636) dan diikuti oleh perdana mentriatau wazir besarnya, karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi bercorak islam, Gowa Tallo menyampaikan pesan islam pada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makassar). Puncak kejayaan kerajaan Makasaar terjadi pada masa Sultan Hasanudin.
v Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ketangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar, sebagian para mubaligh dan komunitas muslim kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan. Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para mubaligh dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya  saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak mubaligh ke negeri ini. Para dai tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Banjari. Jalur ketiga para dai datang dari Sulawesi (Makassar) terutama dai yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas dan kemudahan-kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Sekalipun Islam yang masuk ke Banjar dipengaruhi oleh paham tasawuf dan telah tumbuh subur adat istiadat lama yang sifatnya animisme. Tetapi, kehidupan masyarakat Banjar, baik berupa kebudayaan maupun adat istiadatnya telah banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Secara konkret, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar diwujudkan dengan adanya mufti dan qadhi atau jasa Muhammad Arsyad Al Banjari yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf.
Di kerajaan Banjar ini telah berhasil memodifikasi hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada hukum Islam yang dinamakan undang-undang Sultan Adam. Dalam undang-undang ini tibul kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan Mahkamah Agung. Sekarang yang bertugas mengontrol dan berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari mahkamah biasa. Tugas qadhi disamping menangani masalah hukum privat, juga menyelesaikan masalah-masalah pidana (had/hukuman). Tercatat dalam sejarah Banjar, diberlakukannya hukum bunuh bagi orang murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi pelaku zinah.
Pada akhirnya, kedudukan Sultan di Banjar bukan hanya pemegang kekuasaan dalam kerajaan, tetapi lebih jauh diakui sebagai ulil amri kaum muslimin di seluruh kerajaan itu.
v Maluku
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para dagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah islam di kepulauan ini. Masuk nya islam ke maluku sekitar pertengahan abad ke-15 atau sekitar tahun1440 dibawah dari pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para dai yang dididik oleh para wali songo di Jawa). Setelah islam berkembang di kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi daiantara sekian banyaknya kerajaan Islam, yang paling menonjol adalah dua kerajaan, yaitu Ternate dan Tidore. Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti ; Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486), Sultan Zaenal Abidin yang menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina, Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin, Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin, Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan mubaligh yang juga berasal dari Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya adalah Miso, Jalawati, Pulau Waogio dan Pulau Gebi.


Sumber :  Ajib Thohir, 2009, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : Rajawali Pers


Tidak ada komentar:

Posting Komentar