Senin, 22 Februari 2016

METODOLOGI 'AQLIE II (Maryamatul Munawwarah 1113111006)

METODOLOGI 'AQLIE
A.    Jadal atau Berdebat
          Berdebat menurut bahasa berarti berdiskusi atau beradu argument, disini berarti berusaha untuk menaklukan lawan bicara sehingga seakan-akan ada perlawanan yang sangat kuat terhadap lawan bicara serta usaha untuk mempertahankan argumen dengan gigih. Secara Epistimologi, berdebat sebagai mana yang didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut:
  • Usaha yang dilakukan sesorang dalam mempertahankan argumen untuk menghadapi lawan bicara
  • Cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau madzhab
  • Membandingkan berbagai dalil atau landasan untuk mencari yang paling tepat. Perdebatan memiliki dua sifat; dengan cara yang baik dan dengan cara yang tidak baik.
Ø  Menurut Islam debat terbagi dua yaitu :
  • Debat yang disyariatkan, yaitu yang bertujuan mencari dan menjunjung kebenaran, sehingga dapat menjadi sarana penyampaian dakwah
  • Debat yang tercela, yakni yang bertujuan hanya ingin menang, membela diri atau kelompoknya, tak ada niat untuk mencari kebenaran.
Ø  Adab dalam berdebat yang sesuai dengan landasan syar’ie adalah sebagai berikut :
  • Luruskan niat, mencari redha Allah dan membela kebenaran
  • Jujur, jauhi kedustaan
  • Berbekal ilmu
  • Mengembalikan perselisihan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
  • Menahan diri dari emosi
  • Tampakkan rasa cinta dan persaudaraan sebelum, ketika, dan setelah dialog
  • Jaga lisan, jauhi ucapan kotor
Ø  Adab Berdebat dalam Islam
Diantara adab berdebat yang telah diwasiatkan oleh para lama adalah :
  • Mengedepankan ketakwaan kepada Allah, bermaksud taqarrub kepada-Nya dan mencari ridha-Nya dengan menjalankan perintah-Nya
  • Harus diniatkan untuk memastikan kebenaran sebagai kebenaran dan membatilkan yang batil. Bukan karena ingin mengalahkan, memaksa dan menang dari lawan
  • Tidak dimaksudkan untuk mencari kebanggaan, kedudukan, meraih dukungan, berselisih dan ingin dilihat
  • Harus diniatkan untuk memberikan nasihat kepada Allah, agama-Nya dan kepada lawan debatnya
  • Harus berdebat dengan metode yang baik dan dengan pandangan dan kondisi yang baik.
Ø  Memahami Konsep Perdebatan
Didalam kitab Risalah al-Mustarsyidin menceritakan perihal seorang lelaki yang datang kepada setengah daripada hukamak, lelaki tersebut berkata: Aku ingin berjadal (berdebat) dengan kamu. Hukamak tersebut menjawab : Kamu boleh berdebat dengan aku sekiranya kamu menepati sepuluh syarat ini yaitu : Jangan marah, tidak mencoba mencari masalah, jangan kamu berbangga, jangan kamu menghukum, jangan ketawa, jangan menjadikan dakwaan kamu sebagai dalil, apabila kamu mendatangkan dalil, tujuan daripada perkara tersebut ialah untuk mencari kebenaran, apabila kamu menggunakan akal, gunakanlah ia sebagai untuk menerangkan sesuatu, hendaklah kamu menjadikan kebenaran itu barang yang berharga untuk umat Islam dan janganlah kamu berpaling kepada orang lain kerana aku sedang bercakap dengan kamu.

  1. Taklim
Taklim berasal dari suku kata ta’līm (تعليم) dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja ‘allama (علم) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035).

Ø  Cas Bateri Dakwah dan Ta’lim

Kewajipan menyampaikan ilmu dan menyebarkannya :
·         Dakwah dan ta’lim adalah kerja para Nabi
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
Artinya : “Mereka menyampaikan ilmu Allah dalam keadaan takut kepada-Nya saja, tidak takut kepada siapapun, dalam menyampaikan kebenaran…” (QS. al-Ahzab : 39)
·         Pengajar al-Quran adalah sebaik-baik muslim
·         Menyampaikan al-Quran dan Hadith adalah wajib, menyembunyikannya adalah dilaknat dan dimasukkan kedalam Api Neraka Jahannam lalu memakan api
·         Wajib bagi yang mendengar ilmu menyampaikan kepada yang tidak hadir mendengar ilmu tanpa membedakan ia alim atau tidak alim. Apalagi sekiranya ia seorang alim
·         Wajib bagi awam menyampaikan fatwa alim yang dipercayainya
·         Menyebarkan ilmu-ilmu Islam, mendapat pahala jihad, haji dan menghapuskan dosa-dosa
·         Hidup dengan ilmu dan ta’lim dan dakwah menyelamatkan dari kekeliruan, kesesatan dan fitnah.


C.    Tafakkur
Tafakkur artinya renungan, perenungan, memikirkan atau menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh. Didalam Al Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggalakkan tafakkur tentang penciptaan Allah, diantaranya firman Allah : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Ali Imran : 190). Sebagaimana firman Allah: “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya” dari awal Al-Qur’an hingga akhir, maka marilah kita kaji cara-cara tafakkur tentang sebagian tanda-tanda kekuasaan tersebut.
Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah manusia yang tercipta dari nuthfah (setetes mani), sesuatu yang paling dekat denganmu adalah dirimu sendiri, didalam dirimu terdapat berbagai keajaiban yang menunjukkan keagungan Allah. Sepanjang hidupnya manusia tidak sanggup mengungkap sepersepuluhnya.
Kemudian Dia menyebutkan bagaimana setetes mani itu Dia jadikan “segumpal darah”, kemudian “segumpal darah” Dia jadikan “segumpal daging” kemudian “segumpal daging” itu Dia jadikan tulang. Firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ….” (Al Mu’minun: 12-14)
Setetes mani dan renungkanlah keadaannya pertama kali dan bagaimana ia telah menjadi makhluk manusia, Renungkanlah seandainya jin dan manusia bersatu untuk menciptakan setetes mani menjadi pendengaran, penglihatan, akal, ilmu, ruh, tulang, urat nadi, syaraf, kulit atau rambut. Apakah mereka mampu melakukannya? Bahkan seandainya mereka ingin mengetahui hakekatnya dan cara penciptaannya setelah Allah menciptakan hal tersebut niscaya mereka juga tidak sanggup melakukannya.
Kemudian Dia membuka kedua telinganya dan meletakkan cairan pahit untuk melindungi pendengarannya dan menolak seranggga darinya dan memagarinya dengan daun telinga untuk menghimpun suara lalu mengembalikannya kealat pendengarannya, disamping untuk merasakan rayapan serangga. Di dalam telinga juga terdapat lekukan-lekukan agar orang yang tengah tertidur segera terbangun bila ada serangga atau sesuatu yang masuk kedalamnya.
Kemudian Dia memunculkan hidung ditengah wajah dengan bentuk yang sangat indah, membuka kedua lubangnya dan meletakkan indera penciuman didalamnya. Kemudian Dia membuka mulut dan meletakkan lidah didalamnya sebagai juru bicara dan pengungkap apa yang ada didalam hati. Kemudian Dia menciptakan dua bibir dengan bentuk dan warna yang sangat indah untuk menutup mulut dan menyempurnakan keluarnya huruf-huruf pembicaraan.
Kemudian Dia menciptakan tenggorokan dan mempersiapkannya sebagai sarana keluarnya suara. Kemudian Dia menciptakan pangkal tenggorokan dalam berbagai bentuk dan ukuran sehingga melahirkan perbedaan suara. Kemudian Dia menghiasi kepala dengan rambut dan pelipis. Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah memberinya kemampuan, akal, dan hidayah secara bertahap hingga baligh dan sempurna lalu menjadi puber, dewasa, kemudian tua dan kemudian tua renta.
Sekarang perhatikanlah zhahir manusia dan batinnya, perhatikanlah badan dan sifat-sifatnya niscaya Anda mengetahui berbagai keajaiban dan penciptaan yang menimbulkan decak kekaguman. Semua itu adalah ciptaan Allah dalam setetes air mani yang menjijikkan, dari sini kita bisa melihat keagungan ciptaan-Nya dalam setetes air, bagaimana Mahabijaksana-Nya dalam penciptaan dan pengaturan semua hal tersebut? Janganlah Anda mengira bahwa satu partikel dari kerajaan langit terlepas dari kebijaksanaan dan aturan-Nya, bahkan ia merupakan penciptaan yang paling cermat, akurat dan lebih rumit ketimbang peciptaan tubuh manusia, bahkan penciptaan benda-benda dibumi tak bisa dibandingkan dengan berbagai keajaiban kerajaan langit.
Apabila Anda telah mengetahui cara tafakkur tentang diri Anda maka tafakkurlah tentang bumi yang menjadi tempat tinggal Anda, kemudian tentang gunung-gunungnya dan tambang-tambangnya. Kemudian meningkatlah kepada kerajaan langit, sedangkan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya dibumi ialah Dia menciptakan bumi sebagai hamparan, menjadikan-nya mudah bagi manusia untuk berjalan disegala penjurunya, memancangkan gunung-gunung didalamnya sebagai pasak yang mencegah keruntuhannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar